Ambang
5. Act 5

CUT TO:

39. INT. KAMAR DAMAR DI RUMAH MBAH JATMIKO. MADIUN - SIANG

Damar duduk di kursi belajarnya yang ia arahkan pada rak enclosure tarantula. Sedangkan Laras duduk di tepian tempat tidur.

LARAS

Aku oleh ndelok tarantulane siji

po ra, Mas?

DAMAR

Sing ndi?

LARAS

Sing kalem wae.

Damar meletakkan enclosure Brachypelma Boehmei ke sebelah Laras.

LARAS

Hihhhhh apik men yo, tapi yo medeni.

(tertawa kecil)

DAMAR

Arep megang ra?

LARAS

Ra usah Mas,ra usah, ra usah.

Ndelok ae wis.

DAMAR

(nampak excited)

Yoh, iki ki kalem tau, Mbak. Wis biasa aku handling, jadi wis ra kaget karo manusia. Jajalen deh. Nek misal ora sengojo kegigit, paling cuma kaya dientup lebah doang kok. Gak bikin mati.

Damar menjelaskan tarantulanya dengan ceria. Moodnya berubah 180 derajat.

LARAS

Gak ah, Mas. Wedi aku tetepan.

Melihat Damar yang sedang memegang handphone, Laras jadi memperhatikan lengan Damar.

LARAS

Sek, sedilut, amit ya, Mas.

Laras meraih lengan Damar dan memperhatikan lekat-lekat semua luka pada lengan Damar untuk memastikan luka jenis apa itu.

DAMAR

(mengelak)

Iki mau aku alergi.

LARAS

Halah, sek ya Mas, ojo dikancing

sek lawang e. Aku engko rene neh.

Damar duduk melanjutkan game-nya, walau tak lama kemudian game-nya harus kembali terganggu oleh Laras yang datang dengan membawa kotak obat.

LARAS

Maaaas, mas, kok yo iso-isone ngantek

koyo ngene. Mbok yo ndang diobati to.

Laras mengeluarkan sebuah obat berbentuk tube dari dalam kotak obat.

DAMAR

Kui obat opo Mbak?

LARAS

Salep luka bakar! Ngene-ngene aku

yo ngerti nek iki tatu sunut rokok Mas,

uduk alergi. Alergi ki abang-abang,

gatel-gatel. Lha wong iki bunder-

bunder tatu mergo dibakar. Yo opo

meneh nek uduk tipak e sunut rokok?

DAMAR

Wis Mbak, ra usah, gak popo.

LARAS

Wis to Mas, manut to ngono lho.

Akhirnya, Damar menurut dan membiarkan Laras mengurus luka-luka di kedua tangannya. Luka-luka itu berasal dari waktu yang berbeda. Ada beberapa luka yang sudah sembuh dan tinggal bekasnya saja, ada luka yang sudah hampir kering, dan ada pula luka yang baru. Laras mengoleskan salep dengan tatapan miris, merasa gagal sebagai orang yang mengurus anggota keluarga ini. Tapi karena dirasa pikiran Damar sudah cukup teralihkan, Laras mulai berbicara serius.

LARAS

Mas, sak jane ki, Mbah Akung to wong e

apik tur sayang ning awakmu. Tapi

tarah yo Mbah ki gak iso ngomonge ae.

DAMAR

Halah..

LARAS

Hihhh tenanan! Mungkin to, maksute

Mbah kui, Mbah gak pengen ngekang awakmu.

Mbah pengene ki mbebasne awakmu arep

dadi opo mbesok. Mangkane Mbah ora

ngelarang Mas Damar sekolah seni.

Damar hanya diam, tidak menjawab. Matanya menatap kosong ke arah tangannya yang kali ini sedang diperban, sambil terus memikirkan tiap kata yang terlontar dari Laras.

LARAS

Nek Mas Damar penasaran, jajal o

cedek o no mbahmu.

DAMAR

Yohh Mbaaak, Mbak, jal aku tekon.

Aku ki ket mbien ki nyapo?

LARAS

Yo pokok e, saranku, Mas Damar

ngalah ae. Nek misal Mbah e angel,

Mas Damar e yo ojo angel barang.

Nek ngono, Mas Damar karo Mbah Kung

gak bakal akur-akur.

Butuh waktu beberapa saat bagi Damar untuk mencerna perkataan Laras. Saat laras selesai melilitkan perban, Damar tersadar dan teringat akan sesuatu.

DAMAR

Mbak, pintu depan wis dikunci urung

karo Mbah?

LARAS

Koyok e sih uwis Mas.

DAMAR

Tolong delok en lagi dong, Mbak.

Ngerine enek rampok nanti masuk.

LARAS

Iyo. Wis to ojo ngelarani awakmu

dewe maneh yo, Mas. Nek enek opo-opo,

ngomong ae ning Mbak. Kabeh rahasia ki

dijamin aman nek karo aku. Yo?

DAMAR

Nggeh Mbak, makasih.

Laras pun menutup kotak obat dan beranjak pergi.

CUT TO FLASHBACK:

40. INT. RUMAH DUKA. JAKARTA - SORE

Peti jenazah yang ditutupi bendera merah-putih terpampang di salah satu sisi ruangan rumah duka dengan foto Estu berdiri tegak di ujungnya. Ruangan itu dipenuhi oleh orang-orang berpakaian serba hitam yang sibuk berdoa. Di luar rumah duka, aparat bersenjata berdiri berbaris tegap, berisap untuk prosesi upacara pemakaman.

Di tengah kumpulan orang-orang berpakaian serba hitam itu, terdapat Gupita yang duduk dan masih diam, lemas tak berbicara sedikitpun dengan mata yang merah dan bengkak, tanda kalau ia menangis semalaman sampai air matanya kering.

Mbah Jatmiko yang duduk di samping Gupita berusaha menenangkan anaknya dengan mengelus punggungnya, meski tidak ditanggapi oleh Gupita yang masih menatap kosong ke arah peti.

Sejauh mata memandang, tidak terlihat tanda-tanda keberadaan Damar. Mbah Jatmiko pun menanyakan keberadaan anak itu pada Laras yang juga duduk di sebelahnya.

MBAH JATMIKO (L, 55)

Damar nang ndi, Ras?

LARAS (P, 26)

Gak patek eroh Mbah. Koyok e

sih mau ning njobo.

MBAH JATMIKO

(seraya bangkit dari duduk)

Koe baturono Pita yo, aku meh nggolek Damar.

LARAS

Nggeh, Mbah.

CUT TO:

41. EXT. DEPAN RUMAH DUKA. JAKARTA - SORE

Mbah Jatmiko keluar dari rumah duka. Di luar, ia disambut oleh banyak tentara dan polisi yang rapi siap siaga. Kepalanya celingukan mencari Damar, sampai akhirnya ia melihat anak itu sedang berdiri bersandar kolom bangunan. Ia pun menghampiri Damar dengan tenang, berharap mampu menularkan rasa tenang itu pada Damar.

MBAH JATMIKO

(dengan medhok)

Hoo, kamu di sini toh?

Mbah Jatmiko ikut berdiri bersandar di dekat Damar sambil meraih bahu Damar.

MBAH JATMIKO

(dengan medhok)

Damar kangen Papah ya?

DAMAR

Iya Mbah. Padahal, selama Papah ada,

Papah jarang banget pulang ke rumah.

Sekarang, Papah nggak bakal pulang

sama sekali.

Mbah Jatmiko menghela napas dan mulai berbicara pada Damar, berharap Damar yang masih kecil mampu mengerti.

MBAH JATMIKO

(dengan medhok)

Damar tau nggak, walaupun Papah

kamu nggak ada, Papah jek bisa

senyum dan bangga lho sama Damar.

DAMAR

Hah? Gimana caranya Mbah?

MBAH JATMIKO

(dengan medhok)

Damar dadi anak yang baik, rajin

ibadah, rajin berdoa buat Papah,

terus Damar jangan bandel, nurut

sama Mama. Terus to juga jagain

Mamanya, kan Damar anak lanang jagoan.

Nanti, pasti Papah kamu bakal bangga

dan senyum di sana.

DAMAR

Kalo Damar kaya gitu, Papah beneran

bakal seneng di sana Mbah?

MBAH JATMIKO

(dengan medhok)

Ohhh iyo laaa. Percaya deh sama Embah.

DAMAR

Kalo gitu Damar bakal jadi anak yang

baik dan selalu jagain Mama.

Damar berkata dengan semangat sambil memberikan hormat pada kakeknya. Mbah Jatmiko pun tersenyum lebar seraya mengelus kepala Damar.

MBAH JATMIKO

(dengan medhok)

Anak pinter, sekarang kita

masuk yuk, berdoa buat Papah.

BACK TO:

42. INT. KAMAR DAMAR DI RUMAH MBAH JATMIKO. MADIUN - SORE

Sepanjang hari, Damar tidak keluar dari kamar. Ia hanya duduk dan merokok. Tapi tiba-tiba, dengan impulsifnya, ia mematikan rokok yang baru saja ia hisap, menutup dan mengunci jendelanya, lantas bangkit dan bergerak mengambil tumpukan koran di kolong tempat tidur.

Dengan cekatan, ia menggelar lembaran-lembaran koran tersebut di lantai, lalu menurunkan salah satu kanvas baru berukuran besar yang ia simpan di atas lemari. Diletakkannya kanvas itu ke atas kertas-kertas koran. Tak lupa, ia menyalakan musik seraya mengambil kotak tempat ia menyimpan botol-botol cat.

Damar pun mulai melukis abstrak dengan jari. Sejak itu, moodnya langsung berubah menjadi ceria. Ia melukis sambil bernyanyi-nyanyi.

CUT TO:

43. INT. KAMAR DAMAR DI RUMAH MBAH JATMIKO. MADIUN - MALAM

Damar masih sibuk melukis. Sama seperti saat ia menggambar realist, lukisan abstraknya pun memiliki banyak layer. kali ini lukisannya didominasi oleh warna monokrom, namun ada sentuhan warna biru yang menjadi fokus dari lukisan tersebut.

CUT TO:

44. INT. RUANG KELUARGA RUMAH MBAH JATMIKO. MADIUN - MALAM

Mbah Jatmiko melihat ke arah jam. Waktu sudah menunjukkan pukul 8 malam. Ia sedang duduk di sofa bersama Laras yang sedang memberikannya suntik insulin.

LARAS

Aku bulan iki gak njupok libur

yo Mbah ketok e.

MBAH JATMIKO

Lha terus bojomu karo anakmu piye?

LARAS

Podo ning griya ne mertuoku.

Sodarane bojoku enek sing nikahan soale.

MBAH JATMIKO

Oalaaah, lha koe gak popo to gak teko?

LARAS

Gak popo, aku wis telpon og.

MBAH JATMIKO

Yo wis nek ngono.

Setelah Laras selesai membereskan obat-obatan, Mbah Jatmiko kembali minta tolong pada Laras.

MBAH JATMIKO

Ras tulung wehno maem Damar, Ras.

LARAS

Iyo Mbah. Emang niatku mau yo ngono.

Laras pun ke ruang makan untuk menyiapkan makan malam Damar. Lekas itu, ia langsung mengetuk pintu kamar anak itu.

LARAS

Mas, Mas Damar?

Dari balik pintu, Laras dapat mendengar suara musik rock terus bergemuruh. Ia pun mengetuk pintu itu lebih keras lagi. Tak lama kemudian, Damar membukakan pintu.

CUT TO:

45. INT. KAMAR DAMAR DI RUMAH MBAH JATMIKO. MADIUN - MALAM

Damar membukakan pintu dengan tangannya yang penuh dengan cat.

DAMAR

Nyapo Mbak?

LARAS

Iki tak gowok ne maem bengi.

DAMAR

Oalaaah. Yo. Tanganku jek belepotan

cat tapi. Mbak taro ae ning atas meja.

Damar membuka pintu itu lebih lebar lagi agar Laras dapat masuk.

LARAS

Wehh, lagi ngelukis yo, Mas?

Apik men to Mas.

DAMAR

Urung bar iki mah, Mbak.

LARAS

Aduh biyunggg, kui perban e dadi

rueget puoll! Sesuk digani maneh yo Mas.

DAMAR

Gak usah gak popo, Mbak.

LARAS

Halahhh, jo ngono. Wes, saiki Mas

Damar isuhan o tanganmu disik,

bar kui maem. Ngelukis e dilanjut engko ae.

DAMAR

Yooo.

LARAS

Engko aku sak jam ngkas balik neh,

kudu uwis entek yaa.

Laras pun meninggalkan Damar di kamarnya.

CUT TO:

46. INT. RUANG KELUARGA RUMAH MBAH JATMIKO. MADIUN - MALAM

Laras duduk di sebelah Mbah Jatmiko. Tangannya meraih Caramel. Kucing Maine Coon oranye gembul itu mendengkur nyaman dalam pangkuan Laras.

LARAS

Mestine Mbak dewe ae sing ngekek i.

Mas Damar ki ngelarani awak e dewe

maneh lho. Sampek lali aku ki gak

eroh iki wis peng piro ae.

Sayangnya, reaksi Mbah Jatmiko tidak seperti yang Laras Harapkan. Kakek itu bangkit dan melangkah pergi.

MBAH JATMIKO

Aku meh leren ae ndisik ning kamar.

CUT TO:

47. INT. KAMAR DAMAR DI RUMAH MBAH JATMIKO. MADIUN - DINI HARI

Lukisan abstrak karya Damar telah selesai. Lukisan itu masih diletakkan di lantai dan disandarkan ke dinding. Koran-koran penuh cat yang sebelumnya digunakan sebagai alas telah dibuang ke tempat sampah. Seperti biasa, Damar duduk di kursi dekat jendela, merokok dengan jendela yang terbuka. Tangannya sudah bersih dari cat-cat, perban yang sudah kotor juga telah ia lepaskan dan dibuang ke tempat sampah.

Duduk, melamun memandang langit malam sambil merokok saja sudah cukup menenangkan bagi Damar.

Tapi di tengah keheningan, Damar mendengar suara kakeknya sedang batuk-batuk.

CUT TO:

48. INT. KAMAR MBAH JATMIKO. MADIUN - DINI HARI

Seperti pada ruangan lain di rumah itu, interior kamar Mbah Jatmiko penuh dengan kayu jati. Tapi suasana yang ditimbulkan lebih sederhana dengan minimnya perabotan dan sedikit terlihat kuno oleh sentuhan dari lampu klasik dan ukiran-ukiran pada tempat tidur dan lemari.

Lantaran usianya yang tidak lagi muda, butuh waktu beberapa saat baginya untuk mengatur napas selepas batuk yang cukup lama.Kakek 65 tahun itu duduk di tempat tidur, bersandar pada headboard. Ia tidak bisa tidur karena tidak enak badan.

Setelah napasnya mulai teratur, ia berusaha untuk kembali tidur. Namun tiba-tiba, seseorang mengetuk pintunya. Suara ketukan itu terdengar beberapa kali. Mbah Jatmiko yakin itu bukan Laras, karena Laras yang bawel, pasti akan memanggil-manggil dirinya agar dibukakan pintu. Tapi ia tidak yakin kalau itu Damar. Lama tidak mendapatkan jawaban, suara ketukan itu pun kembali terdengar. Mbah Jatmiko akhirnya memutuskan untuk membukakan pintu.

DAMAR

Iki tak bawain aer anget, Mbah.

MBAH JATMIKO

(dengan dingin)

Suwun, ya.

Selepas itu Mbah Jatmiko langsung kembali menutup pintu. Ia lalu duduk di tempat tidur untuk minum. Setelah itu, diletakkanlah gelas itu di atas meja nakas, yang membuat pandangannya teralih pada foto Gupita yang ia simpan di sana. Diraihnya foto itu dengan wajah sedih penuh penyesalan.

MBAH JATMIKO

Maafke Bapak yo, Nak.

CUT TO:

49. INT. KAMAR DAMAR DI RUMAH MBAH JATMIKO. MADIUN - DINI HARI

Damar menutup pintu kamar, mengecek kuncinya, juga mengecek kunci jendela, lalu mengecek kunci pintu dan jendela lagi, sebelum ia akhirnya rebahan di tempat tidur.

Tubuh Damar memang sudah terbaring di tempat tidur, tapi matanya tidak kunjung terpejam. Lampu kamarnya pun dibiarkan terus menyala. Ia berusaha menyibukkan diri dengan handphone-nya, entah itu untuk sekedar mengecek sosial media, atau bermain game.

Setiap matanya mulai terasa berat atau mengantuk, Damar berusaha menahan diri untuk tidak tidur.

Bosan dengan handphone-nya, Damar bangkit menghampiri tarantula-tarantula peliharaannya.

DAMAR

Aku capek mbek mimpi buruk.

Kalian kancani aku sampe pagi, ya.

Pada akhirnya, Damar memilih untuk mengurus tarantula-tarantulanya. Mulai dari membersihkan kotoran dan sisa makanan, sampai membersihkan tempat minum dan mengganti air.

CUT TO:

50. INT. DAPUR DAN RUANG MAKAN RUMAH MBAH JATMIKO. MADIUN - PAGI

Baru saja Laras pulang dari belanja bahan masakan, suasana dapur sudah mulai ramai. Wanita itu misuh-misuh sambil meletakkan kresek-kresek belanjaan dengan kasar ke atas meja dapur.

LARAS

Juangkrikk! Pancen mak-mak rempong!

Mbok kiro aku ra krungu po piye?!

Hobine kok nyacat i wong.

Nguelek-ngelek i Mas Damar,

ngomong nek aku simpenan e Embah lah.

Suwi-suwi tak guoreng siji-siji

lambene wi mak-mak kui. Hhhhhh..

Damar datang ke dapur mengambil cangkir dan bergabung mengobrol dengan Laras.

DAMAR

Nyapo to Mbak? Pagi-pagi wis heboh?

LARAS

Biasaa Mas, mak-mak kui -

Lha Mas Damar wis adus ta?

DAMAR

Iya, uwis mau.

LARAS

Nek ngono, tak obati neh yo tangane.

DAMAR

Aku meh bikin kopi ki, Mbak.

LARAS

Diobati sek ae tangane. Mengko

kopine ben tak gawek ke.

DAMAR

Yowis, kopine sitik wae ya.

Satu setengah sendok teh.

Kata Damar, seraya memberikan cangkir kopi ke Laras.

LARAS

Terus, gulone sing akeh, to?

Yooo. Ngerti aku Mas. Mas Damar

lungguh ae ndisik. Tak ambil no obat e.

Damar pun pasrah, mengalah atas kebawelan Laras dan duduk di kursi meja makan, sampai Laras kembali dengan kotak obat. Dengan cekatan, ia mengoleskan salep pada luka-luka Damar yang sudah nampak membaik dan hampir kering.

LARAS

Iki wis meh garing sih. Gak sah

diperban neh ae paling yo?

DAMAR

Terserah Embak.

Damar menguap. Ia nampak sangat mengantuk. Kantung mata dan mata pandanya semakin tebal, hasil susah tidur setiap hari.

LARAS

Ngantuk men to Mas ketok ane?

Mbok yo turu ngono lhoo. Turu

karek merem ae. Kok ya Mas Damar

kuat bendino mung turu rong jam?

Kulino neram, ora turu pisan.

Kata Laras sambil meneliti tangan Damar, takut-takut ada luka yang terlewat.

DAMAR

Yaa wis biasa sih.

LARAS

Uwis ki. Mas celuk o no Mbah ning ngarep gih. Kon sarapan.

Adewe sarapan bareng. Tadi aku wis tuku soto. Aku ben nggawe kopi ndisik.

DAMAR

(dengan ogah-ogahan)

Nggehh..

Dengan ogah-ogahan, Damar mengiyakan permintaan Laras, seraya bangkit dari tempat duduk.

CUT TO:

51. EXT. HALAMAN RUMAH MBAH JATMIKO. MADIUN - PAGI

Satu-satu bunga disiram oleh Mbah Jatmiko. Kebun di halamannya memang tertata rapi, mulai dari tanaman hias di tanah, sampai tanaman hias di pot. Mbah Jatmiko selalu rajin merawatnya setiap hari. Selepas Mbah Jatmiko mematikan keran, terdengar suara pintu depan dibuka.

DAMAR

Mbah, dikon sarapan karo Mbak

Laras. Wis ditukok ne soto jare.

MBAH JATMIKO

Ndisik o ae. Mbah arep isuh tangan sek.

Walhasil, Damar kembali masuk, mendahului Mbah Jatmiko.

CUT TO:

52. INT. DAPUR DAN RUANG MAKAN RUMAH MBAH JATMIKO. MADIUN - PAGI

Damar duduk. Tangannya siap mengambil kopi yang uapnya masih mengepul. Namun, mendadak Laras mencegahnya.

LARAS

Ojo langsung ngopi, Mas! Maem sik.

Mengko asem lambung e naik.

Tak lama kemudian, Mbah jatmiko masuk, bergabung dengan mereka. Laras nampak sangat senang melihat kakek dan cucu itu makan bersama. Ia terus tersenyum sambil menuang kuah soto pada mangkok yang sebelumnya sudah ia isi dengan nasi dan isian soto lainnya, lantas ia memberikan mangkok soto itu satu persatu, mulai dari Mbah Jatmiko, Damar, baru dirinya sendiri, sebelum akhirnya ia duduk bersama dengan mereka.

Mereka pun makan sambil mengobrol.

LARAS

Lukisan sing mambengi wis dadi rung, Mas?

DAMAR

Uwis - kecap dong, Mbak.

Laras pun mengambilkan kecap yang ada di dapur untuk Damar dan menanggapi perihal lukisannya.

LARAS

Mesti apik dadine ya? Didol ae jajal en Mas.

MBAH JATMIKO

Ning Madiun opo iyo payu lukisan koyo ngono?

LARAS

Didol online wae, Mas! Kan soko luar

kota dadi iso tuku pisan. Ngko

karek dipaketne ae ngirim e.

DAMAR

Iso sihh. Aku tapi gak eruh meh

ngejual piro. Ntar tak tanya e ndisik

karo guru seniku ning sekolah.

LARAS

Oh, sisan ae Mas, promosekno kontrakan e

Embah. Bar ono sing kosong nek gak salah.

MBAH JATMIKO

Yo. Dek ingi enek sing pindah siji.

DAMAR

Yo wis, nanti ben tak fotoin.

Setahun e piro, Mbah?

MBAH JATMIKO

17 juta setahun, 75 meter luas e.

LARAS

Iku sing anding e ndi sih Mbah?

MBAH JATMIKO

RT 4 kui lho.

LARAS

Oalaah. Sing cedak masjid kui yo?

Nek kos-kosan enek sing kosong

pisan po ra Mbah? Ben sisan.

MBAH JATMIKO

Jek penuh kabeh sih.

DAMAR

(menunjuk ke kresek yang tadi

Laras lepar dengan kesal)

Iku Mbak meh masak opo Mbak?

LARAS

Ohhh nganu, aku meh nggawe donat madu.

Wingi Mas Damar sing njaluk to?

Mas meh ngrewangi masak?

DAMAR

Maau.

LARAS

Yo wis, ngko Mas Mas Damar

ngrewangi nyetak karo nggoreng ae yo.

Damar pun mengangguk senang.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar