The Insurance
6. 06

15. INT. DALAM MOBIL – SORE HARI

Cast : Sino dan Moka

Selama perjalanan, Sino menyibukkan diri dengan kerjaannya. Moka yang menyupir pun hanya diam, tak ingin mengganggu.

MOKA

Banyak kerjaan, Sin?

SINO

Gak juga. Lumayan nganggur gue.

MOKA

Tapi duit lo lancar aja. Heran gue. Kerja sampingan lo?

Sino tertawa masih dengan mata menatap layar laptop.

SINO

Tabungan, bre. Ngirit gue.

MOKA

Oh, gue kira kerja sampingan.

SINO

Kagaklah! Mager gue. Ini aja kadang lembur.

MOKA

Kerja yang enak itu kerja apa ya, Sin?

SINO

Lo ditolak lagi?

Dengan muka melas, Moka mengangguk sekali.

MOKA

Capek gue kalau gini terus. Ini yang kesepuluh gue ngelamar kerjaan.

SINO

Yang sabar, bro! Gue dulu juga kayak lo.

MOKA

Tapi penolakan lo gak sebanyak gue, bre.

SINO

Ya iya. Kan tiap orang beda-beda. Bawa enjoy aja.

MOKA

Mana bisa. Bokap sama nyokap gak suka lihat gue nganggur di rumah. Bawaannya dimarahin terus.

SINO

Nginep rumah gue aja buat sementara sambil cari-cari kerjaan.

MOKA

Harus ngelamar kerja apalagi?

SINO

Jadi wartawan kayak gue mau? Keknya masih ada lowongan.

MOKA

Gue gak kuliah, bre. Susah pasti masuknya.

SINO

Ya … kerja apa kek. Cari di internet lih banyak. Jangan nyerah gitu. Pejuang nafkah harus strong, bro!

MOKA

Hm, iya deh. Selalunya lo yang support gue. Boro-boro orang tua gue mah. Sukanya malah banding-bandingin gue sama anak tetangga sebelah. Heran gue modal pinter doang, kerja kagak, rumah masih numpang tapi dibangga-banggain sama emak gue.

Sino tertawa renyah mendengar curhatan Moka.

SINO

Ambil hikmahnya aja, Ka. Itu ujian buat lo biar lebih semangat nyari kerjaan. Emak lo juga pengin lo sukses, bre cuma caranya aja yang beda. Sikap orang tua beda-bedalah. Lo juga tau sendiri orang tua gue malah cuek bebek ke anak sendiri. Gue kerja keras mati-matian buat bikin emak bangga tapi malah dipandang sebelah mata. Kebeneran malah duit gajian gue tak pake sendiri, haha.

MOKA

Iya, sih bener juga apa kata lo. Terima nasib ya, bre.

SINO

Yoilah. Hidup sesuka lo aja asal jangan ngawur.

MOKA

Enggalah! Ya kali haha kecuali kalau kepepet. Mungkin.

Keduanya saling melempar tawa sejenak.

MOKA

Mau gue bantu gak?

SINO

Bantu apaan?

MOKA

Lo ‘kan nganggur. Gue cariin kasus deh buat lo wawancarai.

SINO

Gila aja! Mau jadi criminal lo?

MOKA

Emang kalau gue bantu lo harus jadi kriminal dulu? Ya ‘kan lo bisa ngasih info tentang prestasi orang. Otak lo keknya sempit banget deh. Sini gue bantu service ke tukang cuci motor depan rumah gue.

Sino memukul lengan Moka sekali.

SINO

Gini. Gue dikasih tugas dari atasan gue, bre bukan nyari sendiri apalagi dari lo, bege!

Moka mengangguk-anggukan kepalanya, mencoba memahami ucapan Sino.

MOKA

Oh, gitu ya?

SINO

Ya iyalah. Kalau bego gak usah kebangetan apalagi diumbar. Gak malu lo

Moka tergelak lalu tertawa disusul Sino.

MOKA

Ya maap gue ‘kan kagak tau.

SINO

Masih lama gak sampainya?

MOKA

Kenapa emang?

SINO

Gue mau tidur. Ngantuk ini.

MOKA

Lumayan. Tidur aja sono di belakang. Nanti kalau udah sampai gue bangunin.

SINO

Sip. Makasih ya, bre. Semangat nyetir.

MOKA

Gue yang makasih, Sin diajakin jalan-jalan gratis sama lo.

Lantas, Sino pindah tempat ke belakang setelah mematikan laptop dan menaruhnya ke dalam tas. Ia merebahkan diri di sana sesekali bergerak ke kanan-kiri mencari kenyamanan. Sino fokus menyetir dalam diam.

CUT TO

16. EXT. SEKITAR CURUG GEMAWANG – SORE HARI

Cast : Lidya

Setelah buang air kecil di salah satu rumah warga, Lidya berjalan menyusuri jalan yang ia lewati tadi. Suasana sekitar begitu hening. Hanya ada suara jangkrik dan kodok yang sesekali terdengar diterpa angin.

Taman ilalang di dekatnya berhasil membuat Lidya tersenyum. Ia berjalan mendekati tempat itu. Tangannya mengeluarkan ponsel dari dalam saku celana, hendak mengabadikan momen ini. Namun, belum sempat niatnya terlaksana, seseorang membungkam mulutnya dari belakang. Lidya mengelak dalam dekapan orang itu. Tapi, pergerakannya terhenti karena terpengaruh obat bius. Lidya jatuh tak sadarkan diri.

CUT TO

17. EXT. CURUG GEMAWANG – SORE HARI

Cast : Arya, Dika, Wahib, Rona, extras

Arya yang baru saja selesai mengedit foto memilih untuk merebahkan diri di pinggir pendopo berbahan kayu. Menunggu Lidya selesai buang hajat dan juga teman-temannya yang sedang berfoto ria.

Tiba-tiba, Wahib datang dan menyeret tangan Arya menuju tempat di mana mereka mengabadikan momen hari ini. Arya tersenyum. Mereka larut dalam kebahagiaan yang terjalin berkat Rona.

Hingga tiba waktu di mana matahari mulai menyingsing kea rah barat, mereka menyudahi kegiatan berfotonya. Turun ke bawah untuk memesan makanan di warung terdekat. Beberapa penjual menawarkan makanan kepada mereka.

DIKA

Di sana aja.

Dika dan Wahib berjalan terlebih dahulu menuju warung yang sedikit pengunjung. Disusul Arya dan Rona yang saling bertukar canda. Rona duduk dengan Arya. Di hadapan mereka ada Wahib dan Dika yang duduk sebelahan.

DIKA

Mau pesen apa kalian? Aku pop mie rasa bakso sama es teh.

WAHIB

Sama kek lo.

RONA

Pop mie goreng sama mendoan 1. Minumnya air es aja. Esnya banyakin.

ARYA

Biar gue yang pesenin.

Dika mengangguk sekali. Lantas, mereka menyibukkan diri dengan ponsel masing-masing sementara Arya memesankan makanan untuk mereka.

Arya berjalan menghampiri penjual.

ARYA

Pop mie rasa bakso 2, yang mie goreng 2. Minumnya 3 es teh sama air putih 1 ditambahin es yang banyak.

PENJUAL

Baik. Ditunggu ya, Mas.

Arya mengangguk lalu kembali duduk di sebelah Rona.

DIKA

Lidya mana, Ar? Daritadi gak kelihatan.

Sadar akan sesuatu, Arya tiba-tiba membelalakkan kedua matanya. Ia langsung menyambar ponsel di atas meja.

Rona melirik Arya.

RONA

Iya, Ar. Perasaan tadi bareng lo.

ARYA

Izin ke toilet dia tapi kok belum balik-balik, ya.

Arya mencoba menelepon Lidya namun tak diangkat. Ia semakin resah.

DIKA

Gue susulin deh.

WAHIB

Serius, bre? Toilet wanita, lho emang lo berani?

DIKA

Kenapa engga?

RONA

Ya udah sono. Biar gue pesenin makan buat dia. Gue yakin Lidya pasti kelaperan.

Wahib tertawa.

WAHIB

Buru! Mumpung dibayarin.

RONA

Woiya jelas.

Rona dan Dika bangkit bersamaan. Gadis itu pergi ke penjual untuk nambah 1 cup pop mie lagi. Sedangkan Dika pergi ke toilet umum yang terletak di dekat pos.

Tidak ada yang mengantre namun ada satu bilik toilet yang pintunya tertutup. Dika tergerak untuk mengetuknya. Sembari menunggu respon dari dalam, Dika bersandar pada tembok.

Hening. Tak ada jawaban dari dalam. Bahkan suara air tak terdengar. Dika mencoba mengetuk pintu toilet lagi.

Masih tidak ada jawaban. Dika mengetuk pintu itu lagi.

DIKA (VO)

Lidya di dalam gak, sih?

PETUGAS

Mas, itu toiletnya rusak jadi ditutup. Gak ada airnya.

Dika mengurungkan niatnya untuk mendobrak pintu. Sebagai gantinya, ia bergegas menghampiri pos penjaga.

DIKA

Tau temen saya pergi ke mana gak, Pak?

PENJAGA

Waduh, temen yang mana dulu, Mas? Pengunjung hari ini banyak soalnya. Saya mana ingat.

DIKA

Bentar, Pak. Saya minta foto dulu.

Dika kembali ke warung tempat di mana teman-temannya makan. Di sana, Wahib dan Rona asik melahap makanannya masing-masing. Lain dengan Arya yang berdiri di tepi bebatuan besar dekat warung makan. Dika segera menghampiri Arya.

DIKA

Ar, punya fotonya Lidya?

Arya menoleh, menjauhkan ponsel dari telinganya.

ARYA

Ada. Buat apa?

DIKA

Mau gue tunjukin ke penjaga. Barangkali dia lihat ke mana Lidya pergi.

ARYA

Oh, ini di hp gue ada. Sandinya nama lo.

Arya menyodorkan ponselnya ke arah Dika yang langsung diterima baik.

DIKA

Salah, bre sandinya.

ARYA

Orang gue yang bikin kok. Sandinya nama lo.

DIKA

Iya, udah gue isi nama gue tapi tetep aja gak jadi.

ARYA

Gimana bisa jadi orang lo masukin nama lo sendiri. PD amat jadi orang.

DIKA

Lah, si ogeb. Orang lo yang bilang sandinya nama gue.

ARYA

Nama lo, ketik gitu di hp gue. Bukan lo isi nama lo sendiri.

DIKA

Oh udah jadi ini.

ARYA

Makanya dengerin waktu gue lagi ngomong.

DIKA

Lah, lo sempet-sempetnya ngelawak di situasi genting kek gini. Heran gue.

Dika segera pergi menghampiri petugas di pos sembari membawa ponsel milik Arya. Begitu menemukan foto Lidya di sana, Dika langsung menunjukkannya kepada petugas.

DIKA

Yang ini, Pak. Lihat gak?

PETUGAS

Oh Mbak ini. Tau, Mas. Tadi nyari kamar mandi alternatif jadi saya saranin buat pergi ke rumah warga.

DIKA

Di sini rumah warga ‘kan jauh. Pak.

PETUGAS

Lumayan. Itu di ujung Mas belok kiri terus lurus nah di sana ada rumah warga. Mba itu ke sana tadi. Memangnya belum balik, Mas?

DIKA

Kalau udah balik gak bakal dicariin, Pak hehe. Makasih, Pak infonya.

PETUGAS

Oh iya, Mas semoga cepet ketemu.

Dika mengantongi ponsel Arya lalu pergi menghampiri teman-temannya di warung makan. Di sana, Wahib dan Rona selesai memakan makanannya. Tinggal makanan Dika dan Arya yang tersisa. Arya mulai melahap makannya dengan cepat. Dika buru-buru menyusul.

RONA

Gimana, Dik? Ada?

DIKA

Kayaknya pergi ke kamar mandi deket rumah warga. Ini mau gue susulin.

WAHIB

Nyarinya barenglah, Dik. Jangan lo sendiri.

DIKA

Kalian gak capek apa?

RONA

Engga. Gue ikut deh, yang lain juga ikut kok. Lo jangan ke sana sendiri.

ARYA

Iya, Dik. Bener kata Rona.

DIKA

Iya, oke. Gue habisin makanan dulu habis itu nyari Lidya bareng-bareng.

CUT TO

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar