Tanah Yang Dijanjikan
2. Bagian 2

EXT. POS PENJAGAAN - PT. NIRWANA — PAGI

Sebuah Truk berhenti di depan pintu masuk. Truk itu berisikan Buah Sawit.

DUA ORANG SATPAM, 30-an, berdiri di depannya, memeriksa Truk itu. Tidak jauh dari Dua Satpam itu, seorang LAKI-LAKI, berdiri di Pos Penjagaan, melihat mereka yang bekerja.

SATRIO AJI, 30-an, POLISI, berdiri di depan Pos Penjagaan. Dengan menggunakan Kaos dengan Lambang Polisi di dadanya dan celana kargo hitam serta Sepatu Boots Hitam tinggi.

Dua Satpam itu membiarkan Truk itu masuk ke dalam Pabrik Pengolahan.

Satu dari Dua Satpam itu berjalan kearah Pos Penjagaan --

SATRIO

Trip ini lebih banyak dari sebelumnya.

Satpam itu berdiri di sebelah Satrio, melihat keadaan sekitar.

SATPAM

Cuaca lagi bagus, mereka Tidak akan tunggu lama lagi. Waktu segalanya dalam petik sawit. Itu aturan mereka.

Satrio melihat sekitar perusahaan, sepanjang mata memandang, hanya ada pohon sawit di sekitar, dari ujung ke ujung.

SATPAM

PT minta Polsek kirim orang?

SATRIO

Ada masalah di Desa sebelah, mereka takut masalah merembet ke sini.

SATPAM

Kerjasama mereka Tidak berjalan lancar. Satu dari dua pihak Tidak terima, satunya menolak untuk tanggung jawab. Bentrokan jadi jalan keluar.

SATRIO

Mediasi bisa jadi pilihan daripada kekerasan, itu merugikan semua pihak.

SATPAM

Setidaknya mereka melampiaskan frustasi mereka. Kalau emosi lebih kuat dari akal sehat, itu yang terjadi.

Satrio tidak menjawab, ia hanya diam.

SATPAM

Beratus-ratus ribu hektar, semua sawit. Wajar kalau ada yang Tidak suka.

Ada jeda di antara mereka.

SATPAM

Pertama kali?

SATRIO

Tidak.

SATPAM

Maksud aku pertama kali jaga di PT Sawit?

SATRIO

Iya...

Satrio melihat ke arah perkebunan sawit di kejauhan.

SATPAM

Tempat ini bisa buat orang-orang buat apa saja yang mereka mau. Tidak peduli apa dan macam mana caranya.

Sebuah truk datang mendekati pintu masuk. Satpam berjalan ke arah pintu, meninggalkan Satrio yang masih melihat mereka bekerja.

EXT. SAMPING KANTOR - PT. NIRWANA — SIANG

Suara angin berhembus terdengar di telinga, bersamaan dengan suara-suara Binatang yang berbunyi.

Satrio berdiri di samping dinding bangunan, sambil merokok, ia melihat sekitar.

Terdengar getaran dari kantong celananya. Ia mengeluarkan Blackberry Curve berwarna hitam. Menempelkan di telinganya.

SATRIO

Halo. Abang lagi istirahat. Perut Adek macam mana?
(mendengarkan)
Dokter bilang apa? Tidak ada masalah, kan?
(mendengarkan)
Abang usahakan sebelum Adek melahirkan.
(mendengarkan)
Tidak usah pikirkan Abang. Kita udah bicariin ini sebelumnya.

Satrio menutup telepon itu dan melihatnya sesaat.

Dari arah Pos Penjagaan, Seorang PENGENDARA MOTOR berhenti, ia turun dari motor dan berbicara kepada Satpam.

Satrio melihatnya, ia melanjutkan merokok. Terdengar suara Radio.

SATPAM (V.O)

Satrio, masuk.

Satrio mengambil Radio itu dan mereka berbicara. Satrio membuang rokoknya dan berjalan ke arah Pos.

INT. MOBIL - BERGERAK — SIANG

Satrio mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang. Ia mengikuti sepeda motor di depannya yang melaju. Debu beterbangan di sekitar jalan.

Satrio melihat ke depan dengan datar.

EXT. PINGGIR JALAN - PERKEBUNAN SAWIT — SIANG

Mobil Satrio terpakir di pinggir jalan. Beberapa orang berdiri mengelilingi, di antara mereka, Pak Kades, Kadir dan USMAN, 35, Pengendara Motor tadi.

Satrio berjalan ke arah mereka dan melihat Zulfikar yang terbaring di tanah, masih dalam posisi yang sama.

PAK KADES

Kadir yang menemukannya.

KADIR

Saya lewat disini, saya pikir itu binatang mati. Ternyata bukan.

SATRIO

Posisinya tidak di ubah?

Kadir menggeleng. Satrio melihat sekelilingnya, hanya ada perkebunan sawit di mana-mana.

Ia berjongkok di depan Zulfikar, melihatnya dari dekat. Kemudian ia melihat darah yang mengalir dari tubuhnya, ia berbalik badan melihat aliran darah yang menjauh dari tubuhnnya.

SATRIO

Dia belum lama meninggal.

Ada jeda di antara mereka.

SATRIO

Ada yang kenal sama dia?

PAK KADES

Dia warga saya, Zulfikar. Kami tunggu dia di balai Desa buat rapat. Tapi dia Tidak datang.

SATRIO

Kemungkinan dia meninggal waktu ke sana.
(bertanya ke Kadir)
Waktu Bapak lihat dia, tidak ada apa-apa di sekitarnya?

KADIR

Tidak, cuma dia.

Satrio berjalan ke belakang, memperhatikan tanah, ia melihat sebuah jejak Ban Kendaraan. Ada dua jejak yang berbeda.

SATRIO

Ada dua jejak Ban Motor, berbeda. Ada dua motor ketika Dia meninggal.

PAK KADES

Dia punya motor, kemana-mana dia selalu pakai itu.

Satrio melihat sekitar, ia berjalan ke arah berlawanan dari arah Zulfikar.

SATRIO

Apa di sekitar sini ada Rumah Warga?

PAK KADES

Tidak ada. Hanya ada Pos Jaga di sekitar sini.

SATRIO

Kemungkinan besar Tidak ada saksi selain Pak Kadir yang menemukannya.
(bertanya Pak Kades)
Apa benar dia punya Motor?

Pak Kades hanya mengangguk.

SATRIO

Kalau benar dia punya motor, kemungkinan ini perampokan.

Semua orang hanya diam. Melihat ke arah lain.

SATRIO

Apa dia punya keluarga, Pak?

PAK KADES

Ada, dia punya istri, sama saudara Laki-laki, Iskandar.

SATRIO

Kita harus bawa dia ke Rumah Sakit untuk di periksa.

PAK KADES

Saya bilang ke Istrinya dulu.

Pak Kades menaiki motor, bersama Usman. Meninggalkan Satrio dan Kadir di tempat kejadian.

SATRIO

Apa yang mereka cari, orang kampung Tidak ada apa-apa yang bisa di curi.

KADIR

Kita Tidak tahu, Satrio. Buat kita mungkin, tapi buat mereka, apa yang Zulfikar punya jadi jalan keluar masalah mereka.

Satrio diam mendengar apa yang dikatakan Kadir.

KADIR

Tidak ada yang pasti di sini. Semua bisa terjadi.

Satrio tidak menjawab, hanya melihat sekitar.

INT. RUANG TENGAH - RUMAH ZULFIKAR — SIANG

Pak Kades duduk bersama dengan seorang Perempuan, LELA, 30-an, Istri Zulfikar. Terlihat perut Lela yang membesar.

Lela mengelus pelan perut besarnya, berkali-kali, ia melihat Perutnya, datar.

LELA

Di kuburkan langsung, Pak.

Pak Kades berjalan keluar.

EXT. DEPAN RUMAH ZULFIKAR — SORE

Terdengar dari dalam rumah, orang-orang membacakan Ayat-ayat Suci Al-Quran.

Sementara orang-orang lain berdiri di sekitar Rumah keluarga Zulfikar. Hasan dan Anggota Kelompok Tani liannya, Joko, Yetno dan Kasman berada di depan rumah.

Satrio berdiri bersama Pak Kades, melihat Rumah itu.

SATRIO

Saya dengar ada masalah sengketa tanah orang-orang di sini dengan PT. Agro.

PAK KADES

Iya, itu benar.

SATRIO

Dan Zulfikar jadi orang yang terlibat dalam sengketa?

PAK KADES

Iya, dia terlibat, dia Anggota Kelompok Tani.

SATRIO

Mendapat keterangan itu, kasus ini mungkin ada hubungannya dengan sengketa ini. Ini masih dugaan.

PAK KADES

Kalau memang benar, orang-orang di sini Tidak akan terima.

SATRIO

Atau memang mungkin ini murni perampokan.

SATRIO

Tanpa adanya otopsi, masalah ini Tidak akan selesai, Pak.

PAK KADES

Lela yang memintanya.

SATRIO

Bapak tahu, itu bukan kecelakaan.

PAK KADES

Tidak ada yang bisa saya lalukan.

Ada jeda di antara mereka.

SATRIO

Atau saling bunuh antar saudara karena harta.

PAK KADES

Kamu harus tanya Iskandar.

SATRIO

Dia tidak di sini?

PAK KADES

Tidak, dia jarang pulang.
(jeda)
Mungkin kamu ketemu hal yang sama. Orang-orang di sini Tidak suka mempermasalahkan yang sudah terjadi.

Pak Kades pergi, Satrio melihat Pak Kades, datar.

EXT. DEPAN RUKO — PAGI

Satrio mematikan mesin mobil, sesaat ia melihat Iskandar yang sedang merapikan sayur-sayur di depan ruko itu. Datar.

Ia turun dari mobil. Dari dalam mobil, Satrio berjalan ke arah Iskandar, mereka berbicara, tidak terdengar jelas apa yang mereka bicarakan, mereka bersalaman.

INT. KEDAI KOPI — PAGI

Iskandar dan Satrio duduk berhadapan di salah satu meja. Dua Gelas Kopi di atas meja.

SATRIO

Lela tak izinkan Zulfikar di otopsi.

ISKANDAR

Tidak ada yang bisa saya lakukan. Lela Istri Zul, dia yang berhak, bukan saya.
(jeda)
Walaupun kamu tahu, Polisi bisa melakukan otopsi tanpa persetujuan dari Keluarga. Itu di jelaskan di dalam Hukum.

SATRIO

Otopsi menjadi hal yang tabu buat di bicarakan keluarga, seakan-akan ada hal yang buruk. Kasian, itu hal yang sering di katakan keluarga.

Ada jeda di antara mereka.

ISKANDAR

Zul sudah di kubur?

SATRIO

Sudah, kemarin. Walaupun saya tahu, keterangan kamu Tidak bisa di pakai karena Lela menolak di otopsi, tapi saya mau tahu. Apa sebelum meninggal, kalian berjumpa?

ISKANDAR

Tidak, kami terakhir berjumpa enam bulan yang lalu, Dia ke sini. Dia cuma bicara tentang kebun sawit punya dia.

SATRIO

Ada kemungkinan juga Zul meninggal karena ada hubungannya dengan sengketa tanah.

Ada jeda di antara mereka.

SATRIO

Melihat kamu Tidak jawab, kamu Tidak tahu masalah ini.

Iskandar tidak menjawab.

SATRIO

Saya Tidak tahu rincian sengketanya apa, kamu bisa tanya Pak Kades. Tapi ada satu kemungkinan lagi, menguasai harta benda korban.

ISKANDAR

Itu bisa jadi, siapa yang kamu curigai?

SATRIO

Orang yang paling di untungkan dalam kematian adalah keluarga.

ISKANDAR

Saya ada di Kantor Polisi waktu Zul meninggal. Saya di tangkap karena di kira ikut bentrokan di kebun sawit, kamu bisa periksa atau kamu sudah tahu.

SATRIO

Di TKP Motor Zul hilang.

ISKANDAR

Kalau saya bunuh Zul saya juga bunuh Lela. Saya ambil Sertifikat tanahnya, bukan motornya.

Ada jeda di antara mereka.

SATRIO

Dia Tidak ada bicara tentang orang-orang yang punya masalah sama dia?

ISKANDAR

Tidak.

SATRIO

Kamu sudah pergi dari kampung tiga tahun dan jarang pulang. Kamu tidak sering bicara dengan saudara kamu. Padahal Jarak kalian cuma dua belas jam.

ISKANDAR

Apa kamu ada saudara, Satrio?

SATRIO

Dua orang, Adik Laki-laki dan Kakak Perempuan.

ISKANDAR

Kamu dekat dengan mereka?

SATRIO

Tidak terlalu, setelah besar, kita sudah ada kehidupan masing-masing, membuat terciptanya jarak secara alami di antara kita.

ISKANDAR

Kamu tahu apa jawaban saya.

Ada jeda di antara mereka.

SATRIO

Kita tidak tahu apa yang terjadi terhadap Zulfikar.

ISKANDAR

Apa Zulfikar di bunuh?

SATRIO

Berdasarkan laporan awal, ada tiga luka tusuk di perut Zulfikar, sedalam apa, kami Tidak tahu. Ada beberapa memar di wajahnya, artinya dia di pukul benda tumpul. Baju dan celananya dipenuhi debu dan pasir, mungkin dia lari dan jatuh ke tanah. Di depan bajunya, ada jejak ban kendaraan, dilihat dari lebarnya, itu ban motor. Kemungkinan dia di lindas motor, masih belum tahu bagian tulang mana yang di retak atau patah. Ada jejak dua motor di tempat kejadian, salah satunya, mungkin jejak motor terduga pelaku. Kemungkinan besar lebih dari satu orang. Hanya ada satu saksi, Kadir, orang yang pertama kali melihatnya.

Iskandar hanya diam, tidak menjawab.

SATRIO

Saya berharap Zul di otopsi, Is.
(berdiri)
Saya asumsikan kamu tidak tahu kalau Lela hamil. Hamil tua.

Satrio pergi dari situ, Iskandar melihatnya, datar

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar