Tanah Yang Dijanjikan
8. Bagian 8

EXT. KAWASAN PERUSAHAAN - PT. AGRO — SIANG

Mobil dengan kecepatan tinggi berhenti di Area Perusahaan.

Faizal dan Denis turun dari Mobil. Denis berjalan menuju Kantor, di susul Faizal --

FAIZAL

Jangan pernah ambil keputusan sendiri, saya sudah pernah bilang.

Denis berhenti, ia menoleh ke Faizal.

DENIS

Kalau saya tidak ambil keputusan, masalah ini tidak cepat selesai.
FAIZAl
Kamu pikir kalau masalah ini cepat selesai. Pekerjaan kita juga selesai?

DENIS

Ini sebabnya masalah sengekta tanah lama selesai. Orang-orang seperti Bapak yang tidak berani ambil keputusan.

FAIZAL

Kamu pikir ini masalah berani atau tidak? Kamu salah Denis, ini lebih dari itu.

DENIS

Tugas kita hanya memenangkan sengketa ini, Pak. Membuat mereka semua tidak ada pilihan lain, merasa tidak berdaya, membuat mereka setuju dengan apa yang kita minta.

FAIZAL

Tapi bukan berarti kamu bisa melakukan apa saja di sini.

DENIS

Karena dalam sengketa kemenangan adalah segalanya, Pak. Bapak harus tahu itu.

Faizal berjalan memasuki Kantor Perusahaan --

DENIS

Tugas kita cuma satu, Pak. Mengambil tanah ini kembali dari mereka. Kita bebas melakukan apa saja di sini.

Faizal tidak menjawab.

DENIS

Saya melakukan apa yang harusnya Bapak lakukan dari dulu. Bapak harusnya terimakasih ke saya.

FAIZAL

Pakai otak kamu dengan benar Denis. Kita datang ke sini baik-baik bukan cari masalah sama semua orang.

Faizal berjalan ke Kantor --

DENIS

Karena ini tanah yang di janjikan, Pak. Semua orang mengincar tempat ini.

Faizal masuk ke dalam Kantor. Denis melihat sekitarnya, datar.

EXT. DEPAN BALAI DESA — SIANG

Beberapa Mobil Polisi teparkir di depan Bangunan Balai Desa.

KAPOLRES, 50-an, berjalan menuju Balai Desa, di sana ada Pak Kades dan Satrio yang menunggu.

Satrio memberi Hormat yang di balas Kapolres. Pak Kades bersalaman dengan Kapolres. Mereka masuk ke dalam Balai Desa. Bayu berdiri di samping Satrio.

SATRIO

Hasilnya sudah keluar?

BAYU

Sudah.

Dua Mobil berhenti. Faizal dan Denis turun dari Mobil dan berjalan menuju Balai Desa.

Tak jauh dari sana, Iskandar turun dari Motor, berjalan menuju Balai Desa. Satrio melihatnya, datar.

INT. BALAI DESA — SIANG

Orang-orang berkumpul di Balai Desa, suasana penuh sesak.

Iskandar berdiri bersama orang-orang di sudut ruangan. Tidak jauh darinya, ada Satrio yang juga bersama dengan Bayu berdiri. Denis yang juga berada di sisi lain ruangan, ia melihat Iskandar, datar.

Di depan mereka, Pak Kades duduk bersama Kapolres dan Faizal.

KAPOLRES

Selamat siang, kita mulai perundingan ini. Berdasarkan penyelidikan yang di lakukan Tim Polres Bintan. Kami sudah meminta para saksi dan memiliki barang bukti. Kami menyimpulkan bahwa yang bersalah dalam hal ini adalah PT. Agro Sawit Kencana.

Terdengar suara yang riuh dari ruangan, terdengar tepuk trangan yang keras dan suara-suara orang yang bersahutan. Iskandar dan Denis hanya diam, tidak bereaksi.

KAPOLRES

Pada saat kejadian, ada seseorang yang memprovokasi kejadian ini. Saat ini kami masih menyelidiki kasus ini, di tambah dengan pernyataan saksi dari Anggota Kelompok Tani Bangun Rejo yang mengatakan Pekerja PT. Agro Sawit Kencana yang memblokir jalan duluan. Ketika kami konfirmasi, hal ini memang di akui oleh pihak PT. Tetapi mereka akan melakukan pemblokiran jalan ketika para warga memberikan keputusan mereka terkait masalah ganti rugi yang di tawarkan. Yang artinya ada orang yang menyuruh mereka.

KASMAN

Apa orangnya sudah di tangkap?

KAPOLRES

Sudah, saat ini kami masih mengumpulkan pernyataan dari kedua pihak.

Terdengar suara-suara sahutan dari arah warga.

KAPOLRES

Ada satu hal lagi, kami mengetahui terjadi bentrokan di Rumah Fendi kemarin. Dengan Orang-orang PT. Agro yang menjadi korban. Terdapat kerugian materil yang di alami oleh PT. Agro. Kami sudah mendapatkan keterangan dan kamu punya butki yang cukup. Maka dari itu --

Faizal mengangkat tangan, mencegah Kapolres bicara.

FAIZAL

Untuk masalah itu, biarkan saja Pak. Saya mengerti keadaan para warga. Untuk kerugian, itu bukan masalah besar.

Semua orang terdiam, Denis melihat sekitar, kemudian melihat Faizal. Sesaat mereka berkontak mata.

FAIZAL

Saya tidak akan menuntut kejadian itu ke warga. Tenang saja.

Sesaat Kapolres bicara ke Faizal, terlihat Faizal yang menggeleng-gelengkan kepala.

KAPOLRES

Karena kebaikan hati Pak Faizal, maka kasus ini akan di tutup.

Terdengar terpukan tangan dari arah warga, Denis yang melakukannya. Sendirian, ia dengan semangat melakukannya. Sambil melihat kiri dan kanannya, memancing.

WARGA PEREMPUAN

Bagaimana kasus sengketa tanah ini?

Sesaat Kapolres melihat Pak Kades dan Faizal.

KAPOLRES

Untuk masalah itu, kami tidak bisa ikut campur. Kita sudah pernah melakukan mediasi, hasilnya juga dianggap tidak memuaskan. Jadi kami hanya menjalankan tugas kami dalam kasus bentrokan ini. Tidak lebih. Untuk masalah itu bisa di tanyakan langsung kepada PT. Agro Sawit Kencana.

Kapolres melihat Faizal.

FAIZAL

Pertama, saya pribadi turut berduka atas meninggalnya anggota kelompok tani karena bentrokan ini. Kedua, PT. Agro Sawit Kencana akan mengganti kerugian dari para pihak dari masalah ini. Kami akan membayar biaya rumah sakit dan memberikan santunan kepada keluarga Almarhum Fendi.

FAIZAL

Perlu di ketahui, bahwa mesin pemrosesan itu berdiri di tanah yang di miliki oleh PT. Agro Sawit Kencana. Ditambah PT. Indomas membangun mesin itu, namun tidak selesai. Membuat Kelompok Tani Bangun Rejo menyelesaikannya. Jadi kami merasa itu menjadi hak kami untuk mengambil kembali pengoperasian mesin itu.

Terdengar suara-suara yang bersahutan dari para warga, banyak yang kecewa dengan penjelasan ini.

JOKO

Jadi kalian tidak mengganti biaya yang kami keluarkan buat selesaikan pembangunan mesin itu?

Sesaat Faizal melihat Pak Kades dan Kapolres.

FAIZAL

Kami hanya akan membayarnya dengan setengah harga dari total keseluruhan yang di keluarkan Kelompok Tani.

Terdengar suara-suara dari Para Warga, yang pasti suara-suara yang tidak senang dengan keputusan Faizal.

FAIZAL

Jika para warga setuju, kami akan membayarnya ketika para warga seutju untuk menerima penawaran kami tentang ganti rugi tanah para warga.

Suara-suara Warga masih terdengar, walaupun tidak sekeras tadi.

FAIZAL

Untuk masalah sengketa tanah, kedudukan PT. Agro Sawit Kencana sudah jelas, kami tidak menolak semua tuntutan warga dan kami hanya akan membayar tanah yang di serahkan warga dengan setengah dari harga yang di minta, itu pertama.

Beberapa Warga berdiri, menunjuk-nunjuk Faizal. Sedangkan Faizal dengan tenang, tidak menunjukkan apa-apa. Beberapa Polisi mendekati para Warga dan menenangkan mereka.

FAIZAL

Kedua, kami akan tetap mengajak para warga untuk bekerja di PT selama mungkin, tapi dengan sistem buruh harian. Bagi para warga yang menyerahkan tanahnya dan yang sudah mendapatkan pelatihan dari PT. Nirwana, kami akan tetap memberikan pelatihan, dan bukan tidak mungkin, Para Warga ini akan menjadi Pekerja Tetap PT. Agro.

WARGA LAKI-LAKI

Butuh berapa lama sampai kami jadi pekerja tetap.

Para Warga berseru, mendukung apa yang di katakan Warga Laki-laki itu. Sedangkan Faizal, ia hanya diam, tetap tenang.

FAIZAL

Hanya itu yang bisa kami tawarkan kepada Bapak dan Ibu sekalian, Tidak lebih. Kalau tidak, kami akan segera memproses kasus ini di pengadilan. Bapak Ibu tahu kasus ini sudah ada di pengadilan.

Suara warga yang berseru semakin keras, banyak para warga yang berdiri dan mengatakan sesuatu kepada Faizal, mereka emosi, menunjuk-nunjuk Faizal.

FAIZAL

Kami tetap menunggu keputusan Bapak dan Ibu hingga lusa. Kami harap Bapak dan Ibu bisa memikirkan tawaran kami sebaik-baiknya.

Suara-suara warga saling bersahutan terdengar, membuat suasana di ruangan itu menjadi riuh. Para Polisi berusaha melindungi Faizal yang berjalan keluar ruangan itu.

Denis juga berjalan di belakang Faizal, melindungi dirinya di balik penjagaan Polisi.

Kapolres dan Pak Kades hanya melihat dari tempatnya. Sementara Iskandar hanya diam, tidak melakukan apa-apa. Begitu juga Satrio, hanya melihatnya, datar.

INT. RUANG TENGAH - RUMAH ZULFIKAR — SUBUH

Iskandar berjalan dari arah kamar mandi menuju kamarnya, ketika ia berjalan, terdengar suara Lela yang memanggil namanya, namun pelan.

Menyadarinya, Iskandar berjalan ke arah kamar Lela dan masuk ke dalam, sesaat dia di dalam --

Ia keluar kamar dan berjalan cepat ke arah luar rumah, terdengar suara motor yang di hidupkan dan suara kendaraan yang berjalan.

CUT TO:

INT. KAMAR LELA - RUMAH ZULFIKAR — SUBUH

Tangan yang memegang tangan yang lainnya.

Lela yang sedang berusaha mengeluarkan bayi di dalam perutnya, ia berkeringat, perut dan kakinya di tutup kain.

Iskandar melihat proses persalinan, ia duduk di sebelah Lela, memegang tangannya.

BIDAN, 30-an, berusaha menenangkan Lela, sekaligus memberikan arahan kepadanya untuk memperlancar proses persalinan.

Suara desahan dan tarikan nafas Lela terdengar. Bersamaan dengan Suara Tangisan Bayi yang menggema dikamar itu.

Satu kehidupan baru di mulai.

CUT TO:

Lela memegang BAYI nya yang baru lahir itu pangkuannya, Bayi itu terbungkus kain, sedang tertidur pulas, sembari mengenal Ibunya.

Lela melihat Bayi itu dengan tenang, seperti melihat sebuah harapan dalam hidupnya. Semua masalah dalam hidupnya menghilang saat ini, ia punya tujuan untuk hidup.

Dari luar kamar, Iskandar berdiri di depan pintu melihat mereka.

Lela yang menyadarinya, melihat kearah Iskandar. Mereka saling lihat, seperti tahu apa yang akan mereka katakan.

Iskandar berjalan mendekati mereka. Berdiri di samping Lela, melihat Bayi itu.

ISKANDAR

Apa Zul tahu Anaknya laki-laki?

Lela melihat Bayinya.

LELA

Abang tahu Anaknya Laki-laki.

ISKANDAR

Punya nama buat Anak kalian?

LELA

Ismail... itu nama dari Abang Zul buat Anaknya.

Lela melihat Iskandar, seperti meminta persetujuan.

Iskndar melihat Lela, tidak bicara, kemudian mereka melihat Bayi itu, ISMAIL.

EXT. KAWASAN PERUSAHAAN - PT. NIRWANA — PAGI

Dua Mobil Pikap terparkir di depan pintu masuk perusahaan. Dengan terpal yang menutupi bagian Bak Mobil. Satu Mobil Ambulance terparkir Tidak jauh dari Mobil-mobil itu.

Para Polisi berbari rapi di sekitar pintu masuk kantor perusahaan dengan pakaian lengkap, mereka berbaris rapi membentuk pertahanan. Di belakang mereka, terdapat Beberapa Orang dengan Badan Besar, membentuk barisan. Orang-orang Keamanan dari PT. Agro.

Di pintu masuk Kantor Perusahaan, Faizal berdiri, ia berbicara dengan Polisi, sambil melihat ke arah pintu masuk perusahaan. Beberapa pekerja kantor juga berada di balik pintu masuk melihat sekitar, sesaat, Faizal berbicara kepada Pekerja dan mereka semua berjalan keluar sambil membawa tas mereka.

CUT TO:

Motor-motor teparkir di pinggir jalan. Seorang Pengendara Motor memakirkan motornya di tempat yang sama, ia turun dan meninggalkan motornya itu.

Dari Tempat Parkir itu, terlihat kerumunan, seperti orang-orang yang berkumpul, suara-suara terdengar dari sana.

Para Warga Desa berdemo di depan Kantor PT. Agro Sawit Kencana, mereka menolak tidak di penuhinya tuntutan mereka dan harga ganti rugi yang tidak sesuai.

Mereka bergandengan tangan, membentuk sebuah pagar hidup, di depan mereka, ada Hasan, ia yang memimpin demo ini, dengan menggunakan Loudspeaker, menyampaikan pendapat mereka.

HASAN

Kita datang ke sini, untuk bicara dengan wakil dari PT. Agro. Kami tidak akan melakukan hal-hal yang merusak hubungan kita, kami hanya ingin bicara dengan perwakilan PT. Agro. Kami ingin bertanya, kenapa tuntutan kami tidak di penuhi sama sekali...

Para Warga kompak setuju dengan Hasan, mereka tidak pindah dari tempat mereka, masih tetap, sesekali mereka memanggil nama Faizal.

Di antara kerumunan warga yang sedang melakukan demo, Iskandar berada di sana, ia berada di baris kedua, di belakang pagar hidup warga. Ia melihat kearah Para Polisi dan Para Pegawai. Ikut menyerukan apa yang di katakan Hasan dan kawan-kawannya.

HASAN

Apakah kita sebagai penduduk asli di sini, tidak bisa memiliki tanah kita sendiri?
(suara dukungan warga)
Apakah kita sebagai penduduk asli di sini, tidak bisa berdiri di kaki sendiri?
(suara dukungan warga)
Apakah kita sebagai penduduk asli di sini, harus hidup sebagai pesuruh orang lain?

Suara dukungan warga semakin besar, mereka menyuarakan pendapat mereka.

Di pintu kantornya, Faizal berdiri, Tidak jauh darinya, ada Denis. Bersamaan dengan para pekerja lapangan di kantor itu. Denis melihat ke arah Pendemo, ia melihat Iskandar yang sedang berseru bersama pendemo lainnya.

HASAN

Harusnya kami yang mengolah dan mendapatkan hasil dari tanah kami sendiri. Kenapa kami sebagai penduduk yang lahir dan besar di tanah ini, harus hidup dengan bergantung orang lain.

Suara dukungan warga saling bersahutan. Para Penjaga masih melihat para warga yang berdemo, tidak bergerak.

HASAN

Harusnya kalian yang mengikuti aturan di sini, bukan kami. Dengan ini kami menuntut untuk PT. Agro memenuhi semua tuntutan kami.

Suara seruan warga terdengar, termasuk Iskandar yang ikut berseru dengan kencang apa yang di katakan Hasan.

HASAN

Kami ingin bertemu dengan Perwakilan PT. Agro. Kami ingin bicara dengan dia, jelaskan kepada kami, alasan menolak semua tuntutan kami. Faizal, Faizal Faizal...

Semua warga menyebut nama Faizal, memanggil untuk segera keluar.

Dari dalam kantor, beberapa orang lainnya melihat Faizal, sedangkan orang yang di panggil, tidak melakukan apa-apa, hanya diam.

Faizal berjalan keluar kantor, ia di sambut dengan suara seruan dari para pendemo, yang pasti bukan dalam artian positif.

HASAN

Ini dia saudara-saudara, orang yang membuat kita hidup sengsara.

Terdengar suara seruan. Faizal melihat sekitar, tetap tenang. Dengan perlahan ia berjalan menuju Kerumunan Massa.

Ketika ia berjalan kearah pendemo dan melewati barisan Polisi yang berjaga --

Dari arah belakang barisan Polisi dan Faizal, sebuah batu melayang menuju arah Polisi dan Fizal dan mengenai Faizal, tepat di wajahya. Dengan cepat ia jatuh, terkapar. Di susul dengan batu-batu yang lainnnya.

Dengan cepat, dari arah warga, sebuah Botol dengan Api yang menyala di ujungnya, melayang di atas para pendemo dan Polisi. Kemudian Botol itu pecah mengenai Papan Pelindung Polisi dan menyebabkan Api itu menjadi besar, itu BOM MOLOTOV.

Para Polisi yang berjaga segera merangsek ke depan, melindungi Faizal --

Para Warga yang pun segera mendorong ke depan --

-- INI BENTROKAN --

Keadaan kacau, bersamaan dengan Batu-batu yang melayang dan Bom Molotov yang juga berterbangan, menyebabkan beberapa polisi menjadi korban. Kobaran Api juga semakin besar, mengenai bangunan kantor.

Polisi mendorong para warga menjauh, tetapi para warga dengan menggunakan pagar hidup, menahan dorongan dari barisan Polisi, mereka saling mendorong.

HASAN

TAHAN SEMUANYA, TAHAN, KITA JANGAN TERPANCING! JANGAN DI LAWAN! JANGAN DI LAWAN! JANGAN LEMPAR MOLOTOV KE MEREKA! JANGAN DI LAWAAAAAAN!!!

Iskandar yang terjepit, menahan warga yang ada di depannya dengan menggunakan badannya, ia menahannya Ia tidak bisa kemana-mana, semua orang di sekitarnya terjepit.

ISKANDAR

JANGAN DI LAWAN... AAAAAHHHHH... JANGAN DI LAWAAAAAAAAAN!!!

Tetapi dari arah belakang, dorongan semakin kuat, sesaat Iskandar mencoba melihat kearah belakang, tapi tidak bisa. Ia berusaha menahan dorongan dengan badannya.

ISKANDAR

JANGAN DI LAWAAAAAAN, JANGAN DI LAWAAAAAAAN!!!

Ia seperti sesak nafas, namun dorongan semakin kuat, ia tidak bisa menahannya lagi, begitu juga dengan orang yang ada di depannya dan juga barisan Polisi, perlahan-lahan, mereka mundur, mundur dan mereka jatuh, barisan penahan jatuh berguguran.

Hal yang sama juga terjadi dengan Iskandar, dorongan dari belakang yang kuat membuat ia tersungkur ke depan, beberapa orang di atasnya, berlarian ke depan.

Iskandar melindungi dirinya, beberapa kali ia di injak para warga. Iskandar meringkuk, tidak bergerak.

Para Warga membawa kayu dan melempar batu ke arah Polisi dan Kantor, terdengar suara pecahan kaca dan jeritan orang-orang, makin banyak batu-batu dan Bom Molotov yang berterbangan, menyebabkan Api di mana-mana.

Polisi-polisi berusaha melawan Para Warga, begitu sebaliknya. Dengan menggunakan kayu, mereka memukul-mukul Polisi dan menendang Papan Pelindung. Tidak jauh dari mereka, beberapa Polisi berusaha memadamkan kobaran api yang mengenai Anggota mereka dengan alat seadanya.

Iskandar hanya meringkuk, berusaha melindungi diri. Terdengar teriakan-teriakan orang-orang minta tolong. Orang-orang menginjak-injak Iskandar, berlarian.

CUT TO:

Terlihat bangunan Kantor PT. Agro yang rusak, kaca-kaca jendela yang pecah, pecahannya berserakan di mana-mana. Pintu kantor juga rusak, terlepas dari badan bangunan.

Kaca-kaca Mobil-mobil juga pecah, beberapa bagiannya juga penyok dan hancur. Terlihat bekas-bekas terbakar di lokasi kejadian. Halaman kantor berserakan dengan batu-batu dan juga kertas-kertas bertuliskan kekecewaan warga terhadap perusahaan.

Motor-motor warga rusak, beberapa di antaranya terbakar, hanya tersisa rangka motornya saja, asap muncul dari motor-motor yang terbakar itu.

Mobil-mobil pemadam kebakaran terparkir di sekitar kantor PT. Agro. Para Pemadam Kebakaran memeriksa kendaraan dan bangunan, melihat apakah masih ada api yang berkobar.

Beberapa orang di telungkup di tanah, bertelanjang dada, dengan tangan di letakan di Kepala mereka. Beberapa Polisi berbicara dengan mereka dengan nada keras, membentak.

Mobil-mobil polisi juga teparkir bersamaan dengan Mobil Anti Huru Hara yang teparkir Tidak jauh dari mobil-mobil itu.

Satrio melihat keadaan sekitar, datar. Ia melihat Polisi yang membawa Beberapa Orang bertelanjang dada itu ke dalam Mobil Polisi.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar