The Insurance
12. 12

33. INT. KANTOR POLISI – DINI HARI (Cont.)

Melihat Arya berjalan lemas mendekati mejanya, beberapa rekannya langsung menghampirinya. Menodongkan beberapa pertanyaan terkait wajah masam yang Arya tampilkan.

POLISI 1

Lah, malah balik ke sini si Arya. Lo liburan di sini?

POLISI 3

Jan bercanda, ngab! Sadar situasi deh. Lo gak lihat apa muka Arya kusut gitu kek minta disetrika. Peka dong jadi cowok!

POLISI 1

Halah, ujung-ujungnya juga lo ngatain si Arya. Eh, tapi gue beneran penasaran sumpah sama perubahan wajah lo, Ar. Gak biasanya lo datang ke sini pake kaos oblong. Serajin-rajinnya Arya meski di hari libur, kalau ke sini pasti pake seragam.

Dia menunjuk cewek berambut kusut dengan pakaian lusuh di dalam sel penjara.

POLISI 1

 Lo gak lihat, janda gila di dalam penjara ngamuk minta dipeluk lo?

Keempat pria itu kompak melihat arah tunjuk polisi 1 lalu bergidik ngeri setelahnya, kecuali Arya yang masih setia menampilkan wajah masam.

ARYA

Bos, mana?

POLISI 2

Di ruangannyalah! Lagian lo nanya kayak anak baru aja. Heran gue.

POLISI 3

Ada perlu apa, bro? Keknya bukan hal baik. Cerita sini ke kita siapa tau ngurangin beban lo. Jan dipendem sendiri.

Arya menghela napas panjang. Badan kekarnya bersandar pada kursi yang ia duduki. Sementara ketiga rekannya yang semula berdiri kompak menarik kursi di dekat mereka lalu duduk di sana.

ARYA

Temen gue habis kena musibah. Belum ada yang lapor ke polisi. Gue lihat kondisi dia barusan. Dia udah gak bisa ngomong lagi. Gue harus apa?

POLISI 1

Maksud lo bisu?

Arya mengangguk lemah.

POLISI 2

Cowok apa cewek?

ARYA

Cewek.

Ketiga pria itu kompak menampilkan wajah terkejut berganti kasihan.

POLISI 1

Hubungannya sama lo apa? Kenapa lo ngerasa bersalah gini, sih, Ar? Bukan lo yang bikin dia bisu, kan?

Polisi 3 langsung memukul lengan rekannya yang barusan bicara. Cukup keras, sampai polisi 1 menjerit sebentar dan menjadi pusat perhatian.

ARYA

Karena kejadiannya itu kemarin waktu kita lagi liburan bareng, Yo dan gue baru denger kabar dia hari ini.

Polisi 1 yang bernama Setyo hanya bisa diam dengan wajah menunduk. Dua yang lainnya memilih untuk melihat arah lain sembari berpikir.

POLISI 2

Lo udah hubungi orang tua temen lo belum? Suruh dia buat laporan ke sini biar kasusnya ditangani.

POLISI 3

Nah, iya, Ar.

ARYA

Gue gak berani ngomong.

SETYO

Ar, lo gimana, sih! Lo tega lihat temen lo dalam kondisi gitu? Orang tuanya berhak taulah. Kalau bukan lo yang bilang, siapa lagi?

ARYA

Gue gak punya nyali ketemu sama orang tuanya Lidya, Yo. Gue malu. Gue gak becus jagain dia.

Polisi kedua menyentuh bahu Arya lalu mengusapnya pelan. Tak disangka, sosok Arya yang terkenal tegas kini menangis di hadapan mereka sambil menutupi kedua matanya.

POLISI 3

Apa ada temen lo yang lain? Yang deket sama si Lidya. Biar dia aja yang bilang ke orang tuanya Lidya kalau lo gak sanggup. Daripada dibiarin, Ar yang ada Lidya gak tenang selama jalani proses pemulihan.

Mendengar hal itu, Arya berhenti menangis. Diusapnya air mata yang berada di pipi secara kasar.

ARYA

G—ue bakal coba.

Ketiga rekannya tersenyum senang. Perlahan, Arya mulai mengeluarkan ponsel dari dalam saku celana. Mencari nama tante Ghina dari banyaknya kontak yang terdaftar di ponselnya. Setelah ketemu, Arya langsung menekan tombol panggilan dan bunyi dering telepon pun terdengar.

CUT TO

34. INT. KAMAR – DINI HARI

Cast : Ghina, Oliv, Marto

Ghina yang baru saja hendak terlelap dikejutkan dengan bunyi dering ponsel. Oliv yang sudah tertidur pulas mendadak bangun dan menangis keras. Wanita itu segera mengambil ponsel dan mematikan panggilan dari seberang. Ia menenangkan Oliv dan berakhir disusui. Marto yang tengah tidur pulas sedikit terusik karena ulah keduanya namun tidak sampai bangun.

Setelahnya, Ghina mengambil ponselnya—melihat siapa yang meneleponnya malam-malam begini. Nama Arya terpampang di sana. Ghina mengecilkan volume handphone dan panggilan dari Arya masuk lagi untuk kedua kalinya. Kali ini Ghina mengangkatnya.

GHINA

Halo, Ar. Ada apa malem-malem telepon?

INTERCUT

ARYA

Eum—anu, Tan Tante lagi apa?

Arya meremas celana yang dipakai dengan gelagat gelisah. Ketiga rekannya menunggu jawaban dari sang penelpon sembari gigit jari.

GHINA (VO)

Lah, ditanya malah balik nanya. Saya udah mau tidur. Ini Oliv kebangun denger suara telepon dari kamu.

ARYA

Maafin saya, Tan malam-malam gini ganggu Tante. Saya bawa kabar buruk tentang Lidya.

INTERCUT

GHINA

Sebentar!

Ghina bangkit, menurunkan dasternya dan keluar dari dalam kamar. Berjalan mendekati kursi kayu panjang di ruang tengah lalu duduk di sana.

GHINA

Lidya kenapa, Ar? Kamu lagi sama dia?

ARYA (VO)

Engga, Tan. Lidya lagi dirawat di rumah sakit. Tante bisa ke sana sekarang? Biar saya jelasin kronologinya di sana.

GHINA

Rumah sakit? Lidya sakit apa, Ar? Tipesnya kambuh? Apa maag? Kalau sekarang kayaknya gak bisa. Motornya udah dimasukkin, Oliv juga gak bisa ditinggal. Bapaknya Lidya udah tidur habis gadang. Besok aja gimana?

ARYA (VO)

Tapi Lidya butuh Tante di sana sekarang.

GHINA

Malam ini Tante minta tolong ke kamu buat jagain Lidya dulu,ya. Tante beneran gak bisa ke rumah sakit sekarang. Besok pagi Tante bakal ke sana sama bapaknya Lidya. Maaf ya jadi ngrepotin.

ARYA (VO)

Tapi—

GHINA

Udah dulu ya, Ar. Oliv bangun lagi. Besok kamu kasih alamat rumah sakitnya ke Tante.

Sambungan pun terputus.

CUT TO

35. INT. KANTOR POLISI – DINI HARI (Cont.)

Cast : Arya, extras

SETYO

Gimana, Ar?

Arya menatap layar ponselnya yang menghitam lalu menggeleng lemah. Kepalanya menunduk, bingung harus berkata apa. Sementara ketiga rekannya hanya bisa menghela napas panjang sembari menunggu Arya bercerita.

ARYA

Mereka gak terlalu peduli sama Lidya. Mamanya nyuruh gue buat jagain Lidya malam ini. Dia juga ngasih alasan klasik ke gue.

Mendengar hal itu, Setyo menatap tak percaya ke arah Arya.

SETYO

Ya allah, gak nyangka gue. Terus ini gimana?

ARYA

Paling besok baru bisa dibuat laporan kalau mamanya Lidya ke rumah sakit.

POLISI 2

Ih, bisa-bisanya gitu. Anaknya sendiri padahal. Anak kandung, kan?

Arya mengangguk menimpali.

POLISI 2

Mending sekarang lo ke rumah sakit aja, Ar. Di sana gak ada yang jagain Lidya, kan?

Arya mengangguk lagi.

ARYA

Tapi kayaknya temennya Lidya masih di sana sampai sekarang.

POLISI 3

Emang lo tau dia masih di sana? Barangkali dia pulang ke rumah. Namanya manusia pasti punya kesibukan juga ‘kan, Ar. Apa mau gantian jaga sama kita?

SETYO

Terus lo ngapain malah balik ke sini? Pikiran lo fokusnya ke Lidya.

ARYA

Lidya trauma sama cowok, Yo. Percuma gue ada di sana kalau cuma boleh nunggu di luar doang.

SETYO

Bahkan sama lo?

Arya mengangguk. Mereka diam sebentar.

POLISI 3

Terus lo maunya gimana, Ar sekarang?

ARYA

Gue bakal nyari tau siapa yang buat Lidya kayak gini.

POLISI 2

Emang lo tau harus berbuat apa? Udah ada bukti?

ARYA

Udah meski baru seupil. Besok gue bakal nyelidiki kasus ini sendirian sampai mamanya Lidya buat laporan. Kalian jangan ngadu ke atasan!

POLISI 3

Bahaya, bro kalau jalan sendiri. Kita temeni deh.

SETYO

Iya. Lo ambil satu di antara kita bertiga buat jaga-jaga sama bantu lo sekalian.

Ketiga pria itu mengangguk kompak, membuat Arya berpikir sejenak.

ARYA

Oke. Setyo, besok lo ikut gue. Kalian berdua lanjut patroli sana! Enak aja alesan bolos gara-gara gue!

Setyo memukul kedua rekannya yang sibuk cengengesan sana-sini.

CUT TO

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar