The Insurance
10. 10

27. EXT. PADANG ILALANG – PAGI HARI

Cast : Lidya, extras

Kicau burung yang hinggap di ilalang membuat Lidya terusik. Belum lagi sinar matahari yang menusuk mata. Masih dalam keadaan seperti kemarin, Lidya berusaha melihat sekitar untuk mencari pertolongan. Tubuhnya lemas karena kehilangan banyak darah. Pita suaranya rusak akibat ulah pria kemarin yang membuatnya tak bisa bersuara sekadar meminta pertolongan. Beruntung Lidya masih diberi kesempatan untuk hidup setelah 14 jam lamanya mencoba bertahan hidup.

LIDYA (VO)

Tolong gue!

Selang beberapa lama, terdengar suara anak-anak yang sedang bercanda ria di dekatnya. Lidya yang merasa hidupnya akan selamat berusaha bersuara meski hasilnya nihil.

LIDYA (VO)

Ya, terus! Gue di sini. Tolongin gue!

Tangannya dipaksa bergerak menyapu tumbuhan ilalang di sekitarnya. Sayang, hal itu tak berhasil membuat anak-anak tersebut menghampirinya.

Seakan kehilangan harapan, Lidya kembali terdiam dan mulai memejamkan mata. Saat hendak terlelap, tiba-tiba saja sebuah bola melambung tinggi di atasnya dan mendarat di dekat Lidya. Hal itu membuat Lidya membuka kelopak matanya lagi.

LIDYA (VO)

Ya, di sini. Sedikit lagi.

Salah satu anak perempuan mendekat ke arah Lidya. Melihat keadaan Lidya yang sangat mengenaskan, sontak anak itu berlari seraya berteriak ketakukan. Jeritan anak lain menyusul, terdengar menggema.

LIDYA (VO)

Biarkan gue tetep hidup ya, Tuhan.

CUT TO

28. INT. RUMAH BAGAS – PAGI HARI

Cast : Arya, Rona, Wahib, Dika, extras

Saat ini, Dika sedang memberi ayam makan milik ayah Bagas di samping rumah. Rona membantu ibu Bagas mencuci piring di dapur. Wahib bertugas membereskan kamar dan barang-barang mereka lalu memasukkannya ke bagasi mobil. Arya sendiri kini menyapu rumah Bagas dari dalam sampai teras.

Ketika sedang fokus mengerjakan pekerjaan masing-masing, Bagas datang dari arah luar. Berlari dengan napas terengah-engah menghampiri ibunya di dapur. Arya yang penasaran pun segera pergi ke dapur sembari membawa sapu.

BAGAS

Ibu, anaknya bu Amira nemuin mayat cewek di padang ilalang.

Seketika, Arya dan Rona langsung terdiam. Ibu Bagas berbalik usai mengelap tangannya menggunakan serbet—bersimpuh di hadapan anaknya.

IBU BAGAS

Duduk dulu. Ini diminum. Habis itu baru kamu cerita ke ibu.

Bagas nurut. Ia menerima segelas air putih dari sang ibu lalu menegaknya hingga tandas. Lalu, laki-laki itu berjalan menuju kursi ruang tengah dan duduk di sana. Rona, Arya, dan ibunda Bagas lekas menghampiri Bagas.

ARYA

Ciri-cirinya gimana?

BAGAS

Kurang tau, Mas. Bagas cuma dikasih tau sama anaknya bu Amira. Kasihan banget lehernya kesayat, Bu. Mana matanya melotot yang warna putih berubah jadi merah. Bagas merinding lihatnya tadi.

ARYA

Kamu lihat mukanya?

Bagas mengangguk sekali. Lantas, Arya langsung mengeluarkan ponselnya dari dalam saku celana dan membuka galeri. Foto Lidya memenuhi layar ponselnya. Pria itu menghadapkan ponselnya ke arah Bagas dengan raut wajah gelisah.

Bagas mengamatinya sebentar hingga keningnya berkerut.

BAGAS

Iya, Mas ini. Mbak ini yang lehernya disayat itu. Terus matanya merah, gak mau nutup gitu kayak film Azab yang di TV.

Arya langsung menyimpan ponselnya ke dalam saku celana.

ARYA

Sekarang dia di mana?

BAGAS

Dibawa ambulans ke rumah sakit, Mas. Tadi pak RT langsung manggil ambulans waktu mayatnya digotong ke rumah.

ARYA

Rumah sakit mana?

BAGAS

Bagas gak tau.

Arya mengacak rambutnya frustrasi. Bertepatan dengan itu,Wahib dan Dika telah selesai mengerjakan pekerjaannya. Mereka menghampiri Arya yang tampak frustrasi.

ARYA

Dik, ambil kunci mobil sekarang. Kita ke rumah sakit.

Tanpa membantah, Dika melesat masuk ke kamarnya untuk mengambil kunci mobil.

WAHIB

Lidya ketemu, Ar?

Rona menepuk bahu Wahib lalu mengangguk—memberinya jawaban. Sementara Arya terus bergerak gelisah sembari menggigit ujung jempolnya. Melihat Dika kembali, Arya berbalik dan berlari ke mobil Dika disusul teman-temannya.

IBU BAGAS

Nak Dika, coba kalian tanya ke bu Amira ambulans tadi pergi ke mana. Rumahnya deket dari sini kok. Dari rumah saya belok kiri lewatin 5 rumah tetangga. Yang catnya warna biru laut.

Dika mengangguk paham.

DIKA

Makasih banyak, Bu. Maaf kami buru-buru.

IBU BAGAS

Iya, gak apa-apa. Saya juga makasih karena udah dibantu beresin rumah.

Dika menyalimi tangan Ibu Bagas lalu pergi dari sana.

CUT TO

29. INT. RUMAH SAKIT SIAGA MEDIKA LANTAI 2 – SIANG HARI

Cast : Lidya, Anes, Arya, Rona, Dika, Wahib, extras

Pintu rawat inap nomor 31 dibuka paksa oleh Anes. Gadis itu datang dengan muka banjir air mata. Begitu pintu terbuka, terpampang tubuh Lidya yang terkulai lemah di atas brankar. Anes menutup pintu dan langsung menghambur ke pelukan Lidya yang tak sadarkan diri. Ia menangis di sana.

ANES

Lidya … kenapa lo bisa kayak gini, sih? Perasaan waktu lo mau hangout, muka lo happy-happy aja. Siapa yang buat lo kayak gini, Lid?

Lidya tak menjawab. Ia setia menutup mata dengan leher dililit perban. Perlahan, Anes menyentuh perban di leher Lidya.

ANES

Leher lo kenapa, Lid? Kok diperban gini? Lo jatuh dari mana dah? Terus bebeb gue Arya di mana? Lo ‘kan pergi bareng dia kemarin. Gue udah ngewanti-wanti dari kemarin waktu Arya tiba-tiba nelpon gue, Lid nanyain lo. Pasti lo kenapa-napa. Maafin gue gak ada di sisi lo waktu lo butuh.

Anes masih menangis sesenggukan. Ia menarik kursi di dekatnya untuk diduduki. Tangannya menggenggam telapak tangan Lidya yang dingin.

ANES

Bilang sama gue, Lid siapa yang bikin lo kayak gini. Gue pastiin tuh orang bakal nyesel karena jahat ke lo. Bakal gue laporin ke polisi biar pelakunya dihukum.

Tiba-tiba, pintu rawat inap kembali terbuka. Muncul Dika, Arya, Rona, dan juga Wahib dengan napas tersenggal. Arya langsung berlari ke arah Lidya dan memeluknya. Rona, Wahib, dan Dika menyusul Arya dengan langkah pelan.

Anes bangkit,melempar tatapan tajam ke arah Arya. Dengan sekali hentak, gadis itu berhasil menjauhkan Arya dari Lidya.

ANES

Lo ke mana aja, Ar sampai-sampai Lidya kayak gini?

Mata Arya berkaca-kaca. Tatapannya terus mengarah kepada Lidya.

ARYA

Maafin gue, Nes.

ANES

Maaf lo gak buat keadaan Lidya kayak semula, Ar. Harusnya lo jagain Lidya bener-bener. Gue kecewa sama lo.

ARYA

Gue juga gak tau bakal kayak gini, Nes. Gue nyesel biarin Lidya pergi sendiri.

ANES

Lo ngasih tau mamanya Lidya soal kondisi Lidya?

Arya menggeleng lemah.

ARYA

Gue gak berani ngomong, Nes.

ANES

Pengecut lo!

RONA

Sabar, Mba. Tahan emosi dulu. Kasihan Lidya yang lagi istirahat.

Mereka kompak melihat ke arah Lidya. Anes mendengus sekali lalu duduk di kursi tadi. Wahib dan Dika yang kecapekan memilih untuk duduk di sofa tunggu. Arya dan Rona masih setia berdiri di sisi Lidya.

Tak lama kemudian, Lidya mulai membuka kelopak mata. Arya yang excited langsung menghambur ke pelukan Lidya. Namun, siapa sangka Lidya justru memberontak tanpa bersuara. Menyingkirkan tubuh Arya yang mendekapnya. Anes yang melihat hal itu turut membantu menjauhkan Arya dari Lidya.

ANES

Lo udah sadar, Lid. Mana yang sakit?

Lidya diam tak menjawab tapi sorot matanya terlihat ketakutan saat menatap Arya. Bahkan gadis itu sampai meringkuk di atas brankar dan terus memukuli Arya dengan bantal. Lantas, Anes menarik tubuh Lidya ke dalam dekapannya—mencoba menenangkannya karena baru siuman.

Arya yang semakin frustrasi pun menunjuk dadanya berulang kali kepada Lidya.

ARYA

Ini gue Arya, Lid.

Lidya yang tampak frustrasi akhirnya ngamuk. Membanting semua benda yang ada di sekitarnya. Hal itu membuat Anes panik dan reflek menekan tombol merah di dekatnya.

ANES

Lidya kenapa? Bilang sama gue ada apa?

Anes berusaha menenangkan Lidya yang semakin mengamuk. Pecahan gelas berserakan di ubin lantai dekat kaki Arya.

Rona berusaha mendekat, ikut menenangkan Lidya.

RONA

Tenang, Lid. Ini kita. Jangan takut.

Wahib dan Dika yang penasaran akhirnya bangkit dan berjalan mendekati brankar Lidya. Gadis itu semakin membabi buta sampai-sampai selang infus di tangannya ia cabut untuk dilemparkan ke arah Wahib dan Dika.

Selang beberapa lama, dokter dan perawat datang membawa obat.

DOKTER

Yang laki-laki mohon untuk keluar terlebih dahulu. Pasien baru sadar dan butuh istirahat total.

Wahib dan Dika mengangguk patuh lalu keluar. Arya yang masih berada di sana diseret Rona untuk keluar. Menyisakan Anes yang masih berusaha menenangkan Rona, dokter, dan perawat di dalam sana. Pintu pun ditutup kembali.

DOKTER

Beri obat penenang, Sus dan pasang infusnya kembali.

PERAWAT

Baik, Dok.

CUT TO

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar