Tanah Yang Dijanjikan
9. Bagian 9

EXT. DEPAN RUMAH ZULFIKAR — SIANG

Iskandar sedang memperbaiki sepeda motornya, ia mengganti lampu depan motornya yang pecah. Lela berada di teras rumah, sedang menggendong Ismail.

Tidak lama kemudian, sebuah Mobil Pikap berhenti di depan rumahnya. DUA LAKI-LAKI keluar dari mobil, berjalan ke arah Iskandar.

Iskandar yang sedang memperbaiki motornya sadar dan melihat ke arah mereka.

POLISI SATU

Kamu Iskandar?

Iskandar mengangguk.

POLISI SATU

Kami mau menayakan masalah bentorak di PT kemarin. Kamu di sana waktu kejadian?

ISKANDAR

Iya --

POLISI DUA

Kamu ikut kami ke kantor. Kamu bisa jelaskan di sana.

Sesaat Iskandar melihat Lela yang melihatnya.

POLISI SATU

Kami hanya minta keterangan kamu. Kalau sudah selesai, kamu bisa pulang. Tidak lama.

Iskandar mengangguk.

INT. RUANG KERJA - KANTOR - POLISI — SIANG

Iskandar duduk di depan PENYIDIK, 30-an, yang sedang mengetik di Komputernya.

ISKANDAR

Dari belakang ada dorongan, membuat kami semua terjepit. Waktu saya mau lihat ke belakang, sudah tidak bisa. Setelah itu dorongan semakin kuat, membuat Polisi yang berjaga mundur dan jatuh, kami juga tersungkur kedepan. Setelah itu saya dengar orang yang menjerit, banyak orang yang berlari kearah kantor. Saya meringkuk dibawah, melindungi badan saya.

PENYIDIK

Kamu tidak lihat siapa yang memulai bentrokan?

ISKANDAR

Tidak, saya hanya lihat ada batu yang di lempar dari arah Kantor ke warga. Terus ada yang lempar Bom Molotov dari arah warga.

Penyidik mengetik keterangan dari Iskandar di Komputer.

ISKANDAR

Apa sudah ada yang kalian tangkap?

PENYIDIK

Sudah, provokatornya ada dua orang.

Penyidik itu mengambil Dua Foto dan meletakannya di depan Iskandar.

PENYIDIK

Kamu kenal?

Sesaat Iskandar melihat Dua Foto itu, datar. Melihatnya seksama.

ISKANDAR

Apa kalian yakin mereka warga kami?

PENYIDIK

Orang kami sedang menanyakan ke mereka. Mereka mengaku orang kalian, masih di selidiki.

ISKANDAR

Mereka bukan orang kami.

PENYIDIK

Kamu yakin? Lihat baik-baik.

ISKANDAR

Desa kami kecil, setiap orang saling kenal satu sama lain. Iya, mereka bukan orang kami.

Penyidik itu mengambil kembali Dua Foto itu dan meletakan kembali di tempatnya. Ia mulai mengetik keterangan Iskandar di Komputernya.

ISKANDAR

Provokator dari PT. Agro?

PENYIDIK

Mereka bilang Tidak ada lempar batu ke arah warga. Kami masih belum bisa menyimpulkan.

Ada jeda di antara mereka.

PENYIDIK

Kamu bisa lapor kalau lihat atau ingat tentang bentrokan. Kamu bisa pergi sekarang.

Iskandar bangun dan pergi berjalan keluar. Bersamaan dengan terdengar suara Penyidik meminta Orang selanjutnya untuk di periksa.

EXT. DEPAN KANTOR POLISI - KANTOR POLISI — SIANG

Para Warga yang mengikuti Demo kemarin berkumpul di depan Kantor Polisi. Beberapa Polisi berdiri di depan mereka, bersenjata lengkap, memperhatikan keadaan sekitar.

Iskandar keluar dari Kantor Polisi, berjalan menuju Parkiran Motor, menaiki motor dan menghidupkannya, ia pergi dari situ.

EXT. KAWASAN PERUSAHAAN - PT. AGRO — SIANG

Sebuah Trailer di angkat oleh Mesin dari Truk, Trailer itu di letakan Tidak jauh dari Kantor PT. Agro yang rusak. Ada DUA TRAILER yang di letakan bersebelahan, seperti setengah persegi.

Para Pekerja sibuk mengerjakan Trailer itu, tak jauh dari mereka, ada Faizal yang memperhatikan mereka, di bagian kepalanya terdapat luka kecil akibat bentrokan kemarin. Denis dan Pak Kades yang berdiri di sebelahnya.

PAK KADES

Seberapa parah kerusakan Kantor?

Faizal melihat Kantor yang Tidak jauh darinya.

FAIZAL

Hanya bagian depannya saja. Bagian dalam masih bisa di gunakan.

Pak Kades melihat Beberapa Polisi yang berjaga di sekitar kantor, bersenjata lengkap. Tidak jauh dari mereka, ada Beberapa Orang dengan badan besar dan tegap, mengawasi sekitar, mereka tidak memakai Pakaian Polisi atau Tentara.

PAK KADES

Dan itu?

Faizal melihat Polisi-polisi itu.

DENIS

Hanya untuk penjagaan. Saya minta tolong Polres. Saya juga minta orang-orang buat bantu Polisi. Setelah apa yang terjadi, PT merasa mereka perlu bantuan buat jaga sekitar. Supaya hal ini tidak terulang lagi.

Faizal tidak menjawab, ia hanya diam. Melihat ke arah depan.

PAK KADES

PT mempermasalahkan bentrokan kemarin?

FAIZAL

Masalah sengketa tanah ini bisa menimbulkan korban di kedua pihak. Saya dengan banyak warga yang luka. Saya biarkan Polisi yang mengurus masalah ini.

Ada jeda di antara mereka.

PAK KADES

Ada beberapa warga yang setuju untuk ganti rugi tanah mereka. Itu berita bagus

FAIZAL

Tapi tidak buat orang-orang di sini. Mereka kehilangan tanah. Itu menambah panjang cerita buruk tentang sengketa tanah, gara-gara sawit. Orang pasti mengingatnya.

Pak Kades tidak menjawab.

DENIS

Semua berkas di pengadilan juga sudah lengkap. Kami akan memulai kasus ini.

PAK KADES

Ada warga yang sudah menyerahkan tanah mereka. Bapak Tidak perlu melakukan ini.

DENIS

Kita sama-sama bagian dari sengketa ini, Pak. Bapak tahu ini akan ke mana akhirnya.

Pak Kades tidak menjawab. Sesaat Denis melihat Pak Kades. Faizal hanya diam.

EXT. DEPAN RUMAH HASAN — SORE

Hasan sedang duduk di depan rumahnya, ketika Iskandar datang dengan Motornya. Ia turun dari Motornya dan duduk di samping Hasan.

ISKANDAR

Mereka bukan orang kita.

HASAN

Iya... aku tahu.

Ada jeda di antara mereka.

HASAN

Beberapa orang setuju dengan harga ganti rugi.

ISKANDAR

Tidak masalah, itu pilihan mereka. Aku akan bertahan sampai akhir.

HASAN

Bagaimana kalau kita gagal?

ISKANDAR

Setidaknya kita mencoba, Hasan.

Hasan tidak menjawab, ia melihat Iskandar.

ISKANDAR

Kita harus menyelesaikan masalah ini secepatnya... dengan apapun itu caranya.

HASAN

Apapun itu caranya.

Ada kesungguhan dalam kata-kata Hasan. Kita bisa melihat itu. Sesaat Iskandar melihat Hasan, tidak menjawabnya.

INT. RUANG MAKAN - RUMAH ZULFIKAR — MALAM

Lela yang sedang menggendong Ismail, menggoyangkan badannya, menidurkannya. Iskandar berjalan dari ruang tamu melihat mereka.

LELA

Orang-orang ada yang mau tanah mereka di bayar setengah harga.

Iskandar tidak menjawab.

LELA

Abang mau tanah kita di bayar setengah harga?

Sesaat Iskandar melihat Ismail yang tertidur.

ISKANDAR

Tidak.

Iskandar berjalan menuju keluar rumah. Sesaat Lela melihat Iskandar dari dalam rumah, kemudian ia melihat Ismail yang tertidur.

INT. BALAI DESA — SIANG

Para Warga berkumpul di Balai Desa, mereka melihat kegiatan yang ada di depan mereka.

Pak Kades dan Faizal berdiri di belakang Anggota Kelompok Tani dan Denis, yang menulis dan menandatangan Dokumen di atas meja. Tidak jauh dari mereka, ada Arief dan Pengacara, orang dari PT. Agro.

Satrio berjaga, dengan pakaian lengkap, melihat sekitar, mengawasi.

Setelah urusan mereka selesai, Anggota Kelompok Tani itu berdiri dan berjalan. Di susul dengan Anggota Kelompok Tani lainnya duduk dan juga melakukan hal yang sama seperti Anggota Kelompok Tani sebelumnya.

Para warga menonton mereka, seperti sebuah pertunjukan.

EXT, DEPAN RUMAH HASAN — PAGI

Hasan, Joko, Kasman dan Yetno, orang-orang kelompok tani berkumpul di depan Rumah Hasan. Mereka saling bicara.

Tidak lama kemudian, Iskandar datang dengan Motornya. Semua Orang melihatnya, termasuk Hasan.

HASAN

Semua sudah lengkap?, Kita mulai sekarang.

Iskandar tidak menjawab, ia masih melihat Hasan dan yang lainnya.

HASAN

Kita tetap melakukannya, Is. Cuma ini cara yang ada.

Ada jeda di antara mereka.

ISKANDAR

Aku tunggu di depan, kita lakukan sesuai rencana.

Mereka saling melihat, datar.

EXT. DEPAN BALAI DESA — SIANG

Orang-orang keluar dari Balai Desa, bersamaan dengan Faizal, Denis berjalan menuju Mobil mereka. Di belakangnya ada Pak Kades. Di depan Mobil mereka, terdapat Empat Orang dengan badan militer yang berjaga.

FAIZAL

Ini langkah pertama buat kehidupan orang-orang di sini, Pak. Bapak bisa pegang janji kami.

PAK KADES

Itu bukan janji pertama yang saya dengar dari orang-orang seperti Bapak.

FAIZAL

Saya pastikan akan ada yang berubah di sini, Pak.
PAK KADES
Dalam arti baik atau tidak?

DENIS

Kita semua tahu dalam artian apa, Pak.

Ada jeda di antara mereka.

FAIZAL

Saya harap, Bapak bisa mengajak semua orang melakukan apa yang Kelompok Tani buat.

Pak Kades tidak menjawab. Faizal dan Denis masuk ke dalam Mobilnya.

Satrio berdiri di depan Mobilnya dan melihat mereka berbicara.

Mobil Faizal dan Denis pergi dari situ, di susul Mobil Pengawalnya.

Pak Kades berjalan menuju Motornya, Usman sudah menunggu, mereka juga pergi dari tempat itu. Sesaat Satrio melihat sekitar, suasana di Balai Desa sudah sepi, tak ada orang, kecuali dia.

Satrio berjalan menuju Mobil dan pergi dari situ.

EXT. PINGGIR JALAN - PERKEBUNAN — PAGI

Dua Orang yang mengendarai Motor berjalan di Perkebunan. Di Motor mereka ada Jrigen Kecil, di dalamnya ada cairan yang terguncang-guncang karena medan jalan.

Satu Motor berhenti, berbelok masuk ke dalam Perkebunan, sedangkan yang satunya lagi lurus berjalan ke depan.

EXT. JALAN - BERGERAK — PAGI

Iskandar, Hasan dan Anggota Kelompok Tani lainnya mengendarai motor. Mereka melewati Perkebunan Sawit dengan kecepatan tinggi.

Mereka melaju ke depan. Motor-motor mereka beriringan, satu persatu berjalan di jalan yang sepi itu.

Mereka memelankan laju Motornya, Iskandar berbelok, memasuki Kebun Sawit. Sedangkan yang lainnya, terus melaju mengikuti jalan di depannya.

INT. MOBIL - BERGERAK — PAGI

Satrio mengendarai Mobilnya, sesaat ia melihat kiri dan kanan.

Mobil berhenti dengan mendadak, Satrio melihat ke arah kanannya. Asap membumbung tinggi di udara.

EXT. PERKEBUNAN — SIANG

Motor Iskandar berhenti, ia melihat Asap yang membumbung tinggi ke udara.

Ia turun dari Motor, Iskandar berjalan sambil memegang Senapan Angin. Menuju sumber asap.

CUT TO:

Terdengar suara percikan Api yang semakin, bersamaan dengan Kabut Asap yang semakin menebal.

Ia berjalan lebih dalam lagi, melihat sekitarnya. Sesaat kemudian ia berhenti, melihat sesuatu di depannya.

Iskandar melihat LAKI-LAKI, 17-an, sedang menuangkan Bahan Bakar ke Perkebunan. Setelah itu memegang Mancis di tangannya, siap untuk membakar.

Iskandar menodongkan Senapan Angin ke arah Laki-laki itu, berjalan pelan dari belakang --

ISKANDAR

Siapa kamu?

Laki-laki itu berbalik dan terkejut, ia tertangkap basah.

ISKANDAR

Matikan mancisnya.

Laki-laki itu melakukan apa di perintah Iskandar.

Ketika Iskandar menurunkan Senapan Anginya --

Laki-laki itu kabur, melarikan diri. Iskandar mengejar Laki-laki, dengan menggunakan Popor Senapan Angin, ia memukul kepala Laki-laki itu, membuatnya tersungkur ke tanah. Laki-laki itu meringis kesakitan.

Dengan menggunakan badannya sebagai pemberat, ia memegang Kepala Laki-laki itu, menekannya ke tanah.

ISKANDAR

Siapa yang suruh kamu?

LAKI-LAKI

Ampun, Om. Ampun Om.

ISKANDAR

Kamu kasih tahu aku sekarang. Muka kamu udah kena bensin, sebentar api ke sini.

Laki-laki itu menangis, walaupun setengah wajahnya terlihat.

LAKI-LAKI

Ampun Om... saya janji Tidak buat lagi. Ampun Om.

ISKANDAR

Kita jauh dari siapa-siapa, Tidak ada yang tahu kalau kamu mati.

Laki-laki itu berusaha bicara, pelan. Iskandar mendengarkannya.

ISKANDAR

Siapa suruh kamu?

LAKI-LAKI

(pelan)
Orang PT...

ISKANDAR

PT apa?

LAKI-LAKI

Orang PT. Agro suruh saya, Om.

ISKANDAR

Kamu tahu orangnya?

LAKI-LAKI

Tahu om.

ISKANDAR

Kasih tahu aku siapa orangnya.

Iskandar melepaskan cengkraman di Kepalanya. 

EXT. PERKEBUNAN — PAGI

Satrio berjalan di dalam Kabut, tidak terlalu tebal, jarak pandang masih aman. Ia melihat ke kiri dan kanan.

Ia berhenti, ia melihat ke arah depannya, sebuah Sepeda Motor yang terparkir di sudut.

Satrio mengeluarkan Pistol dari Sarung Pengamannya dan mengarahakannya ke depan. Mencari-cari targetnya.

Ia berjalan terus ke depan --

LAKI-LAKI, 17-an, sedang membakar Lahan Perkebunan. Mereka saling melihat dan --

Laki-laki itu melarikan diri --

Satrio melepaskan tembakan peringatan --

Laki-laki itu berhenti ia mengangkat tangan. Satrio mendekati dengan Pistol mengarah ke depan.

SATRIO

Jangan bergerak. Angkat tangan kamu.

LAKI-LAKI

Jangan tembak saya, Om. Saya mohon, jangan tembak saya.

SATRIO

Kalau kamu mau tak saya tembak, jawab semua pertanyaan saya.

LAKI-LAKI

Iya, om.

SATRIO

Siapa yang suruh kamu.

Laki-laki itu melihat Satrio, dalam diam.

EXT/INT. PERKEBUNAN/MOBIL — SIANG

Mobil Faizal dan Denis berjalan di jalan bertanah, di kiri kanan mereka terdapat perkebunan sawit.

DENIS

Ini yang harus Bapak lakukan. Bukan membiarkan mereka melakukannya.

Faizal tidak menjawabanya.

DENIS

Hanya butuh beberapa orang lain sebelum semuanya selesai.

FAIZAL

Kamu cabut tuntutan di pengadilan. Kita Tidak akan gunakan itu.

Denis tidak menjawab.

FAIZAL

Mereka akan tetap menyerah pada akhirnya.

Laju Mobil menjadi Pelan, sesaat SOPIR, 30-an melihat sesuatu di depannya.

DENIS

Dasar...

Faizal melihat Denis, datar.

FAIZAL

Ini bukan waktu untuk berdebat, Denis.

SOPIR

Pak...

Hasan dan yang lainnya berdiri di Tengah Jalan, menutupinya.

Dari kursi belakang, Faizal menyadarinya, melihat ke depan, begitu juga Denis.

FAIZAL

Berhenti...

Denis mengambil Radio.

DENIS

Kalian ke depan, ada orang yang hadang Jalan kita.

Dari arah belakang, Mobil Kedua berjalan ke depan Mobil Faizal dan Denis, melindunginya.

Hasan dan yang lainnya tetap di tempat mereka, tidak bergerak sama sekali.

Mobil Faizal dan Denis berhenti, begitu juga Mobil Pengawal mereka.

Empat Orang Pengawal Turun dan berjalan menuju Kelompok Hasan. Di belakangnya, Faizal dan Denis turun dari mobil, melihat mereka dari tempatnya.

PENGAWAL

Minggir.

HASAN

Kami Tidak ada urusan dengan kalian, kami cuma mau bicara sama Faizal.

Pengawal itu tidak menjawab, ia berjalan mendekati Hasan, tingginya yang lebih dari Hasan membuatnya harus mendongak melihat Pengawal itu. Hasan tidak bergeming, tetap di tempatnya.

PENGAWAL

Minggir... atau...

HASAN

Kamu bisa coba buat kami minggir.

Mereka saling melihat, dingin di antara keduanya. Pengawal lainnya berbicara kepada Pengawal itu. Kemudian Pengawal itu mundur dan melihat Faizal dan Denis yang melihat mereka.

Dari tempatnya, Faizal tersadar.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar