Liburan sekolah akhirnya tiba. Setelah berbulan-bulan disibukkan dengan banyaknya tugas dan ujian, Hilya merasa sangat membutuhkan istirahat dari rutinitas sekolahnya.
Liburan kali ini, Hilya mengajak teman temannya yakni Rose, Arifah dan Lily untuk berkunjung ke Pantai Parangtritis di Yogyakarta. Hilya sudah lama mendengar tentang keindahan pantai ini dan memutuskan untuk menghabiskan waktu liburan bersama teman temannya di sana.
Hilya merupakan seorang gadis cantik yang mahir berbicara dengan berbagai bahasa dan suka berpetualang di alam. Rose, seorang gadis yang memiliki postur badan tinggi, banyak orang yang tidak mengetahui jika dia adalah penakut karena terkecoh dengan wajahnya yang tampak tegas dan tinggi badannya itu. Ia juga merupakan siswi pindahan asal Jakarta yang sekarang satu sekolah dengan Hilya di SMA Negeri Depok, Cirebon. Arifah, gadis berkacamata dengan rambut panjang sebahu, lurus, dan berkilau ini mempunyai hobi photography. Lily, gadis yang memiliki sifat tenang dan lemah lembut ini merupakan teman dekat Hilya sedari kecil, sehingga mempunyai hobi yang sama dengannya.
Hilya, Rose, Arifah dan Lily, empat remaja kelas XI yang saat ini ingin sekali menikmati liburan semesternya, memutuskan untuk berlibur ke Yogyakarta menggunakan transportasi umum kereta api dari Cirebon - Yogyakarta. Di dalam kereta mereka bercanda gurau bersama dan merencanakan banyak hal menyenangkan yang akan mereka lakukan di sana.
Pukul 3 pagi. Mereka sudah sampai dengan keadaan baik di daerah yang selalu dikatakan istimewa oleh orang-orang karena sejarahnya tersebut, Yogyakarta. Mereka memutuskan untuk beristirahat terlebih dahulu di sebuah hotel penginapan yang cukup minimalis akan tetapi sangat nyaman untuk ditempati mereka berempat.
Hotel Cordela adalah hotel yang mereka pilih, karena letaknya yang dekat dengan Jalan Malioboro. Mereka berencana setelah selesai berpetualang di pantai Parangtritis, nantinya mereka akan berkeliling-keliling ke Jalan Malioboro tersebut untuk membeli banyak oleh-oleh untuk keluarga tercinta mereka.
Waktu subuh telah tiba. Mereka bergantian membersihkan badannya dan bersiap untuk melaksanakan sholat Subuh. Setelah menyelesaikan sholat Subuh, mereka turun ke lantai 1 guna mengisi perut mereka yang sudah meronta-ronta sedari tadi.
Jam sudah menunjukkan ke angka 8. Mereka sudah berada di depan lobby hotel Cordela untuk menunggu taksi yang sudah mereka pesan dari aplikasi Si Kuning. Taksi itu membawa mereka menuju tujuan mereka yaitu Pantai Parangtritis.
Pos registrasi, pantai Parangtritis.
“Halo mbak, saya dan teman-teman saya, kita berempat mau ke pantai Parangtritis mbak. Apakah ada prosedur yang harus kita taati saat di pantai nanti?” tanya Hilya pada seorang perempuan dewasa yang mengenakan kaos hitam, duduk di dalam pos registrasi.
"Mboten mbak." Perempuan tersebut senyum kepada mereka seraya memberikan sebuah lembaran kertas.
Di dalam lembaran kertas itu terlihat banyak sekali angka yang berjumlah cukup fantastis. Ternyata, itu adalah brosur harga paket naik mobil Jeep. Syukurlah, mereka membawa uang saku yang lebih dari cukup. Sehingga tidak akan panik, jika nantinya akan ada pengeluaran yang tidak masuk dalam list perhitungan mereka.
Yah mereka baru mengetahui, jika ternyata untuk sampai di pantai itu Hilya dan teman temannya harus melewati gumuk pasir yang sangat luas menggunakan mobil Jeep. Mereka pun memilih paket jalur long trip untuk petualangan mereka.
Hilya dan teman-temannya kini memulai petualangan mereka di gumuk pasir dengan penuh semangat karena ini merupakan first time mereka berpetualang menggunakan mobil Jeep. Mereka menaiki sebuah Jeep berwarna cream dan terlihat sangat antik yang dikemudi oleh Pak Taryo.
Di bawah terik matahari yang menyengat, sebuah Jeep berwarna cream yang dinaiki oleh empat remaja tersebut melaju dengan kencang di atas hamparan pasir yang luas. Roda-roda nya yang besar dan kokoh menggulung pasir, dan menciptakan jejak-jejak lintasan yang dalam di hamparan pasir belakangnya. Setiap kali Jeep itu melintasi gundukan pasir yang terjal, mesinnya berguncang keras, membuat tubuh kendaraan itu bergoyang-goyang seolah menari di atas gelombang pasir.
"KYAAAA" teriakan keempat remaja itu saat Jeep melintasi gundukan yang terjal.
"Waaah gilaa! ini seru banget!" sorak Hilya yang diselingi dengan tawanya menunjukkan dia takut tapi menikmati momen tersebut.
semuanya saling bersorak ketakutan sekaligus kegirangan, terlebih lagi Rose seorang penakut. Suara teriakannya, sampai menyakiti telinga teman-temannya.
"PAAK! please jangan kenceng kenceng gue ga mau mati dulu!." teriaknya, suaranya tak kalah seru dari deru mesin Jeep.
Meskipun Rose berteriak teriak tak karuan seperti itu, Mas Taryo tetap menghiraukannya dan masih fokus menatap ke arah depan sambil menggenggam kemudinya.
Arifah saat ini sangat menikmati momen naik mobil Jeep bersama teman temannya ini. Ia berinisiatif untuk mengabadikan momen indah seperti pemandangan alam, mobil Jeep lain yang lewat, dan teman temannya secara diam diam menggunakan handycam yang ia bawa. Namun, Arifah masih belum puas dengan foto teman temannya yang ia ambil itu. Maka Arifah pun memutuskan untuk mengambil foto bersama.
"Ayo berdiri guys, kita ambil foto bersama di sini biar keren."
"Ayok" Hilya dan Lily pun langsung berdiri dengan berhati-hati sambil memegang besi di depannya. Yang mana Besi itu, memang dikhususkan untuk digenggam.
"Kaga mau, gue takut jatuh" suaranya terdengar masih sangat lemas.
Gadis asal Jakarta yang mempunyai fisik cukup tinggi bagaikan tiang bendera diantara teman-temannya itu, hingga saat ini masih ketakutan. Siapa lagi, kalau bukan Rose?. Berkat Rose, kita bisa tahu guys!, bahwa postur tubuh ternyata tidak bisa menjadi tolak ukur keberanian seseorang.
Karena tak mau ketinggalan momen yang berharga ini, mereka kompak meyakinkan Rose bahwa ini aman.
"Ayo Rose! kapan lagi kita bakal naik Jeep gini!?”
“Tenang aja Rose, ini permukaan jalannya masih rata kok”
“Iya Rose, betul tuh. Kamu juga bisa pegangan besi hitam ini kayak kita Rose.”
Akhirnya Rose pun yakin jika ini aman dan mengiyakan ajakan temannya itu.
"iya iya oke, gue berdiri nih."
“1…2…3 CISS” ucap Arifah saat menekan tombol Shutter.
Namun, ditengah kesibukan mereka saat mengambil foto bersama, tiba-tiba mesin Jeep mengeluarkan suara aneh. Asap tebal dan semburan api kecil keluar dari knalpot Jeep, membuat Hilya dan teman-temannya panik. Mereka segera meminta Pak Taryo untuk menghentikan Mobil Jeepnya dan keluar untuk memeriksa apa yang terjadi.
"Mesin e mogok, mbak!" cemas Pak Taryo. Ia mencoba mencari tahu apa yang salah, tetapi Pak Taryo tidak tahu cara memperbaikinya dan takut untuk mencobanya.
“Piye iki cah cah” pak Taryo masih kebingungan.
Pak Taryo, seorang sopir dari Jeep yang dinaiki oleh Hilya dan teman temannya ini ternyata sopir yang baru bekerja beberapa hari. karena itu, dia masih belum terlalu mengerti dengan mesin mesin mobil Jeep dan sialnya saat itu, pak Taryo kehabisan baterai ponselnya sehingga tidak bisa mencari bantuan.
"Nuwun sewu mbak, bapak empun ngecek mesinnya ternyata rusak parah lan bapak ra iso beresin mesinnya,“ ucap pak Taryo yang sudah berusaha semaksimal mungkin tapi tetap saja nihil hasilnya.
"Mboten napa napa pak, kita tunggu bantuan aja di sini" jawab Hilya dengan sangat santun dan mengerti akan keadaan.
Di sisi lain yang lumayan jauh dengan keberadaan mobil Jeep, ada Rose dan Arifah saling berseteru.
"Duh sial banget ya Fah hari ini!, dapet Jeep yg kurang bagus padahal kita udah bayar mahal."
"iya ya Rose, mana si bapak sopirnya ga bisa beresin mesinnya lagi." timpal Arifah.
Tanpa disadari di belakang mereka, sedari tadi sudah ada Lily yang mendengarkan obrolan mereka.
"Ga boleh ngomong gitu atuh, teu aya yang namanya hari sial teh.”
Hilya yang berjalan mendekati mereka pun ikut menimpali.
"Iya betul kata Lily, gada yang namanya sial sial tuh, udah kita sabar aja tunggu bantuan di sini."
Setelah beberapa saat, Lily menyadari bahwa ponselnya hilang. sepertinya terjatuh saat melintas gundukan pasir yang terjal.
“Gawat ponsel aku ilang!.” seru Lily dengan muka yang sangat panik.
“Kok bisa Ly??” Hilya yang mendengar itu, ikut panik.
“Jangan-jangan ada yang nyolong!, pas kita di pos registrasi.” Arifah menebak-nebak mengapa ponsel Lily bisa hilang.
“Nggak, nggak mungkin dicolong. Waktu di dalam mobil, ponselnya udah aku taruh tas.” Suara Lily sudah terbata-bata karena hampir menangis.
“Berarti, kemungkinan jatuh pas kita lewat gundukan pasir yang terjal tadi deh Ly.” ucap Hilya pada Lily.
“Pasti kamu ceroboh, nutup tas nya ga bener Ly. Makanya bisa jatuh gitu.” Arifah menyalahkan Lily, Pasalnya semua teman-temannya, ponselnya aman aman saja berada di dalam tas kecuali dia.
Situasi yang semula sudah tenang kembali mencekam karena ponsel Lily hilang.
“Tuh kan gue bilang juga apa, hari ini kita tuh lagi apes banget!” seru Rose yang kini semakin meluapkan amarahnya.
“STOP. Kalian bisa diem dulu ga!?” interupsi Hilya ditengah situasi yang tak kondusif itu.
Lily yang terlihat sangat tenang dalam segala situasi apapun kini ia terlihat sangat panik. Bayangan masa kecilnya itu kembali lagi, menghantui pikirannya.
Orang tua Lily lebih menyayangi harta, barang-barang berharga, dan hewan peliharaanya. Sehingga, ketika terjadi suatu musibah yang berkaitan dengan itu, mereka akan melampiaskan emosinya kepada Lily.
Ia sangat takut dan membayangkan dirinya ketika sudah sampai di rumah nanti, orang tuanya pasti akan memarahinya jika ponsel yang baru dibelikan minggu lalu itu malah hilang. Ia juga takut dihukum oleh orang tuanya lagi, ia takut jika orang tuanya melarangnya untuk bermain dengan teman-temannya lagi.
“Aku takut…”
“Harusnya aku ga usah ikut tadi”
“Harusnya aku ngga ceroboh.” Ia benar benar mengeluarkan air matanya.
Hilya yang sudah kenal dekat dengan Lily, ia langsung memeluk lembut Lily dan berusaha menenangkannya.
“Kamu ga usah takut Ly, ada kita disini. kita semua di sini temen kamu, kita bakal bantuin cari ponselmu sampai ketemu.”
Lily mengangguk pelan, air matanya mengalir deras di bahu Hilya. Ia membiarkan Lily menangis di pelukannya, seraya terus mengelus rambut untuk berusaha menenangkannya.
Setelah beberapa saat tangisnya kini mulai mereda dan Lily pun melepaskan pelukannya dengan hilya.
“Makasih, sudah selalu ada buat aku yaa.” ujarnya lirih.
“Itu sudah kewajiban kita sebagai teman Ly, kita harus saling membantu.” seru Hilya dengan tersenyum.
“Ayo guys, daripada kita berdebat terus itu bakal buang buang waktu dan ga bakal selesain masalah. Mending, sekarang kita bareng bareng bantuin cari ponsel Lily di sekitaran sini.” Ajak Hilya pada teman temannya.
Mereka menyadari bahwa saling menyalahkan tidak akan menyelesaikan masalah. Akhirnya, mereka memutuskan untuk mencari solusi bersama.
Mereka semua berpencar untuk mencari ponsel Lily dan akan kembali lagi ke titik utama yaitu tempat dimana mobil Jeep yang mereka naiki mogok. Namun, setelah mereka kembali berkumpul untuk melaporkan hasil pencariannya, hasilnya mereka tetap tidak menemukan ponsel tersebut.
Mereka pun kini sama sama hampir putus asa dan hanya berharap akan ada sebuah keberuntungan.
Beruntung, tidak lama kemudian setelah itu, sebuah Jeep lain melintas. Sopirnya, seorang pria berpengalaman bernama Pak Budi, berhenti untuk membantu dan menawarkan bantuan.
“Ada yang bisa saya bantu bro?” tanya Pak Budi dengan sangat ramah kepada Pak Taryo dan keempat remaja tersebut.
“Mobil saya tiba tiba mogok pak dan tadi juga knalpotnya keluar api. Saya juga sudah mencoba memperbaikinya tapi berhubung karena saya masih baru di sini, jadi saya belum bisa memperbaiki masalah ini. Saya juga ingin menelpon bantuan tapi ponsel saya mati mas.” jawab pak Taryo untuk menjelaskan masalah detailnya.
“Ponsel teman saya juga Hilang pak, sepertinya jatuh saat melintasi gundukan pasir yang terjal.” adu Hilya pada pak Budi, berharap semoga Pak Budi bisa membantu mereka.
Dengan cekatan, Pak Budi memeriksa mesin dan menemukan masalahnya.
"Mobil ini mesinnya memang sudah tua, sehingga perlu perbaikan yang cukup serius dan tidak bisa dilakukan di sini. Kalian butuh sopir baru dan Jeep yang lebih baik. Untuk ponsel mbaknya nanti saya share info pada teman teman saya di grup chat Family Gumuk Pasir untuk membantu mencarinya dan jika ketemu akan kita serahkan langsung ke mbaknya," katanya sambil tersenyum.
kemudian Pak Budi menghubungi bengkel dan memanggilkan mobil pengganti.
Setelah 10 menit menunggu, akhirnya bantuan datang. Sebuah Jeep baru berwarna cream yang mengkilap berhenti di dekat mereka. Dari dalam Jeep, keluar seorang sopir muda yang tersenyum ramah.
"Halo mbak, Saya Mas Ari. Ayo mbak numpak mobil, kita langsung wae neruske perjalanannya" katanya dengan suara hangat.
“awas hati-hati yo mbak numpak’e”
“Iya mas” jawab salah satu dari mereka.
Mas Ari memutar kunci mobil Jeep nya bersiap untuk melanjutkan perjalanan. Sebelum berjalan, mas Ari memastikan bahwa semuanya sudah aman terlebih dahulu.
“Coba dicek meneh, mbak. barang-barang wis aman kabeh durung?.” mas Ari memastikan agar tidak ada barang yang tertinggal di mobil yang tadi.
“Sudah aman semua mas.”
“OKE, kalo gitu siap ya kita budhal sekarang!”
“SIAP MAS.”
“LET'S GO…” ucap mas Ari dan keempat remaja tersebut dengan bersamaan.
Mobil ini sepertinya usianya masih muda aliyas masih baru, Sehingga jauh lebih nyaman dan kokoh dibandingkan Jeep sebelumnya.
Selama perjalanan menuju pantai Parangtritis, Mas Ari mengajak mereka berbincang bincang banyak hal yang sangat menarik serta menceritakan kisah kisah tentang istimewanya Yogyakarta dan pantai Parangtritis. Suasana yang semula mencekam kini akhirnya berubah menjadi sangat ceria. Mereka sangat menikmati momen tersebut dan tertawa bersama.
Di tengah obrolan yang seru, Mas Ari menanyakan suatu hal.
“Oh iya, kebetulan pas aku mereneh, aku nemu ponsel. Apa iki ponsel kalian?”
“Iya mas ponsel ku hilang tadi, kemungkinan besar itu ponsel ku.” jawab Lily dengan semangat dan gembira mendengar kabar tersebut.
“Bukannya ra percaya, tapi izin untuk memastikan aja, kira kira ciri ciri ponsel yang hilang nya bagaimana ya, mbak?” tanya Mas Ari dengan hati hati, tak bermaksud untuk tidak mempercayainya.
Lily pun menjelaskan ciri-ciri ponselnya.
“Ponselku merek Samsung Galaxy S22 ultra dan warna casingnya biru mas.”
“Oh, bener iki. Ternyata cocok karo ponsel sing tak golek, Mbak. Iki ponselnya tak balekno ya, Mbak.” Mas Ari pun langsung memberikan ponsel tersebut kepada Lily.
“Matur nuwun, Mas Ari sudah menemukan dan mengembalikan ponsel ku." ucap Lily dengan tulus.
Akhirnya, mereka tiba di pantai Parangtritis dengan perasaan lega dan bahagia.
"Waktu kalian main di pantai ini hanya 2 jam yo mbak. Kalau butuh apa apa, panggil saya saja ya, mbak. Saya ada disana." mas Ari menunjuk warung kopi yang terbuat dari gubuk kayu di sebelah selatan.
“Oke siap mas, matur nuwun.” mereka berempat pun kemudian melangkahkan kaki meninggalkan mobil Jeep itu.
Dengan gembira, Hilya, Rose, Arifah, dan Lily menikmati keindahan pantai Parangtritis. Mereka bermain di pasir dan mengambil banyak sekali foto untuk mengenang momen tersebut.
“EHH lihat itu guys ada pasangan bule yang cantik dan ganteng, ayok kita ajak mereka foto" teriak Rose pada teman temannya.
“IYA WEH GANTENG BANGET, ayo kita ajak foto” Arifah menatapnya dengan mata yang selalu berbinar kala melihat pria tampan. Padahal dia memiliki mata mines. Tapi, entah kenapa hampir semua perempuan, kalau melihat laki laki tampan matanya seketika jernih.
Mereka berempat pun mendekati pasangan bule tersebut. Mereka langsung mengajak pasangan bule itu untuk foto bersama menggunakan bahasa isyarat kalbu.
Rose, ia melambaikan tangan nya sambil tersenyum ramah kepada bule tersebut. Arifah, ia menyodorkan handycamnya. Sedangkan Lily, merentangkan satu tangannya kemudian menunjuk pasangan bule itu dan semua temannya dengan bergantian, berharap agar pasangan bule tersebut mengerti bahwa mereka ingin foto bersama.
Hilya yang melihat tingkah konyol mereka hanya tertawa terbahak-bahak. Meskipun pasangan bule itu sebenarnya memahami apa maksud mereka. Hilya tetap mengajak berbicara sopan menggunakan bahasa inggris dengan pasangan bule tersebut.
"Hello mister, I'm Hilya and these are my friends. They are Rose, Arifah and Lily.” Hilya mulai memperkenalkan dirinya dan teman-temannya terhadap pasangan bule tersebut.
"Hi, I'm Robert Pattinson and this is my wife Emma Watson. Nice to meet you.” Robert pun memperkenalkan dirinya dan istrinya yang cantik itu.
"Where are you from?” Hilda mencoba basa-basi terhadap pasangan tersebut.
"We are from Australia”
“Wow, that's amazing. Mister, can we take a photo with you?”
“Yeah, of course with pleasure”
Mereka sangat senang karena berhasil mendapatkan foto bersama dengan pasangan bule tersebut.
“Thank you so much Mister”
“You’re welcome” Robert dan Emma masih menampakkan senyum yang sangat lebar.
Pasangan bule tersebut kini mulai meninggalkan mereka masih dengan senyum yang ceria. begitu juga dengan keempat remaja itu, masih tersenyum lebar dan melambaikan tangan mereka sebagai tanda perpisahan.
Usai sudah 2 jam mereka bermain di pantai. Pertanda Waktunya mereka harus segera kembali pulang. Mas Ari juga sudah menunggu di mobil Jeep nya, berteriak untuk memanggil mereka.
“MBAK AYO KITA BALIK, waktune wis rampung.”
“Nggeh mas, sek kita mau pake sepatu dulu.” Hilya dan teman-temannya secepat mungkin memakai sepatunya kembali. Setelah itu, mereka mengayunkan kaki secepat kilat untuk kembali ke mobil Jeep mas Ari.
“Sak durunge mulih, mbak'e pengin tak fotoke ing jero jeep, ra?”
“MAUU”
"Oke, tak fotoke ya. Mbak sing lungguh ing kursi ngarep, bisa nyender ing lawang mobil ya mbak supaya apik. Kanggo sing ing mburi, kabeh ngadeg ya mbak.” Mas Ari memberikan arahan pose untuk foto mereka agar mendapatkan hasil yang maksimal.
Setelah sesi foto foto, mas Ari langsung memasuki mobil Jeep dan duduk di kursi kemudi. Ketika mas Ari memutar kunci mobilnya, mas Ari berhenti sejenak dari kegiatan memutar kuncinya itu, karena tiba tiba Arifah minta foto lagi. Ya beginilah, kalau penumpang nya perempuan yang masih remaja, hobinya foto foto terus.
“Mas, kita boleh minta foto lagi gaa?”
“Oh, masih kurang akeh yo tadi, mbak?
“Udah banyak kok mas, tapi kita mau foto sama mas Ari juga.”
“Piye toh mbak maksude?’
“Selfie pake kamera depan gitu mas,tapi pake ponsel mas Ari yah.”
“Boleh boleh.” mas Ari segera mengeluarkan ponsel boba tiga dari dalam tasnya.
Drama foto bersama keempat remaja itu, akhirnya benar benar sudah selesai. Mas Ari juga sudah mengirimkan foto foto tersebut kepada Arifah. Mobil Jeep itu kini sudah melaju cepat kembali menuju Pos registrasi.
Setiap pertemuan dengan seseorang dalam kehidupan ini, pastinya memberikan pelajaran yang sangat berharga untuk kita semua. Begitu pula, dengan orang-orang yang mereka temui dalam cerita petualangan di pantai Parangtritis ini.
Mulai dari Pak Taryo, mereka belajar mengenai arti berani mencoba hal baru untuk bisa menguasai banyak hal. Dari Pak Budi, mereka menyadari dari banyaknya orang di dunia ini. Ternyata, masih ada yang namanya orang baik dan peduli. Dari kedatangannya mas Ari sebagai sopir pengganti untuk mereka, mereka memahami arti dari sebuah kesabaran. Jika kita sabar, pasti kita akan mendapatkan ganti yang lebih baik. Sesuai seperti kata pepatah “Sabar itu memang pahit, akan tetapi buah dari kesabaran sungguh sangat manis rasanya.”
Ada yang tak kalah hebat dari tokoh tokoh yang disebutkan diatas, yaitu empat remaja itu sendiri. Mereka mengajarkan kita semua bahwa dalam sebuah hubungan harus selalu bersama dan saling tolong menolong. meskipun, dihadapkan oleh berbagai masalah. Percayalah, semua masalah di dunia ini, jika kita bisa saling peduli dan tolong menolong maka semuanya akan terasa mudah dan bisa segera kita selesaikan.
Petualangan mereka yang awalnya penuh dengan halang rintang, akhirnya berubah menjadi petualangan yang sangat menyenangkan dan berharga dalam hidup mereka.