Tanah Yang Dijanjikan
10. Bagian 10

INT. MOBIL - BERGERAK — PAGI

Satrio menyetir Mobil dengan kecepatan tinggi. Pandangannya ke depan, tangannya memegang Radio.

SATRIO

(berbicara di Radio)
Is, masuk. Is, masuk. Aku tahu siapa yang suruh mereka bakar kebun kalian.

Tidak ada jawaban.

SATRIO

(berbicara di radio)
Is, masuk, Is. Iskandar, masuk, Is.

Tidak ada jawaban juga. Iskandar memukul Kemudi Mobilnya, kesal. Ia menambah kecepatan Mobilnya, semakin tinggi.

EXT. JALAN - BERGERAK — PAGI

Iskandar mengendarai Motornya dengan kecepatan sedang. Ia terlihat dingin menatap jalan, ia akan berburu.

Terlihat Radio yang tergantung di celananya, di biarkan begitu saja.

EXT. PERKEBUNAN SAWIT — PAGI

Faizal dan Denis berdiri di depan Para Pengawal. Para Anggota Kelompok Tani berdiri di belakang Hasan.

HASAN

Kami tahu kalian yang memulai provokasi.

Faizal dan Denis tidak menjawab.

HASAN

Dua Orang yang di tangkap Polisi, itu bukan warga Desa kami.

DENIS

Apa hubungannya dengan kami?

JOKO

Polisi bilang mereka mengaku warga kami, tapi bukan. Kamu tahu artinya apa.

DENIS

Kamu pikir kami yang suruh mereka buat jadi provokator?

HASAN

Ini bukan pertama kalinya kalian berbuat begitu.

Denis dan Faizal tidak menjawab. Hasan melihat mereka dengan dingin.

FAIZAL

Oke, masalah Fendi, kami akui itu salah kami. Kami memang menyuruh mereka. Tapi masalah itu sudah selesai. Dan sekarang masalah kerusuhan kantor. Saya tidak pernah menyuruh orang melakukan apapun itu.

Hasan berbalik melihat Denis. Yang di lihat hanya melihat datar Denis.

HASAN

Mungkin kamu tidak, tapi orang di sebelah kamu, iya.

DENIS

Saya hanya menyuruh mereka untuk memanaskan suasana, saya tidak menyuruh mereka menggunakan Bom Molotov. Hanya pakai benda yang membuat suasana ricuh.

Faizal melihat Denis, datar.

HASAN

Kami tahu itu kalian yang buat.

DENIS

Kami hanya ingin menunjukan ke kalian, tidak lebih.

HASAN

Menujukan kalian berkuasa atas kami.

DENIS

Kalian tahu jawabannya.

HASAN

Kami mau bicara tentang masalah sengketa ini.

DENIS

Saya sudah bosan bicara masalah ini. Semuanya sudah selesai, Tidak ada lagi yang perlu di bicarakan.

HASAN

Saya tak ada urusan sama kamu. Saya mau bicara sama Faizal.

DENIS

Keputusan sudah tidak bisa di ubah, Hasan.

HASAN

Saya tidak bernegosiasi sekarang. Saya mau kalian cabut tuntutan kalian di Pengadilan.

DENIS

Apa ini perintah?

HASAN

Kamu dengar sendiri.

DENIS

Kalau kami tidak mau?

HASAN

Tidak ada cara lain.

DENIS

Apa itu ancaman?

Salah satu Pengawal menyadari Yetno memegang sesuatu di Tangannya.

PENGAWAL

Heiii, kamu pegang apa...

Semua orang melihat ke arah Yetno. Ia masih tidak bergerak, tetap pada posisinya.

PENGAWAL

Aku bilang apa yang kamu pegang, tunjukkan.

Yetno hanya diam. Pengawal itu memegang sesuatu di belakangnya.

PENGAWAL

Kamu jangan coba-coba.

Dengan cepat ia mengambil Pistol di belakangnya dan mengarahkan kepada Yetno.

Dengan cepat, Hasan, Joko dan Kasman memegang Pistol dan mengarahkan ke kepada Faizal dan Denis, begitu juga dengan Para Pengawal yang memegang Pistol dan mengarahkan ke ke Kelompok Tani.

PENGAWAL
Kalian jangan main-main, kalian tak punya izin untuk senjata itu.

YETNO

Diam, kau. Kami Tidak perlu izin.

Faizal melihat sekitar, perlahan ia mundur, Hasan menyadarinya.

HASAN

Heiii... tetap di tempat kamu, jangan coba-coba lari. Tidak ada lagi tempat yang bisa kamu lari.

PENGAWAL

Jangan sekali-kali kamu todong Pistol ke Faizal. Turunkan... aku bilang turunkan.

KASMAN

Bukan kami yang memulai duluan, kalian. Turunkan... aku bilang turunkan.

JOKO

Kami hanya ingin bicara, Tidak lebih.

PENGAWAL

Bicara? dengan bawa Pistol? Dimana otak kalian, ha? Anjing, turunkan, aku bilang turunkan.

HASAN

Kami akan turunkan kalau kalian turunkan dulu.

PENGAWAL

Dasar Anjing, kamu kira kami percaya. Anjing, jangan percaya mereka.

HASAN

Ikutin apa yang kami suruh, Denis.

DENIS

Kalian pikir kami takut --

FAIZAL

DENIIIIS!!!

DENIS

Kami tak takut sama --

FAIZAL

DENNNIIIIIISSSS!!!

Para Pengawal saling melihat sekitar, menyadari keadaannya, Tidak ada jalan keluar dari ini.

PENGAWAL

Kita buat apa, Bos.

Faizal tak menjawab, sesaat ia melihat Denis yang juga terdiam di tempatnya.

PENGAWAL

Bos, kasih kami perintah. Kami harus buat apa sekarang!!

DENIS

Jangan turunkan pistol kalian kalau mereka tidak turunkan punya mereka!!

JOKO

Oke... kita lihat siapa yang tahan.

Mobil Satrio sampai di tempat itu. Ia turun dengan cepat dan berlari, melihat keadaan yang ada di depannya.

Ia mengeluarkan Pistol dari Sarung Penyimpanan dan berlari dengan cepat.

SATRIO

HEII! HEIII!

Satrio berdiri di antara Dua Kelompok itu, menodongkan Pistolnya ke kedua pihak.

SATRIO

(berbicara ke kelompok tani)
Turunkan Pistol kalian. Kalian Tidak ada izin buat Pistol itu. Jangan sekali-kali kalian gunakan.

YETNO

Persetan... kami Tidak akan turunkan Pistol kami. Kamu suruh mereka yang turunkan baru kami turunkan.

PENGAWAL

Kami Tidak akan turunkan sebelum kalian. Anjing, kalian pikir kalian yang paling berani di sini, ha...

SATRIO

(berbicara ke kelompok pengawal)
Heiiii, kalian juga, kalian turunkan. Aku tahu dari mana kalian dapat Pistol itu. Turunkan sekarang.

Kedua Kelompok tidak ada yang menurunkan Pistol mereka, tetap dengan posisi mereka masing-masing.

SATRIO

Hasan, suruh kelompok kamu turunkan Pistol kalian.

HASAN

Ini Tidak ada hubungannya dengan kamu. Jangan ikut campur.

SATRIO

Hasan, suruh kelompok kalian turunkan Pistol kalian. Aku berhak di sini, kalian Tidak ada hak apa-apa di sini.
(jeda)
Kalian mau aku tindak di tempat, ha? Aku bilang turunkan, semua. Turunkan.

Masih sama, tak ada yang menurunkan Pistolnya, semua masih tetap dalam posisi mereka masing-masing. Satrio masih menodong Pistol ke kedua arah, bolak-balik, memastikan.

SATRIO

Sudah selesai, Hasan. Jangan nambah masalah lagi. Denis, kamu Tidak bisa lari lagi. Orang yang kamu suruh buat bakar lahan kelompok tani sudah aku tangkap. Berhenti kalian semua.

Semua orang saling melihat.

SATRIO

Kalian semua dengarkan aku. Turunkan Pistol kalian, seperti ini.

Satrio memasukan kembali ke dalam Sarung Pistolnya dan ia mengangkat Tangannya ke atas. Kemudian ia berjalan ke depan --

SATRIO

Lakukan seperti yang aku buat. Sekarang. Hasan, Kamu juga. Lempar semua Pistol kalian ke depan, sekarang.

Anggota Kelomok Tani saling melihat satu sama lain. Sesaat Hasan melihat Satrio.

SATRIO

Lempar ke depan Hasan. Sekarang.
(berbicara ke pengawal)
Kalian juga, lempar Pistol kalian ke depan. Sekarang.

Para Pengawal saling melihat ke depan, sambil memberikan kode. Mereka melempar Pistol mereka ke tanah. Begitu juga Kelompok Tani.

SATRIO

Pak Faizal, Denis. Kalian bisa berjalan ke samping, pelan-pelan.

HASAN

(menodongkan pistol)
Heiii... aku bilang jangan bergerak. Woi, anjing. Aku bilang jangan bergerak.

Dengan cepat Satrio mengarahkan Pistolnya ke Hasan.

SATRIO

Hasan, turunkan senjata kamu, sekarang. Ini perintah. Jangan kamu sekali-kali tembak dari Pistol itu.

Hasan tidak bergeming, ia masih tetap menodongkan Pistol ke arah Satrio, Faizal dan Denis.

SATRIO

Pak Faizal, Denis. Kalian jalan ke samping pelan-pelan sekarang.

Faizal dan Denis berjalan ke samping Satrio, namun Hasan belum melempar Pistolnya. Satrio menyadarinya.

SATRIO

Hasan, kamu bisa lebih baik dari ini. Kita bisa selesaikan ini baik --

Sesaat Hasan dan Satio saling melihat --

Dengan cepat, Hasan melepaskan tembakan ke arah Faizal dan mengenainya.

Satrio dengan cepat melompat ke belakang dan berlindung di balik semak belukar.

Semua Orang dengan cepat mengambil Pistol mereka masing-masing dan saling menembak satu sama lain. Suara-suara tembakan terdengar seperti saling bersahutan.

Yetno tertembak, begitu juga Para Pengawal. Yang tersisa hanya Tiga Orang dari masing-masing kelompok.

Hasan menembak Faizal beberapa kali, mengenai Tubuhnya. Kemudian ia menembak Denis, yang berlari menghindar ke arah Mobil.

ANGLE ON --

Satrio berada di balik semak-semak, dengan nafas yang tersengal-sengal, ia mengambil Pistol dan mengisinya dengan peluru, tangannya bergetar, matanya mengawasi sekitar, memaksanya ia harus melakukan dua hal sekaligus. Sesaat ia berusaha menenangkan diri, mengepalkan tangannya.

Di sisi lain, suara tembakan masih terdengar, Pengawal berhasil menembak Joko dan Kasman, hanya menyisakan Hasan. Tetapi ia juga berhasil menembak Pengawal, menyisakan satu saja.

Peluru Hasan habis, ia juga terkena tembakan di kakinya, terlihat keluar darah. Hal yang sama juga terjadi dengan Pengawal, ia juga kehabisan peluru dan mulai mengganti Magasin. Ia terlihat tidak lebih baik, terlihat darah dari lengannya, membuat ia hanya menggunakan tangan Kanannya saja.

Mereka beradu cepat mengganti dan mengisi di Pistol mereka masing-masing. Tapi Hasan berhasil lebih dulu dan dengan cepat menembak Pengawal itu beberapa kali. Ia jatuh ke tanah. Hasan orang terakhir yang selamat dari Mexican Standoff ini.

Sesaat ia melihat sekitar, kemudian ia berjalan ke arah Mobil.

ANGLE ON --

Satrio melihat sekitar, dengan menondongkan Pistol, ia melihat sekitar. Semua Pengawal terkapar di tanah, berlumuran Darah, begitu dengan Kelompok Tani, hal yang sama juga terjadi.

Hasan berdiri di depan sebuah Mobil, di dalamnya ada Denis yang terlihat takut, wajahnya pucat melihat Hasan yang menodongkan Pistolnya.

DENIS

Harusnya kamu tembak aku dulu dari pada Faizal.

HASAN

Sama saja, Faizal orang yang Tidak lebih baik dari kamu. Kalian sama saja.

Denis tidak menjawab, ia hanya melihat Hasan dengan pucat.

Dari belakang, Satrio berjalan cepat menuju Hasan dan Denis, sambil menondongkan Pistol --

SATRIO

Jangan Hasan, Polisi sudah tahu Denis yang menyuruh mereka. Biarkan Polisi yang urus masalah ini.

Hasan tidak menjawab, ia masih melihat Denis, dingin.

SATRIO

Hasan, jangan main-main. Turunkan Pistol kamu sekarang.

HASAN

Sudah aku bilang, jangan ikut campur. Ini bukan masalah kamu --

Dengan cepat, Hasan mengarahkan Pistol ke Satrio dan menembaknya beberapa kali. Dengan cepat, Satrio juga melepakan tembakan beberapa kali ke arah Hasan, membuat mereka berdua jatuh ke tanah.

Hasan tewas di tempat, terlihat peluru menembus dada dan perutnya. Sementara Satrio, ia meringis kesakitan, beberapa peluru mengenai Bahunya dan juga Pahanya. Ia jatuh, terlentang. Terdengar suara nafasnya.

Denis dengan panik keluar dari Mobil, ia mengambil Pistol milik Satrio dan berlari masuk ke dalam Perkebunan Sawit.

Dengan sekuat tenaga, Satrio berusaha bangun, tapi tidak bisa, berusah memanggil nama Denis, walau pelan.

Ia hanya memandang langit dengan suara nafasnya yang pelan.

Tampak kabut asap tipis-tipis yang menutupi sekitar.

EXT. PERKEBUNAN SAWIT — SIANG

Dengan kabut asap tipis-tipis yang menyelimuti sekitar. Iskandar berjalan pelan dengan mengarahkan Senapan Anginnya ke depan, mencari buruannya.

Ia melihat sekitar, waspada.

EXT. PERKEBUNAN SAWIT — SIANG

Denis berjalan pelan di perkebunan sawit. Ia mencari-cari arah yang benar menuju Kantornya. Nafasnya tersengal-sengal, menghirup udara. Sesekaliia terbatuk-batuk, menghirup kabut asap. Jarak Pandangnya juga pendek, ia melihat-lihat sekitar, secara cepat.

Namun ia merasakan sesuatu, suara langkah kaki, Denis mendengarnya dengan seksama --

Suara Tembakan, khas Senapan Angin terdengar, mengarah kepada Denis --

Dengan cepat ia berlari dan berlindung di balik Pohon Sawit.

Denis memegang Pistol, mencoba memegangnya dengan benar, ia berkeringat, jelas ini sudah di luar perkiraanya.

Terdengar suara Tembakan Senapan Angin ke arah Denis. Tidak tahu siapa yang melakukannya. Kali ini suaranya dekat. Denis melihat sekitar.

Dengan pelan, Iskandar, memegang Senapan Angin dan berjalan Pohon Sawit yang lebih dekat dari Denis. Ia memompa Senapan Anginnya beberapa kali. Ia membidiknya, terlihat lengan Denis dari tempatnya.

Ia menembaknya --

Terdengar suara jeritan dari Denis. Bersamaan dengan Iskandar berjalan mendekat sambil mempompa Senapan Anginnya.

Denis belari ke arah pohon lainnya, berlindung. Ini seperti permainan Kucing dan Tikus. Siapa yang mempunyai strategi dan timing yang baik, ia yang akan menang.

Lengan kiri Denis mengeluarkan darah, lukanya dalam. Ia menahan tangis, tapi Tidak bisa, tangisnya pecah. Menahan suaranya tidak besar. Setelah itu ia melihat ke arah Denis, mencari dia dimana.

Tidak ada apa-apa.

Sial, ia pintar bersembunyi.

Dengan panik, Denis berlari ke arah Pohon Sawit lainnya --

Peluru Senapan Angin mengenai badannya lagi, ia menjerit kesakitan, ia tersungkur jatuh. Dengan terpincang-pincang ia berlari ke arah Pohon Sawit.

Ia bersandar di Pohon Sawit, menahan sakitnya. Dua buah peluru Senapan Angin bersarang di Pahanya, membuat celananya menjadi basah karena darah. Ia menahan sakitnya.

DENIS

Ayoooo... tembak lagi, hanya itu yang kampu punya, ha... tembak lagi kalau bisa...

Ketika ia mendengar suara langkah kaki --

Ia menembak ke arah itu, beberapa kali.

Kemudian ia melihat, tidak ada apa-apa.

Denis bersandar di pohon sawit. Ia berusaha menahan sakit di tubuhnya.

DENIS

Aku tahu kamu siapa. Kita ketemu sebelumnya, hidung aku yang jadi korban.

Iskandar melihat ke arah tempat Denis, memikirkan langkah selanjtunya. Ia mencari Mimis di Kantong Celananya, tapi tidak ketemu, Mimisnya sudahg habis. Kemudian ia megambil Pistol dari belakang Celananya, mengarahkannya kepada Denis.

DENIS

Kamu pikir dengan bunuh aku masalah kalian selesai, ha... tidak...

Ketika ia ingin berpindah tempat --

Suara tembakan terdengar, Peluru mengenai Denis di bagian punggungnya. Ia berteriak, tersungkur ke tanah.

Iskandar berjalan mendekati Denis sambil melepaskan tembakan ke arahanya, dua kali.

Iskandar berhenti, sesaat ia melihat Denis yang bersandar di Pohon Sawit, berlumuran darah.

Iskandar hanya melihatnya saja, tidak melakukan apa-apa. Kemudian ia berjongkok di depannya.

DENIS

Kita tak ada bedanya, Is. Aku datang untuk mengambil tanah ini, sedangkan orang seperti kamu, membuat orang-orang di sini percaya tak ada masa depan karena apa yang kalian lakukan. Pada dasarnya, kamu membantu kami, Is.

ISKANDAR

Iya, itu benar. Orang-orang seperti aku yang buat orang-orang tak berani lawan kalian.

DENIS

Fendi, Hasan mati karena kamu, termasuk Zul.

ISKANDAR

Zul mati karena aku, karena dia harus mati dulu, baru aku percaya ada masa depan di sini.

Denis tersenyum, terhibur.

ISKANDAR

Kalian datang dan pergi, mengambil tanah kami. Setelah kalian mendapatkan apa yang kalian inginkan. Kalian pergi dari sini.
(jeda)
Membuat kami yang harus menanggung akibat dari apa yang kalian buat. Semuanya kalian ambil, termasuk nyawa kami.

DENIS

Kamu tahu ini tanah yang di janjikan. Setiap orang ingin mengambil tanah ini. Di sini ada masa depan banyak orang.

ISKANDAR

Zul percaya tanah ini masa depan. Tapi dia juga mati karena masa depan itu.

Iskandar melihat sekitar.

DENIS

Kamu bunuh aku, tapi orang-orang kayak aku akan datang ke sini lagi, mencoba melakukan hal yang sama. Hal ini tidak akan pernah selesai.

ISKANDAR

Dan orang-orang seperti Hasan akan mencoba menghentikan kalian.

DENIS

Termasuk kamu?

ISKANDAR

Termasuk aku.

DENIS

Kamu tak bisa buat apa-apa, orang-orang sudah menyerahkan tanah mereka ke kami. Kami yang menang dalam masalah ini.

ISKANDAR

Tidak semua orang menyerahkan tanah mereka. Keadaan akan berubah dari sekarang.

DENIS

Kenapa kamu seyakin itu?

ISKANDAR

Tidak ada yang pasti di sini. Aku yakin aku pernah bilang itu ke kamu.

DENIS

Saya suka kamu, Is. Percaya dengan harga diri kamu.

Iskandar berdiri, mengarahkan Pistol kepada Denis, ia melihatnya.

ISKANDAR

Kamu mengira kamu punya kuasa atas orang lain dan di tempat ini, padahal kamu Tidak punya apapun. Kamu mengira kamu Serigala, padahal kamu hanyalah Anjing yang menyalak di antara serigala.

Iskandar melepaskan tembakan dari Pistolnya dan mengenai Denis. Seketika ia tidak bergerak. Ia tewas.

Iskandar hanya melihatnya, sesaat. Kemudian ia berjalan menjauhi tempat itu, mengambil Senapan Anginnya dan berjalan menjauh.

Meninggalkan Denis sendirian.

EXT. PINGGIR JALAN - PERKEBUNAN SAWIT — SIANG

Satrio bersandar di Mobil, terlihat ia berusaha menahan sakitnya. Ia berusaha menekan luka di Bahunya.

Dari dalam perkebunan sawit, Iskandar keluar, sesaat ia melihat sekitar, Anggota Kelompok Tani dan Para Pengawal terkapar di tengah jalan, Tidak bernyawa.

Sesaat Iskandar melihat Faizal yang juga Tidak bernyawa Tidak jauh dari mereka.

Iskandar berjalan menuju Satrio dan berdiri di depannya. Ia berjongkok di depan Satrio, memeriksa lukanya.

ISKANDAR

Pelurunya Tidak tembus.

Sesaat ia melihat Hasan yang terkapar di tanah, Tidak bernyawa. Satrio menyadarinya.

SATRIO

Dia mau tembak Denis, aku tak punya pilihan.

ISKANDAR

Dia tahu apa yang dia pilih.

Sesaat Iskandar melihat Hasan, datar. Kemudian ia berdiri dan mengambil sesuatu dari Mobil, ia kembali membawa kain dan meletakannya di balik Rompi Satrio, menutupi Lukannya, Satrio meringis kesakitan.

SATRIO

Orang yang suruh bakar lahan. Itu Denis, mereka mengakuinya.

ISKANDAR

Di Blok G, deret 50. Ada anak buah Denis. Dia di suruh PT. Agro.

SATRIO

Denis bisa kena pasal berlapis. Semua jadi jelas sekarang.

Ada jeda di antara mereka.

SATRIO

Kamu tak ada di sini waktu kejadian, dari mana kamu, Is?

ISKANDAR

Aku berburu tadi.

Ada jeda di antara mereka, lama sekali.

SATRIO

Setelah apa yang terjadi, aku paham kenapa kalian melakukan semua ini.

Iskandar tidak menjawab.

SATRIO

Apa kamu dapat buruan kamu?

ISKANDAR

Iya... aku dapat.

Satrio hanya diam, ia melihat ke arah lain. Bersamaan dengan Iskandar yang juga melihat ke arah lain.

INT. RUMAH SAKIT — SIANG

Satrio yang memakai Penyangga Tangan, terlihat ia berada di depan Kaca Panjang Besar, ia melihat sesuatu di depannya.

Deretan-deratan Bayi yang baru saja lahir, berbaris rapi, lengkap dengan Nama dan Tanggal Lahir mereka.

Satrio melihat salah satu Bayi dengan datar. Sesaat kemudian ia menunduk, membersihkan sesuatu di matanya, berkali-kali, sambil melihat Anaknya yang baru lahir itu.

Satrio sendirian di tempat itu.

EXT. DEPAN RUMAH ZULFIKAR — SIANG

Lela menggendong Ismail, ia berdiri di depan Pintu.

Iskandar duduk di depan rumahnya, dengan tatapan datar. Di sebelahnya adanya Senapan Angin yang bersandar dengan badan rumah.

Sesaat kemudian, Iskandar berdiri, menggantungkan Senapan Angin di bahunya.

ISKANDAR

Abang pergi.

LELA

Hati-hati, Bang.

Iskandar berjalan menuju Motor yang terparkir di sebelah rumah. Menghidupkanya dan ia pergi dari situ.

Lela melihat Iskandar yang pergi menjauh dari pintu rumah, ia memandangnya datar.

EXT. PERKEBUNAN SAWIT — SIANG

Iskandar berada di Perkebunan Sawit, ia melihat sesuatu yang ada di depannya dengan datar.

Sebuah Papan Penanda yang pernah kita lihat sebelumnya, Papan Penanda Sengketa Tanah.

Sesaat, Iskandar melihat Papan Penanda itu. Datar.

Ia berjalan masuk ke dalam perkebunan Sawit. Melewati papan penanda itu.

FADE OUT.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar