Flash Fiction
Disukai
2
Dilihat
5,842
Langit Permen Kapas
Drama

Kota sedang meriah karena minggu ini ada perayaan Langit Permen Kapas. Jadi, selama satu minggu ini permen kapas akan berjatuhan dari langit. Jatuhnya sama seperti hujan, turun dari awan. Bedanya permen kapas turun lebih lambat dan lebih hikmat. Seakan-akan menikmati pemandangan anak-anak yang sudah tidak sabaran ingin mencicipi permen dari langit.

Perayaan tahun ini mungkin saja menjadi yang terakhir kali. Sebab beberapa bulan lalu terdengar kabar ilmuwan yang membuat fenomena permen kapas ini sedang sakit keras. Dokter yang merawat mengatakan bahwa umur sang ilmuwan tersisa tiga bulan lagi. Tiga bulan lagi, yang berarti akhir minggu ini akan menjadi hari terakhirnya menghirup udara sekaligus hari terakhir ia menyaksikan kegembiraan di mata anak-anak itu.

Hari yang disebutkan telah tiba. Sebelumnya warga setempat sudah menyiapkan peti kematian dan karangan bunga untuk ilmuwan ini. Semua orang sudah siap meski sangat berat melepaskan tokoh yang mereka kagumi sejak masih belia.

Warga setempat, yang dipimpin langsung oleh Walikota datang menemui kediaman sang ilmuwan. Mereka sangat terkejut ketika menyaksikan saintis itu sehat wal afiat. Tubuhnya bugar, matanya nyalang, suaranya lancar. Seakan-akan tak pernah dihinggapi satu penyakit pun.

Semua orang takjub menyaksikan keajaiban itu. Ilmuwan ini masih hidup dan membuktikan apa yang dikatakan dokter tidak selalu benar. Mereka berbincang-bincang beberapa lama, kemudian pulang ke rumah masing-masing dengan perasaan haru sekaligus tidak sabar ingin menyaksikan perayaan Langit Permen Kapas tahun depan.

***

Tahun berganti, dan selalu berganti. Ilmuwan itu masih hidup. Perayaan itu masih berlangsung. Kegembiraan di mata anak-anak itu masih nyala. Tak ada alasan untuk mati, semua orang menantikan karyaku, selalu, pikir sang ilmuwan. Itulah yang membuatnya tetap semangat menyiapkan fenomena permen kapas tiap tahunnya.

***

Empat belas tahun pun berlalu. Zaman dan kebudayaan berubah. Ilmuwan itu akhirnya mati. Tidak ada satu dokter pun yang dapat menjawab penyebab pasti kematiannya. Hanya ada secarik kertas di samping jenazahnya yang mungkin dapat menjawab semua pertanyaan. Di kertas kecil itu tertulis; Tidak ada satu penyakit pun yang dapat membunuh manusia. Manusia hanya bisa mati ketika ia tak lagi punya alasan untuk hidup. Seperti juga aku. Ketika teknologi menyerang bumi kita secara besar-besaran. Aku saksikan anak-cucu kita tidak lagi menikmati perayaan permen kapas. Mereka lebih menyukai permainan barunya yang canggih. Aku saksikan tak ada lagi mata-mata gembira di mata mereka ketika perayaan tahun-tahun belakangan ini. Aku saksikan tak ada lagi yang menunggu dan mengharapkanku. Hari ini, aku menemukan alasan untuk mati.

Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
ironis. disisi lain kita menemukan kemudahan dalam teknologi dan kemajuan jaman, di sisi lain itu membuat kita tergerus. pesannya apik. 🌟🌟🌟/🌟🌟🌟🌟🌟 dari saya. 🙏
Rekomendasi dari Drama
Rekomendasi