Apakah kamu akan memberikan Novel ke ?
Berikan Novel ini kepada temanmu
Masukan nama pengguna
Novel ini masih diperiksa oleh kurator
Blurb
Sinar Purnama memilih tetap di tempat saat gurunya menghampiri pamannya yang keluar dari mobil.
Dari tempatnya, ia melihat pamannya. Yang seperti biasa selalu tampak hebat dan menakutkan di saat yang bersamaan. Membuat Sinar merasa kagum tapi takut di satu waktu. Meski Sinar sendiri tahu, pamannya adalah orang yang baik. Sangat baik. Uncle Ti, uncle yang paling hebat buat Sinar.
"Uncle Ti itu kayak ayah kedua buat Mama, Uncle Ki dan Uncle Gun,"
Sinar menunduk muram, mengingat perkataan mamanya dulu.
Dulu Uncle Ki pernah bilang kalo manusia itu ngga ada yang sempurna. Makanya mereka diciptain berpasang-pasangan buat saling melengkapi. Sinar ngga tau apa maksudnya. Pas mau tanya maksudnya, Uncle Ki malah dimarahin Uncle Gun.
Kali ini, pikiran Sinar yang masih berkembang, berpikir keras.
Semua manusia ngga sempurna. Kalo mau sempurna harus ada pasangannya. Setau Sinar, yang namanya pasangan itu kayak sepatu sebelah kanan dan sebelah kiri. Mama sama Papa. Atau Uncle Ki sama Aunti Hana. Atau Uncle Gun sama Aunti Raya. Mereka semua sekarang sempurna, karena berpasangan.
Uncle Ti sempurna buat Sinar. Tapi Uncle Ti belum berpasangan. Itu artinya Uncle Ti belum sempurna. Manusia sesempurna Angkel Ti, harus berpasangan sama siapa supaya jadi sempurna, yah?
Sinar melirik pamannya, yang sekarang menatapnya. Sinar melompat dari ayunan, tahu ia harus segera menghampiri pamannya. Kakinya terhuyung sedikit ketika menginjak pasir coklat. Dia menyeimbangkan tubuhnya dan melirik Bu Guru-nya, Alisyah. Guru perempuan yang paling Sinar sukai di sekolahannya.
Bu Alisyah cantik dan baik. Bu Guru-nya selalu menyukai gambar-gambarnya. Suka mengajak Sinar mengobrol sambil menunggu jemputan setiap pulang sekolah. Setelah selesai tes membaca, Bu Alisyah selalu mengelus ujung kepalanya dan memujinya ‘anak sholihah".
Sinar juga suka kerudung yang selalu dipakai Bu Alisyah. Juga bajunya. Kalo sedang belajar di luar, baju dan kerudung Bu Guru kadang tertiup angin. Jadi seperti princess-princess yang sepupunya, Sora, tonton di televisi. Sinar suka.
Sinar meraih uluran tangan Uncle Ti. Dia tersenyum lebar pada Bu Guru yang kini berjongkok, menyamakan pandangan mata keduanya.
"Bu Guru harus berpasangan sama Uncle Ti supaya Uncle Ti sempurna!"
Dari tempatnya, ia melihat pamannya. Yang seperti biasa selalu tampak hebat dan menakutkan di saat yang bersamaan. Membuat Sinar merasa kagum tapi takut di satu waktu. Meski Sinar sendiri tahu, pamannya adalah orang yang baik. Sangat baik. Uncle Ti, uncle yang paling hebat buat Sinar.
"Uncle Ti itu kayak ayah kedua buat Mama, Uncle Ki dan Uncle Gun,"
Sinar menunduk muram, mengingat perkataan mamanya dulu.
Dulu Uncle Ki pernah bilang kalo manusia itu ngga ada yang sempurna. Makanya mereka diciptain berpasang-pasangan buat saling melengkapi. Sinar ngga tau apa maksudnya. Pas mau tanya maksudnya, Uncle Ki malah dimarahin Uncle Gun.
Kali ini, pikiran Sinar yang masih berkembang, berpikir keras.
Semua manusia ngga sempurna. Kalo mau sempurna harus ada pasangannya. Setau Sinar, yang namanya pasangan itu kayak sepatu sebelah kanan dan sebelah kiri. Mama sama Papa. Atau Uncle Ki sama Aunti Hana. Atau Uncle Gun sama Aunti Raya. Mereka semua sekarang sempurna, karena berpasangan.
Uncle Ti sempurna buat Sinar. Tapi Uncle Ti belum berpasangan. Itu artinya Uncle Ti belum sempurna. Manusia sesempurna Angkel Ti, harus berpasangan sama siapa supaya jadi sempurna, yah?
Sinar melirik pamannya, yang sekarang menatapnya. Sinar melompat dari ayunan, tahu ia harus segera menghampiri pamannya. Kakinya terhuyung sedikit ketika menginjak pasir coklat. Dia menyeimbangkan tubuhnya dan melirik Bu Guru-nya, Alisyah. Guru perempuan yang paling Sinar sukai di sekolahannya.
Bu Alisyah cantik dan baik. Bu Guru-nya selalu menyukai gambar-gambarnya. Suka mengajak Sinar mengobrol sambil menunggu jemputan setiap pulang sekolah. Setelah selesai tes membaca, Bu Alisyah selalu mengelus ujung kepalanya dan memujinya ‘anak sholihah".
Sinar juga suka kerudung yang selalu dipakai Bu Alisyah. Juga bajunya. Kalo sedang belajar di luar, baju dan kerudung Bu Guru kadang tertiup angin. Jadi seperti princess-princess yang sepupunya, Sora, tonton di televisi. Sinar suka.
Sinar meraih uluran tangan Uncle Ti. Dia tersenyum lebar pada Bu Guru yang kini berjongkok, menyamakan pandangan mata keduanya.
"Bu Guru harus berpasangan sama Uncle Ti supaya Uncle Ti sempurna!"
Tokoh Utama
Petir Purnama
Alisyah
Sinar Purnama
Ulasan kamu
Ulasan kamu akan ditampilkan untuk publik, sedangkan bintang hanya dapat dilihat oleh penulis
Apakah kamu akan menghapus ulasanmu?
Disukai
0
Dibaca
70
Tentang Penulis
Zadia Mardha
-
Bergabung sejak 2025-07-29
Telah diikuti oleh 7 pengguna
Sudah memublikasikan 1 karya
Menulis lebih dari 1,563 kata pada novel
Rekomendasi dari Religi
Novel
Menunggu Purnama
Zadia Mardha
Novel
Dari Syukur Hingga Syakur
Sukma El-Qatrunnada
Novel
Muhasabah Cinta
Falcon Publishing
Novel
Hidup Kadang Begitu
Noura Publishing
Novel
Bidadari Kiriman Tuhan
Nurhidayah Ade Triana
Novel
Perjalanan Menggapai Ridha sang Illahi
Violet Senja
Novel
Demi Allah dan Waktu yang Berjalan
Diba Tesi Zalziyati
Novel
SEBAGAI CONTOH
Zainul Muttaqin
Cerpen
Syahid Tak Bernama
Oyenoyenmpus
Novel
Sinau Bareng Markesot (Daur VII)
Bentang Pustaka
Novel
TAKDIR
Fendi Hamid
Novel
Madu Di Kamar Tamu
Andriani Keumala
Novel
Selepas Hujan
Makrifatul Illah
Novel
Menyusuri Jalan Cahaya
Bentang Pustaka
Novel
Hanya karena Aku Wanita: Tak Berhakkah Aku Punya Cita-Cita?
lina sellin
Rekomendasi