Mati lampu membuat adik-adikku berteriak. Kegelapan yang datang tiba-tiba, menambah ketakutan mereka pada suasana angker rumah nenek yang jauh dari tetangga dan berada di pedesaan. Meski aku lebih tua, ku akui keadaan yang sama juga berpengaruh pada diriku. Untung lah, lampu emergency telah siap sedia tak jauh dari tempat kami berada.
Β Kami berempat hendak mengambil roti selai kacang, beberapa buah-buahan dan minuman kaleng di kulkas. Tak lama hujan turun dengan deras, lekas-lekas kami berjalan ke ruang keluarga.
Ketika kami sudah menyantap semua makanan dan minuman, lampu menyala kembali. Dari bilik jendela, kami melihat seorang pria yang tidak dikenal perlahan-lahan bergerak keluar dari dapur. Aku segera menghubungi nenek. Ternyata ia memberi kunci ke seorang warga sekitar untuk merawat kebun dan menjaga rumah ketika sedang tidak berada di rumah.
Pria yang tidak dikenal itu kemudian kembali dengan membawa beberapa kardus dan bungkusan plastik. Kami mulai curiga dengan isi-isi di dalam kardus dan bungkusan tersebut. Aku menghampirinya dan Ia menjelaskan, bahwa dirinya mengantarkan makanan untuk keperluan kami selama berada di rumah nenek. Dan meminta maaf karena tidak mengetuk pintu terlebih dahulu, karena telah terbiasa mengurus rumah nenek. Kami pun menjadi lega karena itu bukan paket berbahaya yang kami duga sebelumnya.
Β