Ruangkala
3. Sang Terpilih #3
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

EXT.MEDAN PERANG - SIANG (FLASHBACK)

Langit merah. Seorang pria berjubah merah dalam kondisi penuh luka melayang di udara, menghadap ke bawah dengan kaki dan tangannya terikat rantai ke empat penjuru mata angin.

JUBAH MERAH

Kau pikir dengan cara ini, kau bisa menghentikan kami?

Seorang pria berjubah putih berdiri di bawahnya. Tangan kanannya memegang sebuah tongkat sementara tangan kirinya menggenggam sebuah buku.

JUBAH MERAH

Berapa kalipun kau mencoba menghentikan kami, aku akan kembali!

Cahaya menyilaukan datang dari arah pria berjubah putih.

JUBAH MERAH

Camkan kata-kataku, _____. PERANG INI BELUM BERAKHIR...

Seluruh daratan diliputi oleh cahaya yang sangat menyilaukan.


CUT TO:


INT. RUANGKALA (BACK TO PRESENT)

ANOM membuka mata. Di hadapannya ada Taya menyambut dengan senyuman.

TAYA

Akhirnya bangun juga...

ANOM terkejut dan langsung melompat dari posisi tidurnya.

ANOM

W...wa..waa...K..kamu siapa? Ngapain di kamarku...

TAYA

(tersenyum)

ANOM

Eh??

ANOM melihat sekitar, ia baru sadar bahwa ia berada di sebuah tempat yang sangat luas berwarna putih.

ANOM (V.O.)

Ini... bukan kamarku?!

ANOM melihat sekitar. Ia baru menyadari bahwa dirinya berada di sebuah bangunan seperti altar yang sangat besar, dikelilingi dengan empat pilar raksasa yang membentuk seperti kubah. Di pusat bangunan tersebut ada buku yang terbuka, identik dengan buku yang ditemukan Anom.

ANOM (V.O.)

Loh? Buku ini kan...

TAYA

Namanya Kitab Plawangan. Ia adalah gerbang yang menghubungkan antara tempat ini dengan dunia asal Anda.

Di atas bangunan terlihat burung hantu terbang berputar, kemudian hinggap di salah satu lingkaran penyangga bangunan.

ANOM

I-ini di mana?

TAYA

Sebelum saya jelaskan, ada baiknya saya memperkenalkan diri.

Taya membungkuk hormat.

TAYA

Nama saya Taya. Selamat datang di RUANGKALA, Sang Terpilih.

ANOM mencoba tetap tenang dan menganalisa sekelilingnya.

ANOM (V.O.)

Apa ini mimpi?

Anom mencoba menampar pipinya.

TAYA

Jika Anda hendak menyakiti diri Anda karena berpikir ini adalah mimpi, saya tegaskan bahwa ini bukan mimpi.

ANOM (V.O.)

..... Kayaknya perempuan ini berkata jujur. Kalau gitu.... Variety Show kah? Atau... Virtual Reality?
(diam sejenak)
Apa pun itu....

ANOM

Aku nggak ada waktu buat semua ini. Di mana pintu keluarnya?

TAYA

Satu-satunya jalan keluar dari sini adalah dengan memenuhi tugas Anda sebagai Sang Ter-.

ANOM

Bukan urusanku. Ada hal lebih penting lain yang harus kuselesai-

TAYA

Jika hal yang Anda maksud adalah menghancurkan karir ayah Anda, tenang saja. Selama kedua Kitab Plawangan terbuka, aliran waktu di Martyapada akan terhenti. Saat Anda kembali nanti, Anda tidak akan kehilangan waktu sedetik pun.

Anom terkejut mendengar pernyataan Taya.

ANOM (V.O.)

Perempuan ini....!!

ANOM

(waspada)
...... Dari mana kamu dapat informasi itu?

TAYA

Anom Satriya, 18 tahun, lahir 10 November 2011. Mahasiswa tingkat akhir jurusan Kecerdasan Buatan. Anti sosial. Tidak percaya mistis dan tahayul. Tinggal berdua bersama Sang Ayah, Adri Satriya. Sang Ibu bernama Melati, pergi tanpa berpamitan saat Anda berusia 13 tahun dan tidak ada kabar hingga sekarang.

Anom semakin terkejut karena Taya mengetahui fakta kehidupannya yang tidak diketahui oleh orang lain.

ANOM

Siapa kau sebenarnya baji-

TAYA

Melati masih hidup.

ANOM

(terkejut)
K-kau pikir aku percaya?

TAYA

Untuk apa Anda berpikir saya berbohong?

ANOM

(bingung)
.......

ANOM (V.O.)

Satu-satunya orang yang tahu tentang hidupku cuma Nusa. Tapi Nusa bukan tipe orang yang akan cerita orang lain. Terus gimana bisa perempuan ini tahu begitu banyak?

TAYA

Mari buat kesepakatan. Setelah semua ini selesai, saya akan memberi tahu Anda di mana Melati berada. Bukankah Anda sudah mulai putus asa setelah mencari selama 5 tahun ini?

ANOM (V.O.)

(goyah)
Bangsat! Dia bahkan tahu keberadaan Ibu?! Tunggu... apa jangan-jangan dia kenal Ibu? Kalau kondisinya begitu, sangat memungkinkan dia mendapatkan semua informasi tentangku dari Ibu. Tapi.... 

TAYA

(mengulurkan tangan kanan)
Bagaimana? Saya rasa ini kesepakatan yang cukup bagus. Lagipula Anda tidak memiliki banyak pilihan.

ANOM (V.O.)

(berpikir)
..... Dia benar. Terlepas dari kebenaran informasinya tentang Ibu, kalau aku menolak, aku hanya akan luntang-lantung di tempat antah berantah ini. Kalau aku terima, ada kesempatan untukku menemukan jalan keluar. Dan kalau aku menyelesaikan tugas yang dia maksud, aku bisa mendapat petunjuk tentang keberadaan Ibu. Pun itu cuma bualan, aku tidak merasa dirugikan.
(menatap tajam ke Taya)
Aku paling benci tipe orang seperti ini. Dia tahu betul gimana cara memanfaatkan orang lain. Aku harus waspada! 

ANOM

(menjabat tangan Taya)
Apa maumu?

TAYA

(tersenyum)
Mungkin bagimu ini akan terdengar sangat tidak masuk akal, tapi cobalah untuk menyimak apa yang akan saya sampaikan.

ANOM

......

TAYA

Saat ini Anda berada di Ruangkala, dimensi pembatas antara Martyapada, dunia tempat Anda berasal, dan Purana... atau sebut saja dunia dongeng. Untuk menjaga agar kedua dunia tidak bertabrakan, Ruangkala membutuhkan energi besar yang harus dipulihkan setiap 80 tahun. Untuk melakukannya, seorang manusia terpilih dari Martyapada harus memasuki Purana dan mengumpulkan tujuh Batu Kori yang akan menjadi sumber energi bagi Ruangkala. Itulah tugas Anda sebagai "Sang Terpilih". Apa penjelasan saya bisa dimengerti?

ANOM

To the point aja deh. Aku harus ngapain?

Taya mengarahkan Anom untuk mendekati Kitab Plawangan.

TAYA

Sentuhlah kitab ini.

Anom menyentuh Kitab Plawangan. Bangunan Ruangkala berpendar, ruangan berubah menjadi gelap, lalu muncul banyak cahaya kecil di langit seperti kumpulan bintang.

ANOM (V.O.)

Ini.... indah banget...

TAYA

Cahaya yang Anda lihat itu adalah Upakyana. Berbeda dengan Martyapada yang merupakan satu dunia utuh, Purana terbentuk dari fragmen ingatan. Masing-masing menceritakan kisah seseorang dari masa lalu yang mungkin lebih Anda kenal sebagai legenda.

ANOM

Next.

TAYA

Untuk masuk ke Purana, Anda cukup mengatakan "Buka" kemudian sebut nama legenda yang Anda ketahui.

ANOM

Kamu yang atur. Harusnya kamu tahu aku nggak tahu yang begituan.

TAYA

Baiklah.

Taya menaruh tangannya tepat di atas tangan Anom. Wajah Anom agak salting.

TAYA

Anda siap?

ANOM

(menatap tajam)
....

TAYA

Buka..., Banarawa.

Seluruh bangunan Ruangkala memancarkan sinar. Badan Anom berubah menjadi butir pasir dan menyatu dengan cahaya.

ANOM (V.O.)

Eh, eh!? Kenapa lagi nih?

TAYA

Camkan baik-baik. Nasib kedua dunia ada di tanganmu, Anom.

ANOM

WAAAAAAAAAAA------

Ruangkala memancarkan cahaya melalui ujung kubahnya menuju salah satu Upakyana di langit.


CUT TO:


EXT. HALAMAN RUMAH PUTIH - PAGI

Seorang perempuan berselendang putih sedang membersihkan halaman rumah dari daun kering yang berserakan. Perempuan lain terdengar berteriak dari dalam rumah.

IBU

PUTIIIHH!!! KENAPA MEJA MAKAN MASIH KOSONG!!?

PUTIH

Maaf Bu, ini Putih masih mbersihin halaman. Katanya tadi Merah yang mau masak-

IBU

Halah alasan!! Cepat masak sekarang!!

PUTIH

B-baik Bu.

Di teras, seorang perempuan berselendang merah berdiri tersenyum menatap PUTIH.

MERAH

Maaf ya, aku bilang aku akan membantumu memasak, tapi tiba-tiba niatku hilang, hehe.

PUTIH

Tidak apa-apa, memang sejak awal itu tugasku.

Wajah MERAH berubah kecewa, kemudian pergi.

Dari arah hutan, tiba-tiba muncul cahaya yang memancar ke langit. Perhatian PUTIH dan MERAH tertuju pada cahaya itu.


CUT TO:


EXT. HUTAN BAGIAN DALAM - PAGI

Seseorang bermata putih memperhatikan cahaya tersebut.

MATA PUTIH

Akhirnya, Sang Terpilih telah datang.
Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar