Bumi Manusia
Inilah kisah Minke dan Annelies di atas pentas pergelutan tanah kolonial awal abad 20. Minke, pemuda pribumi, Jawa totok. Annelies, gadis Indo Belanda, anak Nyai Ontosoroh. Bapak Minke yang baru saja diangkat jadi Bupati, tak pernah setuju Minke dekat dengan keluarga Nyai, sebab posisi Nyai di masa itu dianggap sama rendah dengan binatang peliharaan. Namun nyai yang satu ini, Nyai Ontosoroh, berbeda. Minke mengagumi segala pemikiran dan perjuangannya melawan keangkuhan hegemoni bangsa kolonial. Bagi Minke, Nyai Ontosoroh adalah cerminan modernisasi yang kala itu sedang memulai geliatnya. Ketika keangkuhan hukum kolonial mencoba merenggut paksa Annelies dari sisi Minke, Nyai Ontosoroh pula yang meletupkan semangat agar Minke terus maju dan memekikkan satu kata, "Lawan!"
"Tentu Bumi Manusia tidak hanya berpusat pada kisah cinta. Ada juga perjuangan Nyai Ontosoroh, istri simpanan Herman Mellema yang dipandang miring oleh masyarakat, tapi kemudian belajar menjadi pengusaha ulung. Bumi Manusia juga menjadi fase ketika kesadaran Minke terhadap rasa kebangsaan dan kemanusiaannya bangkit lewat pertemuan dan benturan dengan berbagai sosok."─ cnnindonesia.com
"Ritual menyanyikan lagu Indonesia Raya di bagian awal film, memberi asumsi film ini dibuat untuk menggugah nasionalisme Indonesia terutama para generasi milenial."─ kumparan.com
"Hanung mampu menghidupkan Bumi Manusia sesuai dengan zamannya. Begitu pula dengan pemain figuran yang begitu banyak dengan bahasa dan logatnya masing─masing, sangat menarik."─ cultura.id