Dua hal yang tidak bisa dilupakan Hilmy seumur hidupnya: Hari pertama masuk sekolah baru dan awal kali jatuh ke dalam cinta. Lulus dari Sekolah Dasar dan mendapatkan nilai terbaik sekecamatan, Hilmy diterima di sekolah favorit tanpa tes. Ia sudah bersiap berangkat pagi itu, tetapi ayahnya, Badrodin, menolak mengantarkannya. "Ayah dan teman-teman Ayah akan membuat sekolahan. Di rumah ini!"

Sekolah Qoryah, demikian sekolah itu dinamai, mula-mula menampung sembilan anak Desa Kalibening yang dulu satu SD dengan Hilmy. Hilmy sendiri bersikeras menolak bergabung dengan teman-temannya dan memilih merawat dendam-kebenciannya terhadap ayahnya. Sampai tahun berikutnya, Hilmy akhirnya masuk ke sekolah umum, satu sekolah dengan Dani, satu-satunya anak Kalibening yang melanjutkan sekolah di kota. Cinta pertamanya dengan Dani bersemi, tapi tidak sepenuhnya menyembuhkan kebenciannya pada sang ayah.

Sementara itu, kisah-kisah ajaib anak-anak Sekolah Qoryah terus berlangsung, kadang-kadang membuat Hilmy iri. Sampai tragedi itu terjadi: Hilmy dan Dani terjatuh dari sepeda motor, membuka kisah baru yang tak pernah diduga. Hilmy dan Dani pada akhirnya bergabung dengan Sekolah Qoryah, tapi hubungan mereka mendadak berubah sebatas teman biasa. Dan di saat Hilmy sudah bisa menerima Sekolah Qoryah, Badrodin justru berencana menutup sekolah rintisannya. Hilmy yang sudah lama menganggap ayahnya mengidap sakit gila tidak tinggal diam.