Flash Fiction
Disukai
14
Dilihat
7,952
Mengikhlaskan atau Meninggalkan
Romantis

"Mengikhlaskan atau meninggalkan?" 

Aku tertegun, sama sekali tak menengoknya. Laki-laki yang sebelumnya kulihat tatapan sendunya, di bawah naungan aroma petrikor. Kami sama-sama menghirupnya. Saat ini. Dan aku tak lagi menikmati aromanya ketika terseruput ucapan singkat itu. 

"Apa bedanya?" aku sedikit melawan. Ya, untuk ucapan yang sebelumnya terdekap di relung ketakutanku. Tapi aku melawannya dengan berucap, "Jangan pergi."

Aku bergetar.

"Ini hanya sementara?"

"Aku tak bisa janji."

Sesenggukan mulai mendatangiku, aku bahkan tak menyadari ia telah menyodorkan tisu untukku.

"Dapat dari mana?"

"Lebih mementingkan tisu, menjaga kebersihannya, dari meratapiku kembali?"

Aku membuang wajah darinya, pada rintik hujan di depanku yang mulai pelan. Ia saja masih sempat-sempatnya berulah. Apa salahnya? Memang benar aku tak yakin, ia yang selalu sedikit memasukkan sesuatu pada tas selempangnya, tak pernah kutemui tisu.

"Jangan menangis, hujan jadi reda."

"Maksudmu?"

"Bukannya, seharusnya hujan semakin deras karena ikut bersedih?"

"Salah," ia tertawa kecil, "Karena jika ingin menyembuhkanmu, ia tak boleh sama-sama terlihat terluka."

Aku kembali tertegun. Memahami ucapannya bukan untuk hujan. Itu seperti dia sendiri.

"Aku tak pernah bermaksud meninggalkanmu, tapi aku harus mengikhlaskanmu."

Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
@faridapane : Huhu, iya, makasih Mbak.
sedihnya...
@otnayr : Terima kasih, pak guru sudah berkenan mampir, hihi
Semangat . Lanjut
Terima kasih, Zainal
Semangat berkarya terus yaa
Waduh, harus sabar, hihi, rahmayanti.
Terkadang Yang meninggalkan juga suka meninggalkan penyesalan..😢
Yuhu, iya sih, @buayadayat
Kadang yg meninggalkan memang lebih ikhlas drpd yg ditinggalkan..
Rekomendasi dari Romantis
Rekomendasi