Flash Fiction
Disukai
4
Dilihat
1,784
Ayah
Drama

Seorang laki-laki berusia empat puluh lima tahun baru saja pulang dari bekerja, saat itu hujan begitu deras, pakaiannya pun sudah terlihat basah.

"Ayah?" sapa ku.

Senyumnya mengembang lebar, lalu tangan kanannya mengangkat satu kantong plastik berwarna hitam berisi martabak manis satu porsi besar untuk kami makan sekeluarga.

Tidak ada guratan kelelahan di wajahnya, hanya ada senyum mengembang yang mampu membawa ku merasakan surga dunia.

Laki-laki dengan tubuh sedikit berisi, tapi sangat gagah itu duduk. Meletakkan kantong plastik hitam itu di atas meja, kedua telapak tangannya membuka kotak kartoon berisi martabak, membagikan untuk kelima anaknya.

"Ayo dimakan."

Suara sedikit serak, tapi terdengar jelas.

Aku masih ingat tatapan kedua netra cokelat hazel itu, saat itu usia ku masih enam belas tahun, ayahku bekerja tanpa kenal lelah demi istri dan kelima anaknya agar bisa menikmati makanan lezat seperti yang orang-orang nikmati.

Sudah sepuluh tahun berlalu, kini laki-laki itu sudah tidak ada di dunia ini, raganya sudah bersemayam di dalam kain kafan putih yang bersih, jiwa nya sudah bersama yang mutlak memiliki.

"Ayah, aku rindu."

Rintih ku setiap akan memejamkan kedua kelopak mata disaat malam menjelang, hening, begitu memilukan.

Dunia ku yang dulu, kerinduanku selamanya.

Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
@tiranikukuh : Doa untuk ayah ya kak
Aku juga rindu ayah.
@samanta02 : Didedikasikan untuk mama kak yang telah tiada juga ya. Semangat kak
@nazilaaa : Semangat juga kak
Kerinduan baru terasa perih saat kita tidak lagi mampu menatap, memegang & berbincang dengan mereka. 😢 Terus semangat berkarya, Kak!
Inget mamaaaa..
Se DEEP itu, singkat tapi sukses buat air mata tumpah ruah 🥲🥲🥲
Rekomendasi dari Drama
Rekomendasi