Mini Marketnya Sudah Tutup

Apa yang akan kalian lakukan jika melihat orang yang sangat kalian benci terkapar tidak berdaya di hadapan kalian? Apa kalian akan menolongnya? Atau... membiarkannya mati? 

Malam itu aku tengah berjalan di jalanan yang sepi menuju mini market untuk membeli mie instan, ketika aku melihat dari kejauhan seorang laki-laki berlari keluar dari sebuah gang dengan tergesa-gesa. 

Aku tau ada yang tidak beres, aku pun mempercepat langkahku menuju gang tersebut. Dan benar saja, seseorang terkapar di dalam gang yang sempit itu. Aku segera mendekatinya.

“Tolong... aku,” ucapnya lirih. 

DEG jantungku berdebar kencang, aku tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas dikegelapan, tapi aku sangat mengenali suaranya. 

Aku mengeluarkan ponselku, menyalakan senternya dan mengarahkan ke wajahnya. Benar saja, dia adalah si bajing*n yang selalu menggangguku di sekolah.

Dia memegangi perutnya yang bersimbah darah. Aku rasa laki-laki tadi menusuknya. Mungkin dia di rampok atau berkelahi, entahlah. 

“Tolong... aku.” Dia terus meminta tolong padaku. Tapi untuk apa aku menolongnya, agar dia bisa terus menggangguku di sekolah, cih.. aku tidak sebodoh itu. 

Aku terus mengarahkan cahaya senterku ke wajahnya, melihatnya berjuang melawan kematiannya. Lima menit, 10 menit, 30 menit, sialan dia tidak mati-mati juga. Hingga satu jam kemudian, dia pun menghembuskan napas terakhirnya. Aku tersenyum puas lalu melanjutkan perjalananku menuju mini market. 

Aku berdiri tertegun di depan mini market. Aku menyesal, sangat menyesal. Kenapa, kenapa aku hanya menunggunya mati? Kenapa aku tidak mencekiknya saja saat menemukannya? 

Aku rasa aku telah membuang-buang waktuku, dan sekarang mini marketnya sudah tutup karena kebodohanku. 

11 disukai 2 komentar 5.4K dilihat
Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
kayaknya si Aku ini dendam sampai ga mau nolongin perundungnya
Keren idenya. Korban perundungan jadi psikopat, ya
Saran Flash Fiction