Tanah Yang Dijanjikan
4. Bagian 4

EXT. PINGGIR JALAN - PERKEBUNAN SAWIT — PAGI

Satrio turun dari Mobilnya. Ia berjalan ke tengah jalan, tempat di temukannya Zulfikar.

Sesaat ia melihat jalan di kedua sisi, datar. Kemudian, ia melihat sekitarnya, memperhatikannya, tidak ada apa-apa, hanya sawit di semua arah.

Satrio kemudian berjalan ke arah perkebunan, ia masuk ke dalam sana.

EXT. POS JAGA SATU - PERKEBUNAN SAWIT — PAGI

Satrio berdiri di depan Pos Jaga, sebuah pos yang sederhana, hanya terbuat dari kayu, tidak ada apa-apa di sana.

Sesaat ia melihat Pos itu, kemudian ia masuk kesana, ia memeriksa pos itu, mencari-cari sesuatu, entah apa itu.

Ia tidak menemukannya.

Ia kemudian pergi dari situ. Menjauhi Pos jaga.

EXT. POS JAGA DUAN - PERKEBUNAN SAWIT — PAGI

Satrio duduk di sebuah Pos jaga, seperti yang pertama kita lihat sebelumnya. Sesaat ia melihat sekitar pos jaga itu. Kemudian ia memandang datar --

Terdengar suara pelepah sawit yang di injak, Satrio tersadar dari lamunannya, ia melihat seseorang di depannya, berjalan menjauhinya.

Satrio keluar dari Pos, ia berjalan, dari belakang Seorang LAKI-LAKI, 20-an, asap mengepul dari sana. Satrio memperhatikannya, kemudian --

SATRIO

Siapa itu --

Laki-laki itu menoleh ke belakang, dengan pelan Satrio berjalan ke arahnya --

SATRIO

Buat apa di situ?

Laki-laki itu diam --

Dengan cepat ia berlari menjauhi Satrio. Sekuat tenaga --

Satrio melihatnya, dengan cepat, ia mengejarnya, mereka saling mengejar.

Mereka memasuki kawasan perkebunan sawit, tampak pohon-pohon sawit yang berbaris rapi, sesuai alurnya, daun-daunnya yang lebar dan tinggi pohonnya yang menjulang, menandakan pohon-pohon di sini sudah lama di tanam, membuat cahaya matahari terhalang masuk.

Laki-laki itu seperti mengetahui wilayah perkebunan ini, dengan lincahnya, ia menempatkan kakinya di tanah dan berlari dengan cepat.

Sementara Satrio berlari dengan cepat, walaupun dia sedikit ragu dengan pijakan kakinya.

Perlahan-lahan Laki-laki itu menjauhinya dan berbelok, dengan cepat Satrio mengikutinya dari belakang, tetapi --

Laki-laki itu menghilang.

Satrio berhenti, ia melihat sekitar, mencari di mana orang itu, dengan perlahan ia jalan ke depan, masih mencari-cari.

Ketika ia menoleh ke samping --

Laki-laki itu berlari menjauhinya.

Satrio hanya bisa melihat Laki-laki itu kabur darinya. Ia berusaha mengendalikan nafasnya.

Ia melihat sekitar perkebunan, ia sendirian. Ia mengambil Radio di belakang Seragamnya.

SATRIO

Komunikasi, masuk. Area 60, ada kebakaran. Kirim Orang untuk padamkan api.

Satrio mengambil pelepah Sawit dan berjalan ke arah yang ia datangi tadi.

INT. KEDAI KOPI — PAGI

Mandor Yono meminum Kopi di atas meja. Faizal dan Denis berjalan masuk ke dalam Kedai Kopi dan duduk di depan Mandor Yono.

Tak lama kemudian, PEREMPUAN, mendekati mereka.

DENIS

Kopi dua.

Perempuan itu berlalu pergi.

MANDOR YONO

Saya dengar PT. Agro mau ganti rugi tanah Kelompok Tani.

FAIZAL

Mereka masih memikirkan tawaran ini.

DENIS

Walaupun kami tahu apa yang akan mereka lakukan.

MANDOR YONO

Kamu percaya diri. Itu bagus.

DENIS

Saya punya kuasa atas mereka.

Ada jeda di antara mereka.

FAIZAL

Semuanya masih dalam pertimbangan.

Denis melihat Faizal, datar. Ia meminum Kopinya.

FAIZAL

Kami hanya mau semua pihak untung dari semua ini. Tidak lebih.

Kopi pesanan mereka datang. Mandor Yono meminum Kopi miliknya.

DENIS

Saya dengar Bapak berhubungan baik dengan mereka.

MANDOR YONO

Saya hanya melakukan pekerjaan saya.

DENIS

Tidak kalau di lihat kedekatan Bapak dengan orang-orang di sana.

MANDOR

Saya sudah di sini lebih dari duapuluh lima tahun. Saya lebih mengetahui di mana jalan menuju rumah orang-orang ini dari pada jalan rumah saya sendiri. Ya, kalau kamu tanya saya dekat dengan mereka.

FAIZAL

Iya, saya paham. Tapi itu tidak buat Denis, dia masih baru.

Denis melihat Faizal, datar.

DENIS

Mungkin benar, tapi Tidak selamanya apa yang Bapak bilang itu benar.

MANDOR YONO

Saya tidak mau ada perkelahian keluarga di sini.

FAIZAL

Kami hanya ingin bertemu dengan Bapak. Tidak ada maksud apa-apa.

DENIS

Kami ingin beberapa saran dari Bapak menghadapi mereka.

MANDOR YONO

Saran saya, jauhi mereka. Biarkan mereka hidup dengan hak mereka.

DENIS

Bapak tahu itu juga hak kami.

MANDOR YONO

Iya, kamu memang benar.

DENIS

Kami punya hukum di tempat ini.

MANDOR YONO

Begitu juga dengan mereka. Mereka punya aturan main sendiri. Jangan bicara hukum, apapun bisa terjadi di sini.

FAIZAL

Kami tidak akan melakukan di luar itu, Pak. Kita sama-sama tahu.

MANDOR YONO

Setelah masa kolonial, mereka mendapatkan tanah mereka kembali, hidup dengan kelompok mereka, hidup di bawah kaki mereka sendiri. Sampai akhirnya masalah ini muncul. Membuat mereka harus bersaing dengan orang lain dan kelompok mereka sendiri. Orang-orang seperti kita yang membuat masalah hidup orang-orang di sini Tidak pernah selesai.

DENIS

Apa Bapak bilang kita menjajah mereka Sebagai catatan kita hanya memanfaatkan sumber daya alam yang ada.

MANDOR YONO

Sebagai catatan, pemanfaatan sumber daya alam menjadi satu dari sekian banyak bentuk penjajahan. Walaupun penjajahan sekarang sudah banyak bentuknya. Silahkan di artikan sendiri.

FAIZAL

Kita tidak menjajah mereka, Pak. Ini hanya bisnis.

MANDOR YONO

Mungkin itu buat Bapak, tapi tidak bagi mereka.

DENIS

Kalau memang begitu, Bapak bisa ikut kami dan kita selesaikan masalah mereka. Kita semua untung.

MANDOR YONO

Termasuk saya?

DENIS

Termasuk Bapak. Terlebih lagi, saya dengar Bapak mau pensiun. Mungkin bisa untuk menambah hari tua Bapak.

MANDOR YONO

Terimakasih karena kamu sudah perhatian sama saya. Tapi maaf, saya masih punya hati nurani.

DENIS

Ouch.

FAIZAL

Denis tidak bermaksud begitu, Pak. Saya jamin.

MANDOR YONO

Sekali lagi, saya tidak mau ada perkelahian keluarga di sini.

DENIS

Saya hanya mau jawaban Bapak, iya atau tidak.

Mandor Yono melihat Denis.

MANDOR YONO

Kamu datang ke sini untuk mengatakan itu?, Saya menghargai kepercayaan diri kamu. Kamu bisa gantikan Pak Faizal nanti.

DENIS

Itu pasti.

MANDOR YONO

Saya tahu akan seperti apa jadinya kalau saya ikut kalian. Karena di sini bukan tanah kita.

Denis dan Faizal melihat Mandor Yono.

EXT. DEPAN KEDAI KOPI — PAGI

Faizal dan Denis berjalan menuju Mobil yang terparkir. Denis membuka pintu Mobil --

FAIZAL

Saya hanya akan mengatakannya sekali, Denis. Jangan kamu libatkan emosi kamu dalam pekerjaan ini. Cepat atau lambat mereka akan menyerah juga.

DENIS

Saya hanya ingin memperlihatkan ke mereka, Pak.

FAIZAL

Jangan terlalu terlibat secara pribadi.

DENIS

Saya tidak seperti Bapak, akan lama masalah ini selesai kalau seperti itu.

FAIZAL

Iya, kamu memang bukan saya. Tapi hal itu yang akan jadi masalah buat kamu dan juga saya.

Faizal melihat Denis, datar.

FAIZAL

Satu hal lagi, apa yang kamu pikirkan waktu kamu bilang gitu ke Mandor Yono.

DENIS

Saya hanya mencari jalan keluar.

FAIZAL

Saya tahu kamu masih muda, semangat. Tapi tolong, gunakan otak kamu dengan benar.

DENIS

Saya --

Faizal mengangkat tangannya.

FAIZAL

Mandor Yono orang pengalaman, dia tidak masalah dengan itu. Kamunya gak malu, saya yang bawa kamu malu. Banyak yang di pertaruhkan di sini.

Faizal memasuki Mobil, sesaat Denis melihat ke dalam Mobil, datar.

EXT. DEPAN MESIN PENGOLAHAN - PT. NIRWANA — PAGI

Satrio berdiri bersama AGUS, 50-an. Mereka melihat TIGA BURUH, menurunkan sawit dari truk.

Satrio mengambil satu buah sawit yang jatuh di tanah, ia melihatnya. Keorenan terang dengan bagian ujungnya hitam pekat.

AGUS

Kamu tertarik usaha sawit?

Satrio tidak menjawab.

AGUS

Kamu tahu kenapa banyak orang yang tergila-gila dengan usaha ini?

Satrio tidak menjawab, ia tidak tahu.

AGUS

Karena gengsi.

Satrio mendengarkan Agus bicara.

AGUS

Di atas kertas memang menarik, tapi kenyataannya, banyak hal yang harus di pikirkan.
(jeda)
Tapi sayangnya sekarang harganya tidak terlalu bagus di banding bertahun-tahun lalu. Semakin banyak orang yang tanam, maka harganya semakin turun.

SATRIO

Apa itu mungkin?

AGUS

Mungkin terjadi, Satrio. Coba lihat Karet yang dulu mahal, sekarang, harga mereka tidak terlalu bagus.

Ada jeda di antara mereka.

AGUS

Buat orang-orang di luar sana. Sawit hanya masalah buat lingkungan, buat orang-orang sekitarnya. Apa yang mereka katakan itu tidak salah, ada buruk ada baiknya, kita tidak bisa mengelak dari itu.

SATRIO

Perkebunan sawit jadi masalah buat orang-orang sekitar. Mereka bilang Perusahaan buat mereka kehilangan pekerjaan.

AGUS

Apa yang mereka bilang Tidak salah. Tapi pekerjaan mereka di ganti dengan bekerja untuk PT. Saya rasa itu setimpal dengan apa yang mereka dapatkan.

SATRIO

Setimpal?

AGUS

PT kasih pelatihan buat Ibu-ibu yang mata pencahariannya hilang, mereka bisa bikin usaha dari bahan-bahan sekitar. Belum lagi, PT memberikan sebagian lahan perkebunan untuk di di garap mereka. Hasilnya akan di bagi dua. Setelah sekian lama, mereka akan berdiri sendiri dan tidak ketergantungan dengan PT lagi. Harus di akui banyak yang sudah di lakukan PT buat orang-orang sekitar.

SATRIO

Mereka juga mempermasalahkan sengketa Tanah. Menurut Bapak?

AGUS

Apa penting pendapat saya, Satrio?, Selagi itu bisa menghidupi saya dan keluarga, saya tidak peduli. Sama seperti kamu melakukan pekerjaan kamu di sini. Kita hanya perlu memikirkan diri kita sendiri, di sini. Apa yang kamu lihat dan dengar di sini, cukup di sini. Jangan di bawa keluar.

Mereka diam, memperhatikan Buruh yang bekerja, bersamaan dengan suara Mesin Pabrik yang bekerja.

Satrio melihat buah sawit yang berada di tangannya, memperhatikannya, datar.

EXT. POS PENJAGAAN - PT. NIRWANA — PAGI

Satrio duduk di depan Pos Satpam, memperhatikan sekitar. Ia melihat Dua Polisi Berpakaian Lengkap yang berjaga di depan Pintu Masuk Perusahaan, bersama Dua Satpam.

Mandor Yono keluar dari Bangunan Kantor dan berjalan menuju Pos Satpam. Satrio melihatnya.

MANDOR YONO

Kita ke Balai Desa, saya mau bicara dengan Kelompok Tani.

Satrio berjalan memasuki Pos Saptam dan memakai Baju dan Peralatannya.

INT. BALAI DESA — SIANG

Orang-orang duduk di kursi-kursi, semua Anggota Kelompok Tani berada di ruangan itu, termasuk Iskandar.

Di depan mereka ada Pak Kades dan Mandor Yono dan juga Arief. Satrio berada tak jauh dari mereka, berpakaian lengkap, melihat sekitar.

Sesaat Iskandar dan Satrio berkontak mata, datar.

MANDOR YONO

Saya langsung saja, PT. Nirwana Sawit Indonesia akan menghentikan kerjasama Perkebunan Inti Plasma dengan Kelompok Tani Bangun Rejo.

Terdengar suara yang saling bersahutan, seperti suara lebah dari arah Kelompok Tani. Terlihat ekspresi mereka kecewa.

MANDOR YONO

PT. Nirwana tidak ingin terlibat dalam masalah sengketa. Hal ini bisa membuat mereka terlihat buruk.

JOKO

Begitu saja, mereka lepas tangan begitu saja.

MANDOR YONO

Tidak ada yang bisa saya lakukan Hasan. Maaf, saya hanya mengikuti perintah.

Terdengar suara lebah lebih keras dari Anggota Kelompok Tani. Iskandar terlihat datar mendengarnya. Satrio melihat sekitar.

ARIEF

Itu memang bisa mereka lakukan. Kalau kita lihat dari perjanjian kontrak kerjasama. Para warga di tulis di dalam kontrak ini sebagai mitra dan kerjasama bisa di putus dari salah satu pihak tanpa adanya perundingan sebelumnya. Kita harusnya bisa melihat hal ini, dari awal kontrak ini sudah tidak seimbang.
(jeda)
Tidak banyak yang bisa saya lakukan. Mereka mengambil keputusan ini secara sepihak.

Semua Anggota Kelompok Tani diam, di antara mereka ada juga yang berbicara satu sama lain.

PAK KADES

Jadi apa yang bisa Bapak sarankan?

MANDOR YONO

Tidak ada yang bisa kita lakukan, percuma kita mencari PT yang mau kerjasama dengan kita. Masalah utamanya adalah tanah ini. Mereka akan pikir dua kali.

HASAN

Rencana apapun yang kita lakukan, tak ada yang berjalan.

ARIEF

Sudah saatnya kita memikirkan tawaran dari PT. Agro, terlepas dari tuntutan kita.

JOKO

Bapak masih mau membahas ini?

ARIEF

Itulah tujuan saya ada di sini. Suka tidak suka, posisi kita semakin terjepit sekarang.

Suasana menjadi hening, tak banyak suara yang terdengar.

ARIEF

Saya sarankan, semua Anggota Kelompok Tani Bangun Rejo memikirkan yang terbaik untuk semuanya. Semua keputusan berada di tangan kalian. Jika mereka ingin menggunakan pengadilan, sudah dari dulu mereka melakukannya, mereka hanya ingin menghormati kalian, sebagai pemilik tanah ini. Banyak masalah sengketa tanah di selesaikan secara kekeluargaan.

Semua Orang hanya diam. Iskandar juga diam, sesaat ia melihat Satrio yang melihat dirinya, datar.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar