TROUBLESOME CHOISE
10. Mimpi Jadi Nyata. Waktunya Mengejar Cinta.

96. INT. KAMAR DANICA — MALAM


Danica Aindrila
Jadilah ma. Aku berangkat lusa.
Mama Iris
Tapi, Inggris jauh banget. Gimana kalau kamu kenapa-napa disana?
Danica Aindrila
Arlando sama Inggris bedanya apa sih ma? Sama aja dong, aku keluar rumah, menuntut ilmu dan bisa belajar lebih mandiri terus gak ngerepotin papa mama.
Mama Iris
Beda Nic. Di Arlando itu dulu ada Carla, ada temen-temen kamu juga. Kalau di Inggris kamu belum kenal siapa-siapa, mama khawatir...
Danica Aindrila
Khawatir apa sih ma? Aku jadi bingung mau mama apa? Kalau aku disini mama pusing kan sama aku yang mama anggap buruk rupa ini? Sekarang, aku mau pergi mama jadi khawatiran kaya gini kenapa sih?
Lagian di Arlando udah gak ada siapa-siapa ma. Aku sendiri ma di Arlando.
(Menangis)
Aku ngerasa hilang. Aku memutuskan untuk pulang supaya aku gak semakin hilang tapi ternyata di rumah yang aku pikir bisa tempat aku pulang juga sama aja, malah menganggap aku buruk rupa yang merepotkan.
Mama Iris
Mama gak pernah anggap kamu buruk rupa. Mama gak pernah bilang gitu.
Danica Aindrila
Tapi mama bertindak seolah kaya gitu ma, seolah karena menurut mama aku jelek dan gak bisa ngurus diri jadinya mama cari ribut terus sama aku, bahkan sama papa.
Mama Iris
Itu karena mama sayang sama kamu Danica. Kamu anak mama perempuan satu-satunya...
Danica Aindrila
(Menangis)
Sayang itu menenangkan ma. Sementara yang mama buat selama ini gak buat aku merasa di sayangi. Aku merasa tertekan, gak berguna, buruk rupa, jelek, aku jadi pengen nyerah sama hidup aku ma. Rasa sayang seharusnya gak gitu.
Mama Iris
Nica, kamu itu udah sarjana. Sebentar lagi katanya mau S2, seharusnya kamu ngerti hal sepele kaya gini. Seharusnya kamu bisa mengartikan sikap mama kalau sebenarnya itu wujud sayang mama. Tapi ini apa, kamu gak juga paham.
Danica Aindrila
(Menanggukkan kepala dan masih sambil menangis)
Jadi aku lagi yang salah ya Ma? Oke, aku minta maaf ma.
Tapi aku harus tetap ke Inggris ma. Ini mimpi aku, aku harap mama gak ngelakuin apapun untuk buat aku ragu.
Mama Iris
Lagian mama gak akan bisa apa-apa. Kabarin kalau ada apa-apa.
Danica Aindrila
Gak usah khawatir. Aku bisa jaga diri. Aku cuma S2 disana, bukan selamanya disana.

97. INT/EXT. BANDARA — PAGI

Keluarga Danica bersama dengan Carla, Ben dan Narendra turut mengantar Danica yang akan terbang ke Inggris.

Papa Zaki
Papa masih ga percaya hari ini papa harus melepas anak papa ke negara orang.
Alcyone
Kak salam sama royal family yak.
Danica Aindrila
Dih, kaya bakal ketemu aja.
(Semuanya ikut tersenyum)
Carla
Gue bangga banget sama loe Nic. Baik-baik ya disana, kita semua di tanah air tercinta menunggu kabar baik dari loe selalu.
Danica Aindrila
Thanks kak Car, loe juga baik-baik disini. Kalau mau nikah sama kak Ben tunggu gue lulus S2.
Ben
Siap Nic, lagian gak mungkin adik tersayang ga diundang.
Carla
Tenang aja, kita tungguin loe buat mikirin konsep nikahan.
(Danica tertawa)
Narendra
Ain, take care of yourself. Jangan terlalu percaya sama orang lain, yang rajin belajarnya. Aku tunggu program yang udah kamu impikan rilis setelah kamu lulus S2.
Danica Aindrila
Siap Grakk kak Ren. Doain yah.
Aku pamit ya semuanya, aku masuk dulu.
Mama Iris
Nic.
(Memeluk Danica dan berbisik)
Kamu hati-hati ya disana. Maafin mama.
Danica Aindrila
Iya ma. Danica sayang mama.
Papa Zaki
Pelukannya cukup ya. Nanti lanjut 2 tahun lagi.
Alcyone
Udah sana. Nanti ketinggalan pesawat.
(Danica melambaikan tangan pada semua lalu masuk)
(Pesawat Danica berangkat)

98. INT. RUMAH SAKIT — PAGI

Darian Raphael
(Berbaring sambil bermain ponsel
Chriss
(Berdiri)
Bro. Ada kabar dari Narendra.
Darian Raphael
Gimana-gimana? Danica kenapa?
Chriss
Kabar baik bro, Danica hari ini berangkat ke Inggris pagi ini.
Darian Raphael
Syukurlah. Akhirnya, semoga dia baik-baik disana dan cepat selesai.
Chriss
Dan semoga kalian bisa juga segera meluruskan kesalahpahaman yang ada.
Darian Raphael
Semoga ya.
Chriss
Jadi sekarang Dainca sudah fokus dengan mimpinya, kamu juga harus fokus sama kesembuhan kamu Yan. Harus happy, jangan mikir yang macem-macem.
Darian Raphael
Iya pak dokter.
Chriss
Calon, masih calon dokter Yan.

99. INT. RUANG BELAJAR DANICA DI INGGRIS — MALAM

Danica Aindrila
(Duduk di meja belajar sambil menulis)
MONOLOG
Aku sudah sampai di negeri impian kita kak Darian. Seperti pesan terakhirmu sebelum kita pisah, aku tidak berhenti meskipun tanpa kamu. Aku janji, ketika kita bertemu lagi aku sudah menjadi psikolog dan True Dream sudah berdiri tegak di tanah air kita. Apa kabar game Find Her yang kamu buat? Aku harap kita bahagia dengan cara sendiri. Maaf, aku belum berhasil berhenti mencintai kamu kak.

100. INT. TRUE MIND CONSULTING CENTER — SIANG

Dua tahun kemudian...

Pasien 1

(Bercerita)

Danica Aindrila

(Mendengarkan, mengangguk sambil menulis)
Danica Aindrila
Baik mbak. Cukup untuk hari ini. Kita bertemu lagi minggu depan yah.
Pasien 1
Terima kasih banyak Bu Danica. Saya permisi.
(Danica mengikuti kliennya dan mengantarnya sampai keluar ruangan)
Danica Aindrila
(MONOLOG)
Waktu berlalu dengan cepat. Satu per satu mimpiku menjadi nyata.
Aku akhirnya mendirikan True Mind Consulting Center.
(Establish True Mind Consulting Center)
Menjadi teman bagi mereka yang membutuhkan. Membuat yang terpuruk menjadi bangkit dan para pejuang mental health dapat dirangkul disini sampai mereka menemukan diri mereka dan dapat berpikir dengan benar.

101. EXT/INT. TRUE DREAM EDUCATION — MONTAGE — SIANG

Beberapa anak sedang ada di meja pendaftaran bersama orangtua mereka.

Beberapa remaja di sebuah ruangan sedang fokus melukis.

Beberapa remaja lainnya sedang bermain musik diajar oleh guru mereka masing-masing. Beberapa orang sedang berlatih menulis karya sastra.

Ke halaman belakang beberapa anak sedang berlatih sepak bola dan masih banyak latihan lainnya.

Danica Aindrila
(Membuka pintu dan masuk ke dalam True Dream Education)
(Monolog)
Disini, di True Dream Education. Dibanding tempat les, tempat ini lebih cocok disebut tempat kursus.
Tempat semua kalangan terkhususnya generasi muda untuk menggali potensi diri dan menekuninya.
(Tiba-tiba satu orangtua datang bersama anaknya dan mendekat ke arah Danica)
Ibu 1
Bu Danica, anak saya loh nilai matematikanya jelek banget. Kerjaannya menggambar aja seharian. Kata tetangga saya, tempat les ibu Danica ini tempat yang bagus untuk les.
Danica Aindrila
(Tersenyum)
Maaf ibu, kalau untuk les matematika dan les pelajaran yang memang di ajarkan di sekolah kebanyakan di True Dream tidak tersedia. Tapi kalau memang anak ibu suka menggambar, kami punya pelatih yang mampu membimbing anak ibu jadi semakin ahli.
Ibu 1
Loh gak ada les matematika?
Anak 1
Ma, aku mau ikut les melukis ma.
Ibu 1
Nilai matematika kamu jelek, masa kamu malah les melukis.
Danica Aindrila
(Tersenyum)
Anak-anak memang begitu bu. Punya ketertarikan berbeda. Kalau mau les matematika coba daftar di tempat lain saja bu. Dan kalau adeknya mau kelas pelukis, di True Dream kita ngadain kelas dua kali seminggu. Bebas pilih hari, jadi bisa tetap fokus sama tanggung jawab sekolah.
Anak 1
Aku mau les matematika ma, tapi syaratnya aku harus ikut kelas pelukis disini. Gimana?
Ibu 1
Oke, tapi nilai kamu harus bagus.
Anak 1
(Mengangguk senang)
Ibu 1
Bu Danica, daftarnya dimana ya?
Danica Aindrila
Silahkan ke depan Bu, ada meja pendaftaran di sebelah kanan.
Ibu 1
Terima kasih.
(Meninggalkan Danica yang masih menatap mereka berjalan ke arah meja pendaftaran)


102. INT. SUPERMARKET — SORE

Danica sedang berbelanja. Belanjaannya cukup banyak.

Danica Aindrila
(Tidak sengaja menabrak seseorang)
Maaf mbak, gak sengaja.
Mita?
Mita
Da-nica?
Danica Aindrila
(Senyum sinis)
Gak nyangka ya kita ketemu disini. Setelah sekian lama gak ketemu, kamu apa kabar?
Mita
Baik Nic.
Danica Aindrila
Oiya. Tunangan kamu apa kabar? Atau malah udah bukan tunangan lagi?
(Diam sejenak)
Aku gak nyangka ya, aku pikir kamu kakak tingkat yang baik. Kita emang gak deket, makanya gak pernah nyangka kamu nusuk aku dari belakang.
Mita
(Menggeleng)
Kamu salah paham Nic. Aku memang mau menikah.
(Mengambil undangan dan memberikannya pada Danica)
Maaf aku belum sempat nulis nama kamu.
Danica Aindrila
(Membaca undangan)
Kok, bukan sama kak Darian?
Mita
Duh aku udah ga bisa deh nyembunyiin ini semua.
(Menarik nafas dalam dan menghembuskannya perlahan)
Aku sama Darian gak pernah ada hubungan apapun. Kami juga ga tunangan. Darian terpaksa buat cerita bohong supaya kamu mau putus sama dia, kebetulan aku yang ada disana waktu itu.
Danica Aindrila
Kalau bukan karena kamu, kenapa kak Darian mau mutusin aku?
Mita
Darian punya penyakit serius Danica. Dia mengidap tumor otak, dia gak mau karena keadaan dia membuat kamu gak bisa lanjutin apa yang udah kamu rencanain.
Danica Aindrila
A-apa? Tumor otak? Kok aku ga tau?
(Menangis)
Mita
Maaf Nic. Semoga Darian cepet sembuh dan kalian bisa datang di pernikahan aku. Itu undangan buat kamu dan Darian. Aku buru-buru, duluan ya.
(Meninggalkan Danica)

103. INT. RUMAH DANICA — SORE

Danica buru-buru membawa belanjaannya ke rumah.

Mama Iris
Nica, udah pulang?
Danica Aindrila
Udah ma. Ini belanjaan.
Oiya papa mana ma?
Mama Iris
Papa baru pulang juga, tu lagi mandi. Kamu kenapa sih kayanya buru-buru banget.
Danica Aindrila
Iya ma. Aku harus ke Surabaya sekarang.
Mama Iris
Surabaya? Kok mendadak banget?
Danica Aindrila
Nanti abis dari sana aku jelasin ya ma. Aku mau packing dulu.
(Pergi ke kamarnya)
(Sambil merapikan pakaian)
MONOLOG
Terima kasih, terima kasih sudah bertahan kak Darian. Sebentar lagi, aku kesana.
Mimpi aku sudah jadi nyata, sekarang waktunya mengejar cinta. Tunggu aku kak Darian...
Papa Zaki
Nica, kata mama kamu mau ke Surabaya malam ini?
Danica Aindrila
Iya pa. Aku udah pesen tiket juga jadi bisa langsung berangkat.
Papa Zaki
Perlu papa antar ke bandara?
Danica Aindrila
Ga usah pa, aku udah pesen taksi online. Taksinya udah di depan, aku pamit ya pa ma.
Mama Iris
Hati-hati.
Danica Aindrila
Iya ma.

104. INT/EXT. DEPAN RUMAH DARIAN — MALAM

Danica sudah sampai di alamat yang pernah disebutkan Darian sebagai tempat tinggalnya.

Danica Aindrila
(Mengetuk pintu)
Permisi...
(Pintu terbuka)
Nada
Maaf mbak, cari siapa ya?
Danica Aindrila
Benar ini rumah Darian?
Nada
Benar. Saya adiknya, ada apa ya?
Danica Aindrila
Saya Danica, apa saya bisa bertemu dengan Darian?
Nada
Maaf tapi kakak saya tidak ada di rumah.
Danica Aindrila
Dimana saya bisa menemui dia?
Nada
Duh maaf mbak. Setau saya kakak saya tu gak pulang ke rumah. Saya baru pulang kuliah dari luar negeri, belum dengar kabar kak Darian. Chat saja juga belum di balas. Papa sama mama juga masih kerja jadi ga bisa nanya.
Danica Aindrila
(Menarik nafas panjang dan sangat bingung)
(Tiba-tiba Tito datang)
Tito
Nad, tante di rumah?
Nada
Koh Tito, gak ada koh. Aku sendiri loh di rumah.
Tito
(Menoleh ke arah Danica)
Eh, kamu Danica Aindrila bukan?
Danica Aindrila
Iya. Kok mas tahu?
Tito
Darian cerita. Oiya? Kamu kesini pasti nyari Darian ya?
Danica Aindrila
Iya, mas tahu kemana saya harus cari kak Darian?
Tito
Kalau gitu kamu ikut aku.
Nad, kamu baik-baik di rumah ya. Kami pergi dulu.
Nada
Tapi koh aku juga mau...
(Mobil yang dikendarai Danica dan Tito sudah melaju)
Aku juga mau ketemu koh Darian.
(Masuk ke dalam rumah dan menutup pintu)

105. EXT/INT. JALANAN SURABAYA (DALAM MOBIL TITO) — MALAM

Danica Aindrila
Mas, emang kak Darian dimana?
Tito
Panggil Koh Tito aja.
Kita terjun ke bandara sekarang. Semoga masih ada penerbangan ke Jakarta.
Danica Aindrila
Jakarta? Aku lo koh baru dari Jakarta buru-buru supaya cepet ketemu kak Darian. Masa koh Tito mau aku pulang.
Tito
Nic, Darian itu ada di Jakarta. Besok pagi dia akan operasi pengangkatan tumor. Doain semoga berhasil ya.
Danica Aindrila
Apa!?

106. INT. WARUNG RAWON KALKULATOR — DINI HARI

Tito
Penerbangan terdekat subuh. Jadi kita makan dulu.
Danica Aindrila
Duh, jadi pengen cepet-cepet subuh koh. Khawatir banget sama kak Darian.
Tito
Sabar, makan dulu biar ada energi. Lagian kamu udah di Surabaya, sayang kalau gak makan rawon.
Danica Aindrila
(Senyum dan menyuapkan rawonnya)
Tito
Abis makan, kamu mau istirahat dimana dulu sambil nunggu subuh?
Danica Aindrila
Koh, kita ke bandara aja ya, istirahat di sana aja. Nanti tidurnya di pesawat aja. Aku takut kalau tidur sekarang malah ga bangun nanti subuh.
Tito
Oke deh.
Tapi kita beli persediaan makanan, cemilan gitu ya. Aku yakin sampai disana nanti pasti menguras energi banget jadi pasti butuh makanan.
Danica Aindrila
Manut koh.
Tito
"Manut"? Baru sebentar di Surabaya udah mulai beradaptasi ya.
Danica Aindrila
Gak gitu koh, aku sering bareng kak Darian jadi sedikit terpengaruh hehe.
Tito
Gapapa, sekalian belajar. Kan kamu juga nanti jadi orang Surabaya to.
Danica Aindrila
O-rang Su-ra-baya?
Tito
(Tersenyum dan melanjutkan makannya)

107. INT. DEPAN RUANG RAWAT, DEPAN RUANG OPERASI, RUANG ICU— PAGI

Danica bergegas menelusuri rumah sakit, tergesa-gesa dan Tito mengikuti dari belakangnya juga dengan langkah tergesa-gesa.

Danica Aindrila
(Berjalan terburu-buru)
(Melihat ada Chriss dan Narendra dan melangkah ke arah mereka)
Kak Chriss, dimana kak Darian? Dia udah ruang operasi?
Chriss
Nic? Kok kamu bisa disini?
Danica Aindrila
Kak Darian masih di dalam?
(Chriss mengangguk)
(Danica langsung masuk ke dalam)
Darian Raphael
(Menoleh ke arah pintu yang terbuka)
Nica?
Danica Aindrila
(Menangis)
How could you do this to me kak?
(Berjalan mendekat ke Darian)
Darian Raphael
Hey, jangan nangis disini.
(Danica mengambil tangan Darian dan menarunya di pipinya)
Danica Aindrila
Janji sama aku ya...
Darian Raphael
(menjawab pelan)
Janji apa Nic?
Danica Aindrila
Janji sama aku kalau setelah operasi nanti, kakak bakal panggil aku "sayang" lagi, jadi kak Darian yang bawel lagi dan yang gak kalah penting, temenin aku ke nikahannya Mita.
(Danica tersenyum masih sambil menangis)
Darian Raphael
(Darian tertawa pelan)
Permintaan macam apa itu.
Nic, aku harus segera ke ruang operasi. Udah, jangan nangis lagi ya.
Danica Aindrila
Janji dulu!
Darian Raphael
Aku janji Nic. Aku juga gak mau pengorbanan aku untuk jadi orang jahat di mata kamu selama ini sia-sia. Maafin aku ya, aku memilih cinta aku ke kamu dan memaksa kamu memilih mimpi kamu.
Danica Aindrila
Aku kesel. But, thank you.
Sana operasi dulu. Janji ya, abis ini gak sakit lagi dan selalu sama aku sampai rambut hitammu menjadi putih kak.
(Menggenggam tangan Darian dan menepuk pundaknya)
(Darian dan beberapa suster membawanya ke ruang operasi)

Di depan ruang operasi. Danica heran baru saja menyadari keberadaan Narendra.

Danica Aindrila
Kok, kak Rendra ada disini? Kakak tahu dari mana kak Darian operas?
Narendra
Ain, kamu gak nyadar dari awal kamu datang aku udah di sini?
Danica Aindrila
Sama sekali enggak kak. Aku fokus mau ketemu kak Darian. Tapi, kakak tahu darimana?
Chriss
Narendra tahu semuanya dari awal Nic. Dia juga yang ngasih info tentang kamu selama ini.
Danica Aindrila
Apa? Kak Rendra detektifnya kak Darian?
Narendra
(Tertawa kecil)
Detektif, bisa dibilang gitu.
Danica Aindrila
Kok kakak gak kasih tahu aku sih? Ini aku malah tahunya dari kak Mita. Aku hampir aja ngelabrak kak Mita tahu gak! Aku pikir dia benar-benar pengkhianat.
Chriss
Duh, si Mita emang benar-benar gak bisa diandalkan.
Narendra
Sorry Ain. Ga niat buat bohongin kamu. Tapi waktu kamu ceritain ke aku malam itu, aku langsung hubungin Darian.
Aku udah anggap kamu adik aku Ain, waktu aku denger Darian nyakitin kamu, aku merasa butuh penjelasan langsung dari Darian.
Danica Aindrila
Kalau aku adiknya kak Rendra, kenapa kakak gak kasih tahu aku aja? Aku kan jadi gak perlu merasa jadi orang yang paling tersakiti selama bertahun-tahun.
(Danica berbicara sambil menahan tangis)
Narendra
Karena kalau aku kasih tahu, kamu pasti gak akan menjadi Danica Aindrila yang sekarang. Darian benar. Kalau saat itu kamu tahu kebenarannya, kamu pasti gak akan berangkat S2.
Chriss
Itu yang paling Darian takutkan Nic. Kamu menyerah sama mimpi kamu.
Darian juga sakit harus ngelakuin itu sama kamu. Sejak hari itu, dia berjuang untuk semangat. Dia bekerja jadi engineer di perusahaan multinasional di Jakarta sambil terus fokus mengobatin penyakitnya.
Danica Aindrila
(Menangis)
Aku pikir waktu itu kak Darian jauh dari aku, ternyata kita ada kota yang sama.
Chriss
Gak pernah satu hari pun dia lewati tanpa mikirin kamu Nic. Dia kayak orang gila waktu tahu kamu kecelakaan. Untungnya Narendra langsung dapat kabar kalau kamu cuma kecelakaan kecil.
Kamu tahu, hidup bersama kamu dalam waktu yang sangat lama itu impian dan harapan Darian. Itu juga alasan dia untuk terus berjuang untuk sembuh.
(Tito yang dari tadi diam saja, kemudian membuka suara)
Tito
Dulu keadaan Darian lebih parah dari ini. Dia pernah kena kanker otak waktu kecil. Waktu itu dia sudah mempersiapkan semuanya.
(Tertawa kecil)
Dia bahkan menulis buku harian. Kalau diingat-ingat sih lucu. Dulu dia yakin kalau dia akan pergi meninggalkan dunia ini. Mungkin karena dulu dia masih kecil jadi gak berharap banyak. Tapi kali ini dia punya harapan yang sangat besar untuk sembuh. Mungkin karena kamu Danica.
Danica Aindrila
(Menangis)
Kak Darian gak pernah cerita...
Tito
Percaya aja, kali ini pun Darian pasti bisa melalui semua.
Danica Aindrila
Harus koh. Kak Darian udah janji sama aku.
MONOLOG
Aku gak mau kamu ingkar janji kali ini kak. Bertahanlah, sembuhlah, sembuhlah dan ku mohon jangan sakit lagi. Sembuhlah, kalau bukan untuk kamu, sembuhlah untuk aku. Aku mau egois kali ini.

Setelah 3 jam berlalu, operasi selesai.

Darian di pindah ke ruang ICU, dia belum sadar.

Danica Aindrila
Dokter, apa saya bisa masuk? Saya ingin melihat keadaan Darian.
Dokter
Pasien belum sadar, boleh dijenguk tapi jangan rame-rame ya.
Tito
Kamu duluan aja yang masuk Nic. Aku biar cari makan siang buat kita semua. Dari tadi pagi belum makan kan?
Danica Aindrila
(Mengangguk dan segera masuk ke ruangan Darian)

(DI RUANG ICU)

Danica Aindrila
Kak Darian, thank you. Thank you kamu udah memilih untuk sembuh.
(Menangis)
Aku disini. Sekarang rasa sakitku lebih dari dua tahun ini sudah sembuh bersamaan sembuhnya kamu kak. I love you, so so much.
(Mencium kening Darian, air matanya turut membasahi pipi Darian)
Maaf,
(Mengusap pipi Darian yang terkena air matanya)
(Tito masuk ke dalam ruangan pelan)
Tito
Nic. Makan dulu.
Biar aku yang nungguin Darian.
Danica Aindrila
Tapi koh, aku mau Darian lihat ada aku disamping dia waktu dia bangun nanti.
Tito
Makanya makan dulu. Biar langsung bisa nemenin.
Danica Aindrila
(Mengangguk)
(Keluar dari ruangan)

Beberapa jam kemudian...

Danica Aindrila
(Duduk disamping ranjang Darian, menggegam tangan Darian dan terus memperhatikan wajahnya)
Darian Raphael
(Perlahan membuka mataya)
Nica...
Danica Aindrila
Kak...
Kak Darian udah bangun. Syukurlah, aku panggil dokter dulu ya...
Darian Raphael
(Menahan Danica)
Tekan belnya aja. Nanti dokternya datang.
Danica Aindrila
(Menekan tombol)
Gimana perasaan kakak? Ada yang sakit atau apa gitu?
Darian Raphael
(Diam)


Bersambung...



Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar