"Darah atau kebebasan? Mereka memilih keduanya."

Dylan, petani berusia 22 tahun, menyaksikan ayahnya tewas di tangan prajurit Velmord sementara Aislinn, adiknya, gemetar ketakutan di sampingnya. Sekarang, satu-satunya pilihan adalah lari atau mati.

Dengan 12 orang selamat—ditambah Newt, si jenius pembawa rahasia kuno—mereka melarikan diri menantang pegunungan utara. Tujuan mereka? Tembok raksasa yang dikabarkan memisahkan dua dunia: kerajaan tirani Velmord dan negeri legenda Lumora, tempat teknologi melampaui mimpi terliar.

Tapi tembok itu bukan sekadar batu.

Simbol-simbolnya seolah hidup dan menolak dibuka. Pasukan Velmord memburu mereka dengan panah beracun dan mutasi binatang buas. Pengkhianatan mengintai dari dalam kelompok sendiri. Dan ketika kunci kuningan akhirnya berhasil membuka gerbang, yang menyambut mereka adalah sesuatu yang melampaui segala imajinasi - sebuah dunia dimana logika mereka tak lagi berlaku.

"Crossing the Wall" adalah kisah tentang:

Kepemimpinan yang direbut, bukan diberikan—Dylan harus belajar memimpin dengan luka di hati dan pedang di tangan.

Sains vs tradisi—Cairan kimia Newt vs ramuan Freya.

Cinta yang tumbuh di antara abu—Dari pelukan Aislinn yang gemetar hingga tatapan pertama Dylan pada Dasha, gadis Lumora yang mengobati lukanya.

13 orang dengan luka berbeda, tapi satu tujuan: bertahan hidup.


"Tembok ini bukan akhir. Ia adalah awal dari perang yang sesungguhnya."