Bang, Jatuh!

Aku berlari seperti orang kesetanan. Peluh yang bercucuran tidak kuhiraukan. Tujuanku hanya satu, berhasil menangkap penjambret yang baru saja kabur. Layaknya sebuah film aksi, aku menerobos memasuki gang-gang kecil yang dipenuhi lalu lalang manusia. Ukurannya yang sempit membuat badan gembulku kesusahan menerobos. Tentu sangat berbeda dengan pria yang semenjak tadi kukejar. Tubuhnya kurus kering seakan tidak ada cadangan lemak yang ia punya. Karena itu juga ia jadi sangat lihai menyelip di antara kerumunan orang di gang sempit ini.

Saat ini kami telah menempuh jarak tiga ratus meter dan tidak ada satu pun yang berniat berhenti. Aku bisa saja berteriak dan meminta orang di seberang sana menangkap sosok pria kurus yang memegang tas wanita. Namun, harga diriku dipertaruhkan di sini. Untuk alasan apa pun, aku tidak ingin menyerah. Bagaimana pun caranya, akan aku kejar pria itu meski lelahnya tidak main-main. Aku ... akan mengubah sebutanku hari ini juga. Tidak ada hari esok!

Napasku tersengal-sengal dengan kaki yang rasanya mulai mati rasa. Perutku yang baru saja makan sepotong besar burger terus dikocok tidak keruan. Mual, sakit, juga nyeri kurasakan semuanya di perutku. Akan tetapi, tekadku sudah kuat nan bulat. Aku akan terus mengejarnya. Sampai di pertigaan jalan besar, pria itu terus berlari tidak menghiraukan klakson yang bersahutan karena nyaris terjadi kecelakaan. Aku masih punya akal sehat. Melihat jalanan ramai, kakiku berhenti dengan sendirinya. Napasku makin keras dan berat. Badanku terasa panas dengan wajah yang terasa terbakar. Sungguh, inikah rasanya membakar kalori?

Dalam diamku menanti jalanan agak lengang, terbersit cuplikan film series yang pernah kutonton. Setelah ada ruang di jalan untuk menyeberang, aku mempercepat langkah dengan lebih percaya diri. Dalam jarak tiga meter, kupanggil si pencuri, “Bang, ada yang jatuh, Bang!”

Tepat, pria itu melongok ke belakang dengan langkahnya yang agak gontai dan kecepatan yang melambat. Dalam sedikit kesempatan tersebut, aku berlari hingga akhirnya mampu menangkap si penjambret tas nenek-nenek. Aku ... berhasil!

Hari ini, julukanku si gembul, tukang tidur, tukang makan, beban orang tua, pemalas, hingga tidak berguna berubah seketika. Hanya sebab kejadian yang berlangsung kurang dari tiga puluh menit, julukanku berhasil berubah menjadi pemuda pemberani hingga seorang pahlawan. Sebab sebuah kalimat dalam film yang kutonton selama bermalas-malasan terngiang dalam kepalaku. “Manusia selalu ingin meminta lebih dan tiada batasnya, tetapi mereka takut dan tidak ingin kehilangan.”

3 disukai 4.6K dilihat
Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Saran Flash Fiction