Topeng Sakti Cantika
5. SCENE 21-25

EXT. RUMAH SUPENDI/TERAS — PAGI

CAST : SANJAYA, KAKEK SUPENDI, MURNI, SARINAH

Terlihat kakek Supendi tengah membersihkan cangkul. Sanjaya keluar dari dalam rumah.

SANJAYA
Bapak hari ini ke sawah?

Supendi tidak menoleh. Hanya menjawab datar.

KAKEK SUPENDI
Ya.

Pandangannya tetap fokus membersihkan tanah kering yang menempel di cangkul dengan sebilah pisau.

SANJAYA
Jaya mau bantu bapak.
KAKEK SUPENDI
Nggak usah. Nanti tangan kamu kotor.
SANJAYA
Sekalian ada yang mau Jaya omongin ke bapak.
KAKEK SUPENDI
Ngomong sama bapak sekarang aja. Kalau di sawah bapak sambil kerja, mana sempet ngobrol.
SANJAYA
Bapak tenang saja. Jaya bisa menyesuaikan. Jaya nggak akan ganggu bapak kerja.
KAKEK SUPENDI
Terserah kamu lah.
SANJAYA
Kalau gitu Jaya pamit dulu ke Laura.
KAKEK SUPENDI
Hmm.

Sanjaya baru akan masuk ke dalam rumah ketika datang SARINAH (35 tahun, cantik. Janda. Suaminya meninggal. Kulit sawo matang. Teman masa kecil Sanjaya. Sempat suka pada Sanjaya). Di belakangnya ada MURNI (10 tahun. Rambut pendek sebahu. Anak Sarinah. Wajahnya mirip sekali dengan ibunya. Kalau bicara suaranya sangat nyaring). 

MURNI
Assalamualaikum, kakek!

Mendengar suara Murni, kakek Supendi berpaling dan melepaskan pekerjaannya. Begitupun Sanjaya, dia tidak jadi masuk ke rumah.

KAKEK SUPENDI
Wa’alaikum salam..!Cucu kakek yang geniit.
MURNI
(tersipu) Iih.. kakek. Masa genit sih.
KAKEK SUPENDI
Terus apa dong?

Di belakangnya, Sarinah menyimak percakapan mereka dengan tersenyum. Murni mendekati kakek Supendi yang berjongkok dengan cangkulnya, dan mencium tangan Supendi.

MURNI
Apa aja deh. Yang penting jangan dibilang genit.
KAKEK SUPENDI
Siap, Bos cantik.
MURNI
Nah, kalau itu Murni suka kek.

Kakek Supendi terkekeh. Sarinah ikut tertawa.

KAKEK SUPENDI
Ayo ajak ibumu ke dalam. Nenek udah nunggu dari tadi.
SARINAH
Iya, pak. Saya ke dalam dulu. (menoleh ke Sanjaya) Tapi, lagi ada tamu ya?
KAKEK SUPENDI
(mengerlingkan mata) Kenal nggak sama tamunya?
SARINAH
Mas Jaya? Beneran mas Jaya kan?
SANJAYA
Kenal saya? Siapa ya?
SARINAH
Mas nggak inget sama saya? Sari lho mas.
SANJAYA
Sebentar, Sarinah?
SARINAH
Iya, mas.
SANJAYA
Oh iya saya inget. Apa kabar mbak Sari?
SARINAH
Sari aja, nggak usah pake mbak. Kayak sama siapa aja.

Supendi tiba-tiba berdehem.

supendi
Ehm, ehm.

Dia melirik mereka sebentar lalu kembali pada pekerjaannya membersihkan cangkul. Sarinah tersadar. Lalu berkata pada Murni.

sarinah
Murni, salim ke om.
sanjaya
Anak kamu?
murni
Iya, om. Ini ibu aku.
sanjaya
Wah.. anak om pasti suka. Karena ketemu temen yang seumuran.

CUT TO


INT. RUMAH SUPENDI/DAPUR — PAGI

CAST : LAURA, NENEK INAYATUN, SARINAH

Inayatun sedang mencicipi sayur asem di panci yang baru saja dibuat oleh Laura. Sedangkan Laura berdiri di sampingnya harap-harap cemas. Menunggu hasil penilaian mertuanya akan masakan yang baru saja dibuatnya.

LAURA
Gimana, Bu?
NENEK INAYATUN
Lumayan.
LAURA
(senyum) Syukurlah kalau ibu suka.
NENEK INAYATUN
Tapi masih kalah jauh sama masakan Sari.

Laura terdiam.

NENEK INAYATUN cont’d
Oh iya, tumben tuh anak belum ke sini. Biasanya sudah gesit bawain makanan kesukaan ibu.
LAURA
Sari itu siapa, bu? Setahu saya, bapak sama ibu cuma punya anak mas Sanjaya.
NENEK INAYATUN
Lho kamu nggak inget?
LAURA
Maaf, bu. Saya benar lupa. Apa kita saling mengenal?
NENEK INAYATUN
Sarinah alias Sari itu lho. Calon mantu ideal ibu yang gagal karena anak ibu lebih pilih jalan hidupnya sendiri sama perempuan lain.

Laura tercekat. Sedikit menelan ludah. Dia mengerti yang dimaksud ibu mertuanya adalah dia.

LAURA
Oh kalau Sari yang itu saya inget bu. Tapi menurut saya, mas Jaya memilih perempuan lain bukan karena ingin durhaka sama orang tua. Setiap anak kan berhak bahagia dengan pilihannya sendiri.
NENEK INAYATUN
Eleh, ngomong apa kamu. Kamu siapa, sok tau. Nasehati ibu segala.
LAURA
Oh maaf, bu. Laura nggak ada maksud buat nasehati ibu.
NENEK INAYATUN
Wis lah nggak usah dibahas. Kamu dari dulu tetap sama. Suka melawan orangtua.

Laura tertunduk sedih. Sementara Inayatun hendak beranjak dari dapur, tapi muncul Sarinah sambil membawa rantang makanan.

NENEK INAYATUN
Lah ini Sari baru datang.

Laura segera menoleh ke arah datangnya Sarinah.

SARINAH
Iya bu, maaf. Tadi saya anter Murni ke sanggar dulu ambil buku yang ketinggalan katanya.
NENEK INAYATUN
Ya udah nggak apa-apa. Gimana pesenan ibu? Dimasakin kan?
SARINAH
Iya bu. Saya masakin pindang telor asin. (Sembari membongkar rantang makanan yang dibawanya)
NENEK INAYATUN
Hm, aromanya sudah harum begini, apalagi rasanya. Pasti muantap.
(beat)
Oh iya ibu sampai lupa. (Ke Laura) Laura, sini!
LAURA
Iya, bu.
NENEK INAYATUN
Ini lho Sari. Gimana, inget nggak?

Laura mengangguk saja. Dia enggan bicara. Sarinah yang kemudian ramah menyapanya.

SARINAH
Ini pasti mbak Laura?
NENEK INAYATUN
Lho kok tebakanmu langsung bener gitu?
SARINAH
Tadi Sari ketemu mas Jaya di depan.

Laura merasa tidak tahan. Rasanya ingin menangis.

LAURA
Iya mbak Sari. Saya Laura. Istrinya mas Sanjaya (menjabat tangan Sarinah) Tapi maaf, saya belum bisa ngobrol lama.
NENEK INAYATUN
Lho memangnya kamu mau ke mana?
LAURA
Oh itu bu. Saya lupa belum nawarin sarapan buat Cantika.
NENEK INAYATUN
Oh ya udah sana. Biar kerjaan dapur ini Sari yang urus.

Tanpa menunggu lama, Laura langsung meninggalkan dapur dengan sesak di dadanya karena air mata yang ditahan.


CUT TO


EXT. RUMAH SUPENDI/TERAS — PAGI

CAST : CANTIKA, LAURA, MURNI, KAKEK SUPENDI

Laura mencari Cantika. Tapi yang dilihatnya adalah ayah mertuanya yang sedang mengasah cangkul.

LAURA
Pak, maaf. Apa lihat Cantika? Saya cari di dalam rumah nggak ketemu.

Kakek Supendi hanya menunjuk ke suatu arah.

KAKEK SUPENDI
Tuh, di sana.

Dilihat Laura, Cantika berjalan beriringan dengan Murni menuju ke suatu tempat. Laura nggak jadi panggil. Laura menggumam.

LAURA
Cantika sudah punya teman.
KAKEK SUPENDI
Barusan temannya ke sini.

laura melirik sebentar ke arah mertuanya lagi, lalu kembali masuk ke dalam rumah.


CUT TO


EXT. JALAN KAMPUNG — PAGI

CAST : CANTIKA, MURNI, KINAN

Murni dan Cantika berjalan beriringan menyusuri jalanan kampung yang berbatu, tidak rata.

MURNI
Nama kamu Cantika kan?
CANTIKA
Kok tahu?
MURNI
Kan tadi kakek yang bilang. Lupa ya?
CANTIKA
(nyengir) Iya, aku lupa.
(beat) Ngomong-ngomong kita mau ke mana sih?
MURNI
Cuma ngajak jalan keliling kampung aja. Biar kamu nggak bosen di rumah terus. Kapan-kapan kalau kamu mau ada keperluan ke luar rumah nggak sampe nyasar.
CANTIKA
Aku cuma sebentar kok tinggal di rumah kakek nenek.
MURNI
Oh gitu? Kenapa?
CANTIKA
Ya aku mesti lanjutin sekolah aku dong.

Tiba-tiba dari suatu arah muncullah seorang gadis imut seumuran dengan Cantika. Dia adalah KINAN, 10 tahun, teman Murni di kampung. Primadona sanggat tari di kampung Tuk Mudal Cirebon itu.

KINAN
(teriak) Murniii!

Murni dan Cantika menoleh ke sumber suara.

CANTIKA
Siapa itu? Temen kamu?
MURNI
Iya, namanya Kinan. kebetulan, aku kenalin dia sama kamu ya.
(ke Kinan) Hai Kinan sini deh.
KINAN
Kamu ke mana aja sih? Aku cari ke sanggar, ke rumah kamu, ke rumah kakek Supendi juga nggak ada.
MURNI
Aku baru dari rumah kakek Supendi. Terus ketemu Cantika.
KINAN
Cantika?
MURNI
Iya, ini Cantika. Cucunya kakek Supendi. Baru datang dari kota. (Pada keduanya) Ayo kalian berdua kenalan.

Kinan dan Cantika malah saling menatap tajam. Murni jadi kesal.

MURNI cont'd
Aduuh..kalian kenapa sih? Cuma kenalan doang. Sebutin nama masing-masing. Apa susahnya?

Lantas Murni memegang masing-masing dari mereka agar saling bersalaman.

MURNI cont'd
Sini aku bantu. (melirik ke Kinan dan Cantika bergantian) Kinan, kenalkan ini Cantika. Cantika, kenalkan ini Kinan. Teman baik aku di desa ini.

Tapi tiba-tiba Kinan menarik tangannya cepat. Lalu dia berseloroh agak sinis.

KINAN
Eh, bentar deh. Dia nggak alergi salaman sama kita?
MURNI
Maksud kamu apa, Kinan?
KINAN
Nggak maksud apa-apa sih. Aku khawatir dan kasihan aja sama dia. Siapa tahu habis salaman sama aku, dia mendadak gatal-gatal. Secara, anak kota kan manja.
CANTIKA
Heh apa maksud kamu bilang anak kota manja. Ngejek kamu?
MURNI
Iya ih, Kinan. Kamu ngomong apa sih? Jangan suka sembarangan ngatain orang deh. Nggak baik tahu.
KINAN
Aku pernah dengar gitu kok.

Kinan dan Cantika saling ejek. Cantika naik pitam.

CANTIKA
Anak kampung jelek. Siapa juga yang mau kenalan sama kamu.
KINAN
Dasar anak kota yang manja. Sombong.

Malah dijahilin Kinan. Sampai didorong dan baju Cantika kotor.

CANTIKA
Aduh!

Kinan menertawai.

KINAN
Haha..rasain.

Cantika nangis dan pergi. Kinan semakin mengejek.

KINAN cont'd
Yah gitu aja nangis. Dasar cengeng.

Cantika pergi, Murni marah sama Kinan.

MURNI
Kinan! apa-apaan sih kamu. Ih..nyebelin deh.

Lalu mengejar Cantika. Kinan cuek sambil mengangkat bahunya.

KINAN
Bodo amat. Habis dia mulai duluan. Kinan dilawan. Ya mewek deh.


CUT TO


INT. RUMAH SUPENDI/KAMAR SANJAYA — PAGI

CAST : SANJAYA, LAURA, CANTIKA

Sanjaya sedang berganti pakaian. Dia mau bantu Supendi ke sawah. Laura masuk dengan muka sedikit ditekuk. Sanjaya tidak memperhatikan raut wajah itu. Lalu dia berkata.

SANJAYA
Kamu, kalau mas tinggal sebentar nggak apa-apa kan?
LAURA
(bicara agak sewot) Memangnya mas mau ke mana?

Sanjaya merasakan bahwa nada bicara Laura agak ketus. Dia berpaling lalu bertanya.

SANJAYA
Kok mukanya serem begitu. Kenapa?
LAURA
(memalingkan wajah ke arah lain) Nggak apa-apa. Kalau mas mau pergi, pergi aja.
SANJAYA
Kan mas belum jawab mau pergi ke mana. kok kamu udah langsung kasih izin.
LAURA
Ya udah. Nggak penting. Pergi aja sana.
SANJAYA
Iya ok. Aku kasih tahu. Aku mau ngobrol empat mata sama bapak. Siapa tahu dapat peluang kerja yang lebih baik di sini.
LAURA
(masih ngambek) Iya.
SANJAYA
Sebentar. Kamu nggak mau cerita apa-apa sama mas? Atau jangan-jangan habis ribut sama ibu.
LAURA
Aku tadi baru ketemu sama calon menantu idamannya ibu kamu.
SANJAYA
Sarinah?
LAURA
Aah, kok mas bisa langsung nebak gitu. Atau jangan-jangan mas ini..
SANJAYA
(memotong cepat) Laura.. kalau ibu ngomongin soal Sarinah ya nggak usah ditanggapin. Palingan juga bercanda. Udah, mas jalan dulu. Keburu bapak bete nunggu mas.

Sanjaya pergi. Laura semakin kesal. Dia meremas tangannya sendiri.

LAURA
Becanda? Mas Jaya nggak ngerasain jadi aku waktu itu.

Muncul Cantika yang menangis dengan baju kotor.

CANTIKA
Bundaa

Laura terkejut sekaligus bingung.

LAURA
Lho, nak. Kamu dari mana? Kenapa bajunya kotor semua?

Cantika semakin keras menangis.

LAURA
Sini ikut Bunda.

Laura menggiring Cantika ke kamar mandi.


CUT TO



Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar