Tidak Terdefinisi

Arthur pernah bertemu dengan seorang kakek paruh baya yang kelaparan dan kedinginan. Dia menyuguhinya dengan orak-arik telur, roti, keju, kacang-kacangan, dan teh hangat.

"Apa yang Anda cari di tengah badai seperti ini?" Arthur bertanya.

"Tumpangan untuk pulang." Jawab kakek itu.

Pria itu akhirnya menawarkan beberapa pilihan berikut, namun ditolak keseluruhannya.

"Lalu, tumpangan seperti apa yang Anda maksud?" Arthur kembali bertanya (beruntungnya, dia memiliki kesabaran yang cukup untuk menghadapi seorang semacam itu).

"Antar aku ke stasiun kereta pada tengah malam." Ucapnya.

Arthur merasa kepayahan menelan ludahnya.

"B-baiklah!"

***

Kakek itu menunjuk sebuah titik bercahaya. Semakin dekat, dan semakin menyilaukan cahayanya.

Mulut Arthur menganga, terkejut. "Kereta tujuan mana ini?"

"Tempat yang belum kamu ketahui sebelumnya."

Kakek itu masuk ke dalam peron. Kereta mengeluarkan siulan panjang yang menyedihkan dan bergerak meninggalkan seorang pria dengan kebingungannya.

***

Arthur terbangun dari tidurnya. Dia mengingat dengan jelas tiap inci mimpinya semalam.

Dia mendapati sebuah peluit kayu berbentuk burung dengan ukiran yang sangat indah di atas mejanya.

"Apa, sih?"

Dia tahu peluit itu hanya akan bersiul untuknya; menunjukkan jalan yang dia tempuh nantinya.

7 disukai 5.4K dilihat
Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Saran Flash Fiction