Apakah kamu akan memberikan Novel ke ?
Berikan Novel ini kepada temanmu
Masukan nama pengguna

Scan dengan Aplikasi Kwikku
Untuk membaca langsung dari Aplikasi
Novel
+ Keranjang
Beli langsung
Blurb
Hutan Gumbala. Terletak diwilayah ksatrian Sawojajar. Ksatrian yang dipimpin Adipati Sidapaksa.
Dibawah pohon nan rindang tergeletak sebuah bayi. Bayi itu memiliki tanda lahir di dahinya berbentuk bintang. Sungguh terlihat menawan dan penuh keperkasaan. Tangannya terlihat tangguh dan kokoh. Tubuhnya yang terlihat gempal dan perkasa. Tulangnya ibarat baja membuktikan bahwa bayi calon ksatria. Tetapi sayang dia hanya hidup dalam kesendirian. Sungguh sangat malang.
Langkahnya sangat ringan. Beliau memegang tasbih ditangan kanan. Suaranya berbisik pelan.
"ASTAGHHFIRULLOOHA."
Beliau berguman berulang-ulang. Sangat teduh dan memancarkan keharmonisan. Terpancar wajahnya penuh kebijaksanaan. Hingga menimbulkan harmonisasi hukum alam. Beliau adalah Syekh Sidikwacana.
Beliau berhenti dipohon besar. Tangan kirinya menempel pada batang pohon. Beliau merasakan hembusan lembut tetapi memiliki gelombang yang menghantam kencang.
Beliau memperhatikan sekitar. Matanya begitu jeli mengawasi keadaan. Ketika beliau mengitari pohon besar. Beliau mendadak terkejut. Beliau memandang penuh kepedihan. Rasa hatinya begitu tersayat-sayat kesakitan. Terbungkus selendang sesosok bayi mungil dan imut. Matanya sangat menawan.
Beliau mendekatinya. Tangannya meraih bayi itu. Bayi itu digendong dengan kelembutan. Matanya memperhatikan sekitar. Beliau mengawasi bila ada yang meninggalkan bayi itu. Tetapi beberapa menit waktu berlalu tak ada seorangpun yang datang menghampiri bayi itu.
"Sungguh malang," bisiknya.
Beliau memperhatikan beberapa benda tertinggal diselendang. Ada kalung berbentuk ubin yang menawan. Ada sepucuk kain putih terselip didalam kalung itu.
Beliau mengambil kain itu. Ketika dibuka tertulis kata "SUTASOMA."
Beliau sempat berfikir pendek, kemudian beliau mengangkat tinggi-tinggi bayi itu.
"Aku berinama bayi ini," kata syekh Sidikwacana agak lantang. "SUTASOMA."
Suara menggelegar. Petir merintih kencang. Tiba-tiba turun hujan kemudian hujan reda disambut sang asuman yang menawan.
"Kau akan kubawa ke pesantren Andong Sumawi," kata Syekh Sidikwacana. "Mulai hari ini itu akan menjadi rumah barumu Sutasoma."
***
Dibawah pohon nan rindang tergeletak sebuah bayi. Bayi itu memiliki tanda lahir di dahinya berbentuk bintang. Sungguh terlihat menawan dan penuh keperkasaan. Tangannya terlihat tangguh dan kokoh. Tubuhnya yang terlihat gempal dan perkasa. Tulangnya ibarat baja membuktikan bahwa bayi calon ksatria. Tetapi sayang dia hanya hidup dalam kesendirian. Sungguh sangat malang.
Langkahnya sangat ringan. Beliau memegang tasbih ditangan kanan. Suaranya berbisik pelan.
"ASTAGHHFIRULLOOHA."
Beliau berguman berulang-ulang. Sangat teduh dan memancarkan keharmonisan. Terpancar wajahnya penuh kebijaksanaan. Hingga menimbulkan harmonisasi hukum alam. Beliau adalah Syekh Sidikwacana.
Beliau berhenti dipohon besar. Tangan kirinya menempel pada batang pohon. Beliau merasakan hembusan lembut tetapi memiliki gelombang yang menghantam kencang.
Beliau memperhatikan sekitar. Matanya begitu jeli mengawasi keadaan. Ketika beliau mengitari pohon besar. Beliau mendadak terkejut. Beliau memandang penuh kepedihan. Rasa hatinya begitu tersayat-sayat kesakitan. Terbungkus selendang sesosok bayi mungil dan imut. Matanya sangat menawan.
Beliau mendekatinya. Tangannya meraih bayi itu. Bayi itu digendong dengan kelembutan. Matanya memperhatikan sekitar. Beliau mengawasi bila ada yang meninggalkan bayi itu. Tetapi beberapa menit waktu berlalu tak ada seorangpun yang datang menghampiri bayi itu.
"Sungguh malang," bisiknya.
Beliau memperhatikan beberapa benda tertinggal diselendang. Ada kalung berbentuk ubin yang menawan. Ada sepucuk kain putih terselip didalam kalung itu.
Beliau mengambil kain itu. Ketika dibuka tertulis kata "SUTASOMA."
Beliau sempat berfikir pendek, kemudian beliau mengangkat tinggi-tinggi bayi itu.
"Aku berinama bayi ini," kata syekh Sidikwacana agak lantang. "SUTASOMA."
Suara menggelegar. Petir merintih kencang. Tiba-tiba turun hujan kemudian hujan reda disambut sang asuman yang menawan.
"Kau akan kubawa ke pesantren Andong Sumawi," kata Syekh Sidikwacana. "Mulai hari ini itu akan menjadi rumah barumu Sutasoma."
***
Tokoh Utama
Sutasoma
Sima
Manggala
#1
Hatiku Bergetar
#2
Anak Bulan
#3
Sura
#4
Aji Prabawanata
#5
Bunga
#6
Alloohu Akbaru
#7
Mondok
#8
Permata Bunga
#9
Ya Sudahlah
#10
Tersenyum
#11
Bayangan Hitam
#12
Terluka
#13
Mempesona
#14
Bingung dan Kesal
#15
Ikuti Permainannya
#16
Purnama Malam Pertama
#17
Terkapar
#18
Cemas dan Panik
#19
Asalkan Dia Bahagia
#20
Tantangan
Ulasan kamu
Ulasan kamu akan ditampilkan untuk publik, sedangkan bintang hanya dapat dilihat oleh penulis
Apakah kamu akan menghapus ulasanmu?
Disukai
0
Dibaca
2.2k
Tentang Penulis
Hermawan
-
Bergabung sejak 2021-03-14
Telah diikuti oleh 2 pengguna
Sudah memublikasikan 23 karya
Menulis lebih dari 1,048,144 kata
Rekomendasi dari Petualangan
Novel
Sprint (Republish)
Bentang Pustaka
Novel
Wajah Nusantara
Miftah Darrussalam
Novel
El Wisnu
Ismahayati
Novel
Backpackneymoon
Bentang Pustaka
Novel
Oskar dan Teman Bicara
Indah Darmastuti
Novel
A Wrinkle in Time
Noura Publishing
Novel
Si Mansyur
egagology
Novel
MIMPI-MIMPI SEJARAH GENERASI MILENIAL
lukman ramdhani
Novel
KKPK Asrama Tulip
Mizan Publishing
Novel
KKPK Alliza dan Keyza
Mizan Publishing
Novel
Toxic Relationship
Nurusifah Fauziah
Novel
Srikandi Survivor
Ganezh
Novel
Flying Traveler
Bentang Pustaka
Novel
Gelato of Love
Panca Jav
Novel
Jelajah
Lidya Arway
Rekomendasi
Novel
Manggalayuda (Sengkelat)
Hermawan
Novel
SUROPATI (JODHIPATI)
Hermawan
Novel
Surya Kirana (Mayapada)
Hermawan
Novel
Sholat Yo
Hermawan
Novel
Pesona
Hermawan
Novel
ASTAGHFIRULLAAH (Suropati)
Hermawan
Novel
Laa Illaaha ilalloohu
Hermawan
Novel
Aruman (Aku Tak Tahu)
Hermawan
Novel
Alhamdulillaahi (Manggala)
Hermawan
Novel
Allohu Ahad
Hermawan
Novel
Wisanggeni
Hermawan
Novel
SENOPATI (Trah Bayu)
Hermawan
Novel
Kapten Garuda (Sang Pembantai)
Hermawan
Novel
Adipati (Senyuman)
Hermawan
Novel
Sasi Kirana (Arga Maruta)
Hermawan