Topeng Sakti Cantika
13. SCENE 61-65

INT. RUMAH SUPENDI/KAMAR SANJAYA — SORE

Laura menelungkup di ranjang. Sanjaya mendekat.

sanjaya
Laura, jangan salah paham.

Laura membalikkan badannya.

laura
Aku lihat dengan mata kepalaku sendiri.
sanjaya
Kita pegangan tangan?
laura
Memangnya lebih dari itu?
sanjaya
Yang terjadi itu tidak seperti yang kamu pikirkan. Aku cuma bantu dia aja kok.
laura
(mencibir) Bantu mengisi kekosongan hatinya yang lama nggak disentuh laki-laki.
sanjaya
(membentak) jaga mulut kamu, Laura! Dia bukan perempuan sembarangan. Jangan mengolok dia seakan dia itu wanita murahan.
laura
(sedih) Aku nggak nyangka, mas berani bentak aku karena perempuan itu?
sanjaya
(tersadar) Oh bukan begitu. Aku minta maaf.

Laura kembali membenamkan mukanya ke bantal.

sanjaya cont’d
Please, jangan kayak gini. Aku dan Sari nggak ada perasaan spesial seperti yang kamu sangka.
laura
Oh ya?
sanjaya
(memeluk punggung Laura) Ayolah Laura. Ini adalah pestanya Cantika. Jangan merusaknya dengan kecemburuanmu yang nggak beralasan itu.

Laura mengalah dan berbalik ke Sanjaya.

laura
Ok. Aku pegang kata-kata kamu, mas.

Sanjaya mengangguk mantap.

CUT TO


EXT. SUNGAI — SIANG

Nampak Sarinah sedang mengambil air dari sungai dengan menggunakan ember. Setelah penuh lalu diangkat ke daratan. Sanjaya melihatnya dengan iba. Lalu mendekati Sarinah. Sarinah hampir tergelincir, Sanjaya sigap menangkap tubuh Sari.

sanjaya
Sari, awas!

Mereka sedang berpelukan dan memandang satu sama lain saat dari sebuah arah muncullah Laura. Dia nampak shock.

laura
Mas Jaya, mbak Sari?

Sanjaya dan Sari tersadar. Mereka melepas pelukan secara bersamaan.

Laura berbalik arah. Wajahnya sedih bercampur marah. Lalu berjalan cepat meninggalkan Sanjaya dan Sari sambil menangis.

sanjaya
Laura, tunggu!

Tapi Laura berjalan semakin cepat. Sanjaya mengejar.

sanjaya
Aku bisa jelaskan. Ini tidak seperti yang kamu pikirkan.

Sementara di pinggir sungai, Sari terdiam saja. Dia merasa bersalah.


CUT TO


EXT. RUMAH SUPENDI/TERAS BELAKANG — SIANG

Laura marah dan bergegas hendak masuk ke dalam rumah. Sanjaya mengikuti dari belakangnya. Lalu Sanjaya memegang pergelangan tangan Laura.

sanjaya
Dengerin mas dulu, sayang. Mas sangat memohon.

Laura membalikkan badannya. Wajahnya memerah. Giginya gemeretak.

laura
Aku mau pulang ke Bandung.
sanjaya
Jangan gitu dong.
laura
Aku mau ajak Cantika.
sanjaya
Tunggu dulu, Laura. Kamu jangan ambil keputusan saat kamu marah. Nggak baik.
laura
Mana yang lebih baik? Keputusan aku atau kelakuan kamu sama mantan pacar kamu itu?
sanjaya
Dia bukan mantan pacar mas. Kita nggak pernah punya hubungan apa-apa.
laura
Sudah, mas. Aku cape berdebat terus. Jangan cegah aku. Aku mau pulang ke Bandung bawa Cantika.
sanjaya
Laura, please!

Laura sudah masuk ke dalam rumah. Sanjaya akan mengejar tapi Mang Dullah muncul dan memanggil dirinya.

mang dullah
Mas Jaya!

Sanjaya berpaling.

mang dullah cont’d
Dipanggil bapak. Ada tamu yang mau ketemu mas Jaya.

Sanjaya mengernyitkan dahinya.

mang dullah cont’d
Penting, katanya.
sanjaya
Sekarang di mana?
mang dullah
Menunggu di ruang tamu. Sekarang ditemani bapak.
sanjaya
Oh ya. Makasih, Dullah.

Mang Dullah dan Sanjaya berjalan beriringan menuju ruang tamu.

CUT TO


INT. RUMAH SUPENDI/KAMAR SANJAYA — SIANG

Di kamarnya, Laura mengemasi pakaiannya dan pakaian Cantika. Datanglah Cantika dan menyerobot dengan banyak bicara.

cantika
Bunda, Bunda. Aku punya kabar gembira.
laura
Kebetulan banget kamu pulang, nak. Bunda mau bicara.
cantika
Sebelum Bunda ngomongin masalah Bunda, boleh nggak aku duluan? Soalnya aku udah nggak sabar mau kasih kabar ini ke bunda juga ayah.

Laura berhenti mengemasi pakaiannya, beralih memandang Cantika.

laura
Ok. Bunda dengerin.

Cantika melihat mata bundanya yang merah.

cantika
Bentar deh. Bunda habis nangis ya? Kenapa?

Laura langsung menyeka sisa-sisa air matanya.

laura
Nggak kok. Siapa bilang? Tadi pas buka lemari banyak debunya, terus masuk ke mata.
cantika
Masa’ sih?
laura
Beneran, sayang. Bunda nggak apa-apa. (beat) Tadi katanya mau kasih kabar gembira ke bunda. Apa itu?
cantika
Aku lulus ujian menari di sanggar.
laura
Lho, yang itu kan bunda udah tahu.
cantika
Bukan yang waktu itu, bunda.
laura
Terus?
cantika
Aku dan teman-teman sanggar berhasil ngalahin saingan kita di kota. Sebab itu, sanggar kitalah yang akan mewakili Kota Cirebon ke Jakarta.

Cantika begitu bahagia menjelaskannya.

cantika cont’d
Akhirnya kesempatan itu datang. Aku akan jadi dancer terkenal kayak impianku.
laura
(senang) Wah..selamat ya, sayang.
cantika
Tadi katanya bunda mau ngomong sesuatu?

Laura berkelit.

laura
(gagap) Oh, i-itu. Bunda mau minta tolong Cantika buat bantuin bunda beresin baju-baju ini. Biar kamar kita rapi. Biar enak dilihat.
cantika
Oh itu. Dikira apa. (beat) Ok deh bunda. Aku bantuin bunda habis aku ngomong sama ayah ya. Nggak apa-apa kan?
laura
Iya, nggak apa-apa.
cantika
Habis, aku udah nggak sabar mau kasih tau kabar gembira ini ke ayah.

Laura mengangguk dan Cantika keluar dari kamar.

CUT TO


INT. RUMAH SUPENDI/RUANG TAMU — SIANG

Di ruang tamu, Sanjaya menerima dua orang tamu. Dia kenalan pak Supendi. Sebelum Sanjaya datang sudah ada kakek Supendi yang menemani tamunya. Sebut saja nama mereka adalah Gunawan dan Firman.

kakek supendi
Ini dia yang lagi diomongin.

Sanjaya tersenyum kepada kedua tamu lantas menyalami mereka satu-persatu dan mengenalkan diri.

sanjaya
Saya Sanjaya.
gunawan
Saya Gunawan. (menunjuk temannya) ini asisten saya.
firman
Kenalkan, mas Sanjaya. Saya Firman.

Sanjaya duduk dekat bapaknya. Sedangkan Mang Dullah pamit pada kakek Supendi.

mang dullah
Pak, kalau gitu saya ke belakang dulu.
kakek supendi
Iya, Dul. Makasih ya.

Mang Dullah mengangguk kemudian berlalu dari sana.

gunawan
Kebetulan saya ini kenalan Pak Pendi sejak lama.
kakek supendi
Gunawan ini pengusaha properti yang sukses.
gunawan
(senyum) Tepatnya baru merintis, mas.
sanjaya
Saya senang bisa berkenalan dengan pak Gunawan ini.
gunawan
Kebetulan saya mau bangun komplek perumahan sederhana untuk kalangan menengah ke bawah. Tapi konsepnya harus tetap rindang dan asri. Kira-kira mas Sanjaya bisa bantu saya nggak?

Sanjaya memandang kakek Supendi. Yang dipandang hanya mengedipkan mata, memberi isyarat agar Sanjaya tidak menolak.

sanjaya
Maksud pak Gunawan gimana? Bantuan dalam hal apa maksudnya?
firman
Kami dapat info dari pak Pendi kalau mas Sanjaya ini seorang arsitek.
gunawan
Jadi, untuk tahap-tahap awal proyek pembangunan, kami butuh desain yang pas gitu mas.
kakek supendi
Kalau masalah rancang merancang, anak saya ini sudah jago, Gun. Jangan khawatir.
gunawan
Iya, pak. Saya percaya kalau rekomendasinya dari pak Pendi.
firman
Karena itu, kami ke sini ingin bertemu langsung dengan mas Sanjaya sekaligus memastikan soal kesediaan mas bekerjasama dengan perusahaan kami.
gunawan
Bagaimana, mas Sanjaya?
sanjaya
Baik, pak. Saya bersedia.

Gunawan lalu mengeluarkan sebuah kartu nama dan diberikan pada Sanjaya.

gunawan
Baik kalau begitu. Ini kartu nama saya. Besok saya tunggu mas di kantor untuk membicarakan kelanjutan dan kontrak kerja kita.
sanjaya
Terima kasih, pak.
gunawan
(ke Kakek Supendi) Kalau begitu saya dan Firman pamit pak Pendi.
kakek supendi
Terima kasih banyak, Gun, Firman. Sudah berkunjung kemari.
gunawan
Sama-sama, pak

Kemudian kedua tamu itu bangkit dari duduknya, diikuti oleh Kakek Supendi dan Sanjaya. Mereka saling bersalaman satu sama lain.

kakek supendi
Biar saya antar ke depan.

Kakek Supendi keluar bersama kedua tamunya. Bersamaan dengan itu muncul Cantika dengan suara riangnya.

cantika
Ayah, ayah.

Sanjaya tidak jadi ikut Kakek Supendi mengantar tamu. Dia menoleh ke arah Cantika.

sanjaya
Cantika, ada apa? Kelihatan seneng banget.
cantika
Aku mau kasih kabar gembira sama ayah.
sanjaya
Oh iya? Apa itu?
cantika
Aku dan temen-temen sanggar bakal ke Jakarta, yah.
sanjaya
Maksudnya?
cantika
Sanggar kita jadi wakil Kota Cirebon untuk ikut kompetisi dancer tingkat nasional.
sanjaya
Masya Allah. Selamat, sayang.

Sanjaya memeluk Cantika dengan gembira.

sanjaya cont’d
Ayah juga punya kabar gembira.
cantika
Apa, yah?
sanjaya
Tapi masih rahasia.
cantika
Ah ayah. Curang.
sanjaya
Biar jadi kejutan buat bunda juga.
cantika
Lho, bunda juga belum tahu?
sanjaya
Belum ada satu orangpun yang ayah kasih tahu.
cantika
Ah ayah. Penasaran deh.

Sanjaya tertawa.

CUT TO


Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar