Ruangkala
11. Labu Ajaib #2
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

EXT. HALAMAN RUMAH PUTIH - SENJA

MERAH

IBU!!

Merah berlari menuju arah rumahnya yang tengah terbakar. Putih dan Anom terdiam melihat pemandangan tersebut.

MERAH

IBU!? DI MANA IBU!?

WARGA 1

Ibumu masih di dalam. Saat kami sampai di sini apinya sudah terlalu besar.

Tanpa pikir panjang Merah berlari ke arah rumah, hendak menerobos masuk. Para warga menahan Merah.

WARGA 2

Jangan gegabah, Merah! Nanti kamu malah celaka.

MERAH

Tapi Ibu saya di dalam! Saya harus menyelamatkan Ibu saya!!

WARGA 3

Sabar, Merah. Kita sedang berusaha untuk memadamkan apinya terlebih dahulu.

MERAH

Ibu saya keburu kepanggang di dalem!!

Anom tak berkutik melihat kebakaran rumah di hadapannya. Kepalanya masih berdengung tanpa henti.

ANOM (V.O)

Kenapa ceritanya berubah? Apa aku melewatkan sesuatu?

Anom membaca halaman kitab dengan seksama.

INSERT Halaman kitab:

Konflik:

Ibu yang marah menyuruh Bawang Putih mencari kain tersebut dan tidak diizinkan kembali sebelum Putih menemukannya.

Putih yang ditemani Merah mencari sepanjang sungai hingga ia bertemu dengan seorang nenek tua di dalam hutan.

Sang nenek mengaku memiliki kain yang dicari Putih. Namun untuk mendapatkannya, nenek meminta Putih dan Merah untuk membantu pekerjaannya.

Usai memenuhi syarat yang diberikan Nenek, Putih mendapatkan kainnya beserta sebuah labu kecil.

Saat kembali ke rumah, Putih dan Merah terkejut melihat rumahnya yang terbakar.

__________

seisi rumah terkejut melihat isi dari labu kecil tersebut adalah perhiasan emas.

Penyelesaian:

Merasa ingin mendapatkan lebih, Ibu dan Merah pergi menemui nenek dan melakukan apa yang dilakukan Putih.

Ibu dan Merah berhasil membawa pulang labu dengan ukuran yang lebih besar.

Saat dibuka, ternyata labu tersebut berisi kumpulan hewan berbisa.

Ibu dan Merah diserbu oleh hewan berbisa hingga mati mengenaskan.

BACK TO SCENE

ANOM (V.O.)

Aku baru sadar. Ada beberapa bagian yang ditambahkan terkait kehadiran Merah. Sejauh ini hal itu nggak terlalu berpengaruh terhadap alur utama. Tapi kali ini, semua rangkaian kejadian setelah ini dicoret, seolah seperti sedang direvisi.
Pasti ada hal yang memicu kejadian ini. Tapi apa?


(berpikir)
Jangan-jangan...

Dari posisi yang agak jauh, Putih memandangi rumahnya dengan wajah ragu sembari mengelus mata kalung yang dikenakannya.

WARGA 1

Cepat bawa airnya kemari! Keburu apinya semakin besar!!

WARGA 2

(membawa ember berisi air)
Sabaar!! Berat ni lho!

Putih menghentikan warga yang membawa air.

PUTIH

Maaf pak, saya minta airnya sedikit ya.
(mengambil air dengan tangan)

WARGA 2

Eh? Y-ya...

ANOM (V.O.)

Si putih.... mau ngapain dia?

Putih menyiramkan air ke udara, tepat di atas kepala. Dalam posisi menengadah, Putih menggenggam tangannya seperti orang sedang berdoa. Perlahan Putih menurunkan tangannya hingga ke dada kemudian memejamkan mata sambil komat-kamit. Mata kalungnya mulai berpendar, diikuti dengan menguapnya air yang berada di sekitar lokasi kejadian.

ANOM (V.O.)

Perasaan doang atau memang tiba-tiba udaranya jadi lembab ya? Kayak bau tanah mau hujan...
(melihat ke atas)
Eh??

Uap air tersebut berkumpul di atas rumah Putih dan membentuk awan. Dari awan tersebut, hujan pun turun membasahi daerah sekitar rumah Putih. Anom memandangi fenomena itu dengan wajah heran.

ANOM (V.O.)

Ini kah sihir air yang dibilang Putih? Sampai bisa memanipulaasi hujan... Gokil juga.

WARGA 1

Hujan... Hujan turun!

WARGA 2

Berkat Gusti!! Ayo bergegas padamkan!

Api yang melahap rumah mulai padam. Eriati berhasil dikeluarkan dari rumah.

ANOM (V.O.)

Dengungan di kepalaku sudah berhenti...

Anom membuka kembali Kitab Pranatama.

INSERT Halaman Kitab:

Saat kembali ke rumah, Putih dan Merah terkejut melihat rumahnya yang terbakar. Tiba-tiba hujan turun. Api di rumah Putih pun akhirnya padam dan nyawa Ibu berhasil selamat.

Setelah situasi kondusif, Putih hendak mengolah labu pemberian Nenek. Seisi rumah terkejut saat melihat isi dari labu kecil tersebut adalah perhiasan emas.

Penyelesaian:

Merasa ingin mendapatkan lebih, Ibu dan Merah pergi menemui nenek dan melakukan apa yang dilakukan Putih.

........

BACK TO SCENE

ANOM (V.O.)

Tulisan dalam kitab kembali normal. Sepertinya memang coretan tersebut muncul karena nasib Lakon si Ibu tiri dalam bahaya. Asumsiku, jika nasib salah satu Lakon berubah, kitab ini akan merevisi dirinya sendiri, sesuai dengan kejadian yang kulihat.
Yang aku masih belum ketemu jawabannya, hal apa yang memicu terjadinya kebakaran?
(tersenyum)
Di luar dugaan, memecahkan cara kerja kitab ini ternyata lebih menyenangkan dari yang kukira.

MERAH

(menampar-nampar Eriati)
IBU!! BANGUN BU!!

Eriati membuka mata.

ERIATI

Ohh... kau dah pulang?

MERAH

Ibu gimana? Bisa duduk? Ini minum dulu, Bu.

Eriati mencoba duduk dibantu Merah dan Putih, kemudian meminum teh anget yang disediakan.

PUTIH

Sudah enakan, Bu?

ERIATI

Kainnya udah ketemu?

MERAH

IBU INI GIMANA SIH?! NYAWA IBU HAMPIR SAJA MELAYANG, BISA-BISANYA MASIH MIKIRIN KAIN?!

ERIATI

Kau ngomong apa sih?!

MERAH

IBU HABIS MASAK KAN?

ERIATI

Masak? Apa sih kau...

Eriati mengingat hal yang ia lakukan selama Merah dan Putih pergi.


CUT TO:

INT. RUMAH PUTIH - SIANG (FLASHBACK)

Eriati sibuk di dapur untuk membuat makanan karena ia kelaparan. Tapi semua makanan yang ia olah gagal. Merasa frustasi, ia membanting barang, menyebabkan tungku yang masih menyala terjatuh.

Api pun menyebar. Dalam kepanikan, Eriati berusaha mengambil air menggunakan ember, tapi malah terpeleset dan jatuh. Kepalanya terbentur lantai membuat Eriati pingsan seketika dan terjadilah kebakaran.


CUT TO:


EXT. HALAMAN RUMAH PUTIH - SENJA

ERIATI

(pandangan di lempar ke atas)
Eng... enggak kok. Mana mungkin aku mau berkotor-kotor di dapur.

MERAH

Nggak usah bohong! Sejak dulu Ibu selalu meninggalkan masalah tiap kali mencoba memasak!

ERIATI

Ooohh, kau menuduh Ibu?! Udah mulai berani kau ya? Mau jadi anak durhaka kau?!

MERAH

LAH EMANG IBU YANG SALAH!! NGGAK USAH BAWA-BAWA DURHAKA!!

ERIATI

(wajah sok sedih)
Ya ampun galak banget... anaknya siapa sih?

MERAH

YA ANAK KAU!!!!

PUTIH

Sudah, sudah. Yang penting Ibu selamat.

ERIATI

Gara-gara kalian perut sekarang jadi beneran lapar. Putih, buatkan aku makanan!

MERAH

Sianj@#$*()))#@GR#
DAPURNYA AJA UDAH ILANG GIMANA CARANYA BISA MASAK?? MIKIR DIKIT BU!!!

ERIATI

Eh... ya pokoknya gimana caranya lah bikin makanan.

PUTIH

Baik, Bu. Kebetulan ini ada labu pemberian Nenek Jayanti. Saya olah dulu.

ERIATI

Jangan lama-lama!

MERAH

Biar kubantu.

ERIATI

HEH?! Mau ngapain kamu? Kamu harusnya bantuin Ibu!

MERAH

(melengos)
Urus dirimu sendiri.

ERIATI

WULAN!! HEY, WULAN!!!

Putih masuk rumah, disusul Merah.

WARGA

Biar saya yang bantu Bu.

ERIATI

Nggak usah! Kalian mendingan pada pulang!! Ngapain malah pada ngumpul di rumah orang. Nggak punya kerjaan apa?

WARGA 1

Yeee orang dibantuin bukannya bilang "terima kasih" malah ngusir.
Dah, dah, kita bubar aja!

WARGA 2

Tahu gitu biarin aja kebakar sampai mateng.

Semua warga pergi kecuali Anom. Wajah Eriati yang awalnya jutek kemudian berubah manis.

ERIATI

Ehehe... Maaf, Abang ganteng ini siapa ya?

ANOM

(menatap sinis)
Sampah.

ERIATI

(bingung)
Eh?

PUTIH DAN MERAH

HAAAHH??!

Terdengar teriakan kaget dari dalam rumah.

ANOM (V.O)

Ini dia...

ERIATI

Ngapain sih teriak-teriak?!

Eriati berjalan menuju rumah diikuti Anom.


CUT TO:


INT. RUMAH PUTIH - SENJA

ERIATI

Kalian ngapain sih?

Putih dan Merah tertegun menatap buah labu yang baru saja mereka belah. Labu tersebut berisi berbagai perhiasan emas.

ANOM (V.O)

Sudah dimulai.

Mata Eriati melotot dan langsung menyambar perhiasan tersebut.

ERIATI

YA GUSTI!! Ini.... Ini..... Dapat dari mana?

PUTIH

Labu ini hadiah dari Nenek penghuni Hutan Keramat-

ERIATI

(mencengkeram bahu Putih sambil melotot)
Bagaimana caranya!? Apa yang kamu lakukan untuk mendapatkan ini!?

PUTIH

Aw, sakit-

ERIATI

Ceritakan padaku! Semuanya!!

Putih dan Merah menceritakan kejadian di Hutan Keramat.

ERIATI

DASAR BODOH!! TOLOL!! KENAPA NGGAK AMBIL YANG BESAR?!

PUTIH

Maaf-

MERAH

Nggak perlu minta maaf, Putih.

ERIATI

Kau ini kenapa sih? Sejak kau pulang dari hutan itu kenapa sikapmu jadi baik ke Putih?

MERAH

Dengar ya Bu. Aku tahu apa yang ada di kepala Ibu. Ibu hendak menyuruh kami untuk kembali ke sana dan mengambil labu besar itu kan?

ERIATI

S-sok tahu kau!

MERAH

Asal Ibu tahu. Hutan itu bukan tempat untuk bermain-main. Kami hampir mati untuk keluar dari hutan itu. AKU TIDAK SUDI DAN TIDAK AKAN MEMBIARKAN SIAPAPUN KEMBALI KE SANA!!

ERIATI

S-siapa yang mau menyuruhmu kembali ke sana?! Aku akan ke sana sendiri!

MERAH

Ibu ini tuli atau apa sih?!

PUTIH

Jangan, Bu. Tempat itu terlalu berbahaya untuk dimasuki sendirian.

ANOM

Biar kutemani.

Merah dan Putih terkejut dengan pernyataan Anom.

ERIATI

Ahh, akhirnya ada anak muda yang peka. Namanya anak muda memang harus berbakti dan melindungi yang tua-

ANOM

Melindungi? Jangan salah sangka nenek sihir.

ERIATI

(melotot)
N-nenek sihir?

ANOM

Aku menemanimu masuk ke hutan hanya untuk melihat akhir dari manusia sampah sepertimu.
Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar