Tanah Yang Dijanjikan
6. Bagian 6

INT. BALAI DESA — PAGI

Kursi-kursi telah di duduki warga Desa, semuanya terisi, bahkan ada yang berdiri di belakang. Di antara mereka ada yang membawa anak-anak, duduk di pangkuan mereka.

Iskandar salah satu orang yang duduk di kursi-kursi itu.

Di depan mereka ada Pak Kades dan Arief, duduk bersebelahan, bersama dengan Hasan.

PAK KADES

Saya mendapatkan surat balasan dari mereka, saya belum membukanya dan kita akan baca bersama-sama.

Pak Kades mengangkat Amplop Surat itu tinggi-tinggi, memperlihatkannya kepada semua warga.

Para Warga menunggu isi surat itu, termasuk Iskandar yang dengan datar melihat surat itu.

Pak Kades mulai membuka amplop itu, merobek bagian ujung amplop dan ia mengambil kertas di dalam amplop itu. Pak Kades membukanya, sesaat ia melihat ke arah para warga, sebelum ia melihat isi kertas itu.

PAK KADES

Akan saya bacakan.
(jeda)
Sehubungan dengan tiga tuntutan yang di minta Warga Bangun Rejo dan Kelompok Tani Bangun Rejo terhadap masalah sengketa tanah ini, kami berkedudukan menolak tuntutan nomor tiga warga dan kelompok tani Bangun Rejo --

Suara lebah warga mendengar apa isi surat dari PT. Agro, mereka kecewa. Pak Kades berhenti sejenak, menenangkan suasana.

PAK KADES

Tenang semua, tenang.
(jeda)
Saya lanjutkan.
(jeda)
Untuk tuntutan kedua yang di minta kelompok tani dan Warga Bangun Rejo, kami juga menolaknya.

Suara lebah dari arah warga semakin kencang, membicarakan penolakan ini.

PAK KADES

Tenang semua, masih ada satu tanggapan tuntutan lagi yang belum di bacakan.
(jeda)
Mengenai masalah penggantian ganti rugi yang minta Kelompok Tani Bangun Rejo atau tuntutan pertama, kami menyatakan dengan ini menolak terhadap dengan harga yang --

Suara lebah dari warga terdengar lagi, kecewa. Dengan cepat Pak Kades mengangkat tangan --

PAK KADES

Saya belum selesai, mereka memberikan jawabannya.
(jeda)
Kami menghargai Warga Desa Bangun Rejo dan Kelompok Tani Bangun Rejo. Maka dengan ini, kami menyatakan penawaran kami untuk mengganti rugi tanah anggota Kelompok Tani Bangun Rejo dengan setengah dari jumlah yang di minta, yakni seratus duapuluh juta rupiah dari dua empatpuluh juta rupiah.

Sesaat Pak Kades melihat Warga yang serius mendengarkan isi surat itu, bersamaan dengan Arief yang melihat ke arah yang sama.

Sementara Iskandar dengan tenang mendengarkan di kursinya, tidak terpengaruh dengan suara-suara di sekitarnya.

PAK KADES

Jika Anggota Kelompok Tani dan warga Bangun Rejo tidak setuju dengan harga yang di tawarkan, maka tidak ada yang bisa kami lakukan. Dengan surat ini juga kami akan memberikan waktu kepada Kelompok Tani dan Warga Bangun Rejo untuk memikirkan tawaran yang kami berikan. Kami menunggu jawaban dari warga dan kelompok tani Bangun Rejo dalam waktu tiga hari dari sekarang.

Bersamaan dengan suara-suara lebah yang bersahutan dan terdengar, sangat besar, membicarakan surat itu.

Pak Kades melipat surat itu dan memasukannya ke dalam Amplop itu kembali. Ia melihat ke Arief yang berada di sebelahnya, mereka bertukar pandang, datar, ia melihat Hasan, datar.

Pak Kades mengangkat tangannya, menyuruh semua warga tenang.

PAK KADES

Kita sudah tahu sebelumnya harga yang mereka tawarkan. Sekarang keputusan berada di tangan kita.

Semua warga diam, memikirkannya.

JOKO

Dan buat warga dan kelompok tani yang menolak harga yang di tawarkan PT. Agro?

HASAN

Mereka akan membawa masalah ini ke pengadilan.

Ada jeda di antara mereka.

YETNO

Kenapa kita yang selalu di anggap salah dalam masalah ini?

Pak Kades dan Arief saling melihat.

ARIEF

Karena kita juga salah dalam kasus ini.

Semua warga diam mendengar apa yang di katakan Arief.

ARIEF

Karena bagi PT, kita mengambil alih tanah mereka tanpa persetujuan --

Suara lebah salih bersahutan dari arah warga --

ARIEF

(mengangkat tangan)
Tolong, biarkan saya bicara dulu.

Semua warga diam, mendengarkan Arief.

ARIEF

Bagi mereka, kita melakukan tindakan ilegal, mengambil alih tanah mereka tanpa persetujuan mereka. Memang benar kita merawat sawit di tanah itu, tetapi yang menanam dari awal adalah PT sebelumnya, yakni PT. Indomas. Dan PT. Agro merasa sawit itu punya mereka, dan mereka hanya mengganti rugi biaya perawatan yang Bapak dan Ibu lakukan selama ini.

JOKO

Oke, mungkin itu kami bisa mengerti. Kami juga salah di sini. Tapi bagaimana dengan Kerjasama yang kami minta dan Warga Desa yang jadi pekerja tetap perkebunan.

Ada jeda di antara mereka.

ARIEF

Untuk masalah kerjasama bagi hasil, saya tidak bisa menjawab, karena PT. Agro mempunyai perhitungan mereka sendiri. Bapak dan Ibu bisa tanya mereka sendiri.
(jeda)
Sedangkan untuk masalah mempekerjakan warga di PT, saya tidak tahu pasti, tapi berdasarkan pengalaman saya. Mereka ingin mencari pekerja yang tahu tentang sawit, sekarang saya tanya, apakah di sini ada orang yang tahu bagaimana merawat sawit.
(menunggu jawaban)
Tidak ada kan, selama ini, perawatan sawit di lakukan dengan bantuan dari PT. Nirwana. Sekali lagi, mereka ini Perusahaan, mereka ingin mencari untung, bukan beramal, dalam hal ini, mempekerjakan Bapak dan Ibu dan sebagai pekerja tetap, itu mungkin kerugian bagi mereka.

Semua warga diam, Tidak terdengar suara mereka.

ARIEF

Mereka akan mempekerjakan Bapak dan Ibu sebagai buruh harian, sebagai pekerja kasar yang selama ini Bapak dan Ibu lakukan.

HASAN

Kenapa Bapak sepertinya berada di pihak mereka?

Arief melihat Hasan, bersamaan dengan Pak Kades. Pak Kades juga melihat Arief.

ARIEF

Karena kalau saya tidak bilang yang sebenarnya, Bapak dan Ibu akan kalah jika mereka membawa masalah ini ke pengadilan.

Semua warga diam.

ARIEF

Seperti yang saya bilang sebelumnya, mereka perusahaan besar, mereka mempunyai dana dan koneksi yang banyak. Mungkin kita bisa melawan mereka pada awalnya, tapi lama kelamaan, kita akan kehabisan tenaga dan uang.

Ada jeda di antara mereka.

ARIEF

Saya sarankan Bapak dan Ibu memikirkan harga ganti rugi yang di tawarkan, setengah harga. Itu harga yang bagus kalau di pertimbangkan.

KASMAN

Kami melakukan ini karena kami mencari masa depan yang lebih baik, ingin menyelesaikan masalah kami, bukan menimbulkan masalah baru.

KASMAN, 40-an, Anggota Kelompok Tani bersuara.

ARIEF

Saya paham. Saya turut prihatin, tapi kita semua tahu, ini bukan kasus pertama kalinya yang berakhir seperti ini. Harusnya, Ibu dan Bapak sudah tahu.

Para Warga hanya diam, tidak menjawab, termasuk Iskandar.

ARIEF

Kita hanya bisa memilih di antara jalan keluar yang ada. Ini pilihan buruk dari yang terburuk.

Semua orang hanya diam, sesaat Iskandar berkontak mata dengan Arief.

EXT. PERKEBUNAN SAWIT — PAGI

Sebuah Mobil teparkir di pinggir jalan.

Terdengar suara dari benda tumpul, berkali-kali.

Sebuah Papan Penanda, bertuliskan:

"LAHAN INI DAN ASET-ASETNYA DALAM STATUS SENGKETA DAN TELAH DIDAFTARKAN DI PENGADILAN NEGERI DENGAN NOMOR

REGISTER: 58/Pdt.G/2011/PN.Pku

Tanggal 1 November 2011

SEHINGGA PARA PIHAK TIDAK MELAKUKAN/BERTINDAK DI LUAR HUKUM"

Papan Penanda itu berdiri di tengah-tengah hamparan kebun sawit.

Dua Orang Pekerja berjalan menuju Mobil, membawa peralatan yang sudah selesai di gunakan.

EXT. PERKEBUNAN SAWIT — SIANG

Iskandar membawa Karung dan Senapan Angin yang tergantung di Bahunya.

Ia berhenti di satu tempat dan mengambil Tupai yang di tembak dan memasukannya ke dalam Karung. Sesaat ia melihat sekitar.

Iskandar memperhatikan sesuatu, ia melepaskan Senapan Anginnya dan membidik sesuatu.

Seekor Biawak, berukuran kecil, sedang memanjat Pohon Sawit.

Iskandar memompa Senapan Anginnya, berkali-kali, setelah itu, ia membidik Biawak itu. Ia melepaskan Tembakan beberapa kali. Biawak itu jatuh ke tanah, Zul mendekatinya, sambil membawa Karung.

EXT. PINGGIR SUNGAI - PERKEBUNAN SAWIT — SIANG

Iskandar mengikat Mulut Biawak berukuran sedang dengan sebuah Tali Plastik. Ia memeriksanya sekali lagi, melihat Ikatan di Keempat Kakinya.

Kemudian ia memasukan Biawak itu ke dalam Karung yang ada di sebelahnya.

Ia membalikan Posisi Perangkap ke tempat semula. Ia memasukan Umpan, Tikus Mati ke dalam tempat yang sama. Memastikan Perangkapnya sempurna, ia berjalan membawa Karung menjauhi Perangkap.

EXT. PINGGIR JALAN - KEBUN SAWIT — SIANG

Denis dan Dua Orang Pengawalnya sedang melihat Papan Penanda itu. Ia melihatnya, datar.

Dari dalam Kebun, Iskandar keluar dengan membawa Karung. Iskandar melihat Papan Penanda itu, datar. Kemudian ia melihat Denis.

Denis dan Dua Orang Pekerja berjalan menuju Iskandar, begitu juga dengan Iskandar.

DENIS

Saya dengar di sini banyak Biawak.

ISKANDAR

Tak banyak. Kecuali dekat sungai.

DENIS

Sejujurnya saya tidak tahu banyak tentang Biawak.

ISKANDAR

Saya bisa lihat itu dari kamu.

Denis tersenyum, terhibur.

DENIS

Saya dengar kamu saudara anggota kelompok tani yang meninggal?

ISKANDAR

Iya.

DENIS

Maka saya anggap kamu anggota kelompok tani juga. Mengingat yang terjadi dengan Saudara kamu.

Iskandar tidak menjawab, ia hanya diam.

DENIS

Kamu tahu tanah ini dalam masalah.

ISKANDAR

Iya. Tapi sayangnya saya tidak bisa biarkan hewan ini di tinggal di sini.

DENIS

Biar untuk kami. Saya akan membayarnya.

ISKANDAR

Sayangnya saya tidak menjual binatang-binatang ke kalian.

Ada jeda di antara mereka.

DENIS

Kami hanya mau apa yang menjadi hak kami.

ISKANDAR

Kami juga mau apa yang menjadi Hak kami.

DENIS

Bagaimana kalau saya beli hak kamu.

ISKANDAR

Seberkuasa itu kamu di sini?

DENIS

Kamu bisa coba kalau mau. Tapi kamu tahu apa yang harus kamu lakukan.

ISKANDAR

Sudah berapa orang yang kamu coba hal ini?.

DENIS

Tiga orang termasuk kamu. Mereka tidak sepemahaman dengan saya. Mungkin kamu lain, karena kamu pernah pergi dari sini dan kembali lagi, saya yakin kamu sudah berubah.

ISKANDAR

Berubah karena saya akan sepemahaman sama kamu?

DENIS

Ya.

Ada jeda di antara mereka.

ISKANDAR

Saya suka percaya diri kamu. Tapi sayangnya saya tidak sepemahaman sama kamu.

Denis tersenyum, terhibur lagi.

DENIS

Saya suka sama kamu, Is. Percaya diri kamu, bangga dengan harga diri kamu.

ISKANDAR

Kamu perlu cari orang lain lagi. Orang yang sama bodohnya sama kamu, kalau saya bilang.

Dua Orang Pekerja itu berjalan ke arah sekitar Iskandar, Ia menyadarinya.

DENIS

Kamu perlu tahu, Tidak ada kegiatan di lahan ini. Kamu harus pergi dari sini.

Iskandar tidak menjawab, ia hanya diam.

DENIS

Aku punya kuasa atas lahan ini. Dan kami punya hukum di tempat ini.

ISKANDAR

Orang bodoh yang hanya bisa mengandalkan kuasa? Dari mana kamu dapat kuasa itu? Dari orang bodoh yang kasih kamu kuasa?

Dua orang itu ingin mengambil Karung itu dari Iskandar --

Dengan cepat, Iskandar memukul Satu Orang dengan Senapan Anginnya di perut dan Wajahnya, ia terjatuh.

Satu Orang Pekerja dan melepaskan Pukulan, dengan gerakan sambungan, Iskandar mengelak dan memukul Pekerja itu dengan Lututnya dan membuat ia terduduk. Iskandar memukul Kepala Pekerja itu dengan Senapan Angin, membuat Pekerja itu tersungkur.

Dengan cepat, Iskandar menondongkan Senapan Angin ke arah Denis, ia terlihat dingin.

Denis hanya diam, terlihat wajahnya yang pucat.

ISKANDAR

Jangan pernah kamu bicara hukum, apapun bisa terjadi di sini. Itu aturan pertama yang harus kamu tahu.

Iskandar berjalan pelan menuju Denis.

ISKANDAR

Aturan kedua, kamu berkuasa atas orang lain kalau kamu bisa buat sesuatu, memaksa mereka mengikuti permainan kamu --

Dengan menggunakan Ganggang Senapan Angin, Iskandar memukul wajah Denis. Ia jatuh terduduk, hidungnya mengeluarkan darah.

ISKANDAR

Ketiga, Tidak seperti hukum yang pasti. Tak ada yang pasti disini.

Iskandar berjalan ke motornya, menghidupkannya dan pergi.

Denis masih di tempatnya, hanya melihat sambil memegang hidungnya yang berdarah, dingin.

EXT. BELAKANG RESTORAN — SORE

Iskandar membawa Karung itu dan berdiri di depan pintu, ia berbicara kepada LAKI-LAKI,40-an, Keturunan Tionghoa. Iskandar memberikan Karung itu kepada Laki-laki itu dan ia berjalan ke dalam sambil membawanya.

Tidak lama kemudian, Laki-laki itu keluar dan memberikan sejumlah Uang Ratusan Ribu kepada Iskandar. Iskandar berjalan menuju Parkiran.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar