Ruangkala
5. Para Lakon
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

EXT. PASAR - PAGI

Perhatian orang-orang terpusat pada Anom yang berhasil menumbangkan Pria Besar. Sementara Anom masih berdiri termenung sambil mengelap hidungnya yang berdarah.

ANOM (V.O)

Apa akhirnya... aku bisa menjadi diriku sendiri?

PRIA KECIL

Wah, abang hebat sekali! Terima kasih sudah menolong saya.

PUTIH

Abang nggak apa-apa?

Anom melihat Taya dan dibalas dengan sebuah senyuman.

ANOM

(kesal)
Beraninya kau mendorongku...

Tanpa menghiraukan sekelilingnya, Anom bergegas menghampiri Taya dengan wajah kesal.

ANOM

Cepat jelaskan...

Tiba-tiba Taya menampar keras wajah Anom dengan kedua tangannya. Telinga Anom berdengung. Keluar darah dari hidungnya. Seketika Anom ambruk, wajahnya seperti orang linglung.

TAYA

Ah! Anom!! Kamu nggak apa-apa?! Anom!?

Taya mendekatkan wajahnya ke Anom sambil berbisik.

TAYA

(bisik-bisik)
Kita manfaatkan momen ini. Tetap seperti itu dan ikuti saya.

TAYA

(berteriak)
Tolong! Ada yang terluka!

PUTIH

Mari kita bawa ke rumah saya saja Kak. Kebetulan saya memiliki beberapa obat-obatan yang bisa membantu.

TAYA

Ah, tapi kami tidak punya uang.

PUTIH

Tidak perlu. Lagipula abang ini juga sudah membantu saya. Anggap saja sebagai tanda terima kasih.

TAYA

Syukurlah. Terima kasih banyak... Kak...

PUTIH

Panggil saja saya Putih.

TAYA

Ah, saya Taya. Terima kasih Putih.

ANOM (V.O.)

Parah! Perempuan ini nggak cuma bisa memanfaatkan informasi, tapi juga memanipulasi situasi.

Taya menggandeng Anom yang masih linglung untuk mengikuti Putih. Taya melirik barang dagangan si Pria Kecil yang masih di tanah. Ia melihat sebuah jubah berwarna abu-abu lalu memungutnya.

TAYA

Maaf, bolehkah saya pinjam ini untuk teman saya?

PRIA KECIL

Oh, silakan Kak, ambil saja.

PUTIH

Abang juga terluka? Mari ke rumah saya biar saya beri obat.

PRIA KECIL

Tidak perlu, terima kasih. Saya cuma lecet sedikit. Lagipula saya masih harus membereskan dagangan saya.

PUTIH

Kalau begitu saya duluan ya Bang.

PRIA KECIL

Mari Kak. Sekali lagi terima kasih atas kebaikannya.

Putih memimpin Anom dan Taya menuju rumahnya.


CUT TO:


INT. RUMAH PUTIH - PAGI

Taya dan Anom ada di ruangan yang penuh dengan botol berisikan obat juga tanaman-tanaman obat. Putih memberikan daun sirih untuk menyumbat darah yang keluar dari hidung Anom.

PUTIH

Sebentar saya buatkan teh dulu.

TAYA

Terima kasih, Putih.

Saat Putih hendak keluar, saudara tiri Putih yang bernama Merah masuk.

MERAH

(tersenyum jahat)
Putih, kamu dari tadi dicari Ibu. Kali ini Ibu bener-bener marah.
(melirik ke Anom)
Ehh, ada tamu.

Anom merasakan kepalanya kembali berdengung.

ANOM (V.O.)

Bunyi ini... sama saat aku bertemu si Putih. Apa dia juga Lakon Utama?

Merah yang tertarik dengan Anom mulai mendekati Anom.

MERAH

Mas pasiennya Putih ya? Kenalin, saya Merah, kakaknya.

ANOM (V.O.)

Ternyata benar. Aku sudah bertemu dua, berarti kurang satu lagi...

Tiba-tiba dari pintu terlihat ada seorang wanita paruh baya (IBU) lewat. Saat Anom melihat sosok Ibu sekilas, kepalanya kembali berdengung, namun kali ini terdengar lebih keras dari biasanya.

ANOM (V.O.)

Ugh! Ini dia! Tapi kenapa bunyinya lebih kencang dari sebelumnya? Apa karena Lakonnya sudah lengkap?

Tidak lama kemudian terdengar wanita itu berteriak.

IBU (O.S.)

PUTIH! KAU KEMANAKAN KAIN BARUKU YANG WARNA HIJAU?!

PUTIH (O.S.)

Bukannya ada di jemuran?

IBU (O.S.)

Kalau ada aku nggak bakal tanya kau, bodoh! Jangan-jangan kamu buang ke sungai waktu nyuci ya?

PUTIH (O.S.)

Nggak Ibu, untuk apa Putih membuang kain Ibu?

IBU (O.S.)

Aku nggak peduli. Kau cari kainku sekarang! Jangan pulang kalau belum ketemu!

ANOM (V.O.)

Jadi ini kelakuan si Ibu Tiri? Benar-benar sampah! Dia nggak pantas disebut manusia.

MERAH

Maaf ya, Ibu dan Putih memang suka bikin drama nggak penting. Saya tinggal mengkondisikan dulu biar nanti kita ngobrolnya enak.

Merah mengedipkan mata ke arah Anom, kemudian pergi.

ANOM

Hey. Apa aku harus berinteraksi sama orang-orang ini?

TAYA

Ibarat Upakyana adalah sebuah cerita, peran utama Sang Terpilih adalah sebagai penulisnya. Yang terpenting adalah memenuhi semua unsur utama cerita dan mendapatkan akhir yang sesuai. Namun, setiap interaksi dengan Lakon dapat menambah informasi di Kitab Pranatama yang akan memperkaya cerita sekaligus meningkatkan pemahaman Anda terhadap para Lakon.

ANOM

Oke. Aku nggak butuh memahami siapapun. Kalau kau menginginkan kerja samaku, aku minta interaksiku dibuat seminim mungkin. Aku nggak mau membuang energi untuk orang bodoh.

TAYA

Baik. Saya akan urus interaksi diluar unsur utama cerita, tetapi saya minta izin untuk sesekali bersikap lancang seperti insiden di pasar tadi agar Anda bisa berinteraksi dengan Lakon Utama seefisien mungkin.

ANOM

Oke. Lagipula aku nggak berasa sakit. Aku berasumsi ada hubungannya sama yang kamu bilang sihir.

TAYA

Itu bukan sihir. Daya tahan tubuh Sang Terpilih meningkat selama berada di Purana. Anda tidak akan terluka hanya dengan serangan biasa.

ANOM

Oh, gitu.

ANOM (V.O.)

Setelah sihir, sekarang aku bisa debus? Kalau setelah ini aku bisa terbang aku nggak akan kaget lagi.

TAYA

Yang penting, kita sudah bertemu dengan semua Lakon Utama. Tak lama lagi kita akan memasuki cerita inti.

ANOM (V.O.)

Ah, benar juga. Aku harus ngecek si kitab.

Anom membuka Kitab Pranatama.

INSERT Tulisan dalam buku:

Lakon - Bawang Merah

Usia - 19 tahun

Kisah - Sebagai kakak tiri, Bawang Merah selalu bersikap dingin kepada Bawang Putih. Ia dikenal sebagai gadis yang centil dan gemar menggoda pria-pria tampan. Ucapannya lugas dan tidak pernah takut untuk berkonflik dengan siapa pun, termasuk ibunya.

Lakon - Ibu Eriyati

Usia - 39 tahun

Kisah - Ibu kandung Bawang Merah. Ia menikah dengan ayah Bawang Putih setelah ibu Bawang Putih meninggal dunia. Setelah ayah Bawang Putih meninggal, sikap Eriyati terhadap Bawang Putih berubah. Ia selalu memperlakukan Bawang Putih layaknya budak.

BACK TO SCENE

ANOM

Orang kayak gini mah mendingan mati aja.

Anom membuka halaman berikutnya dengan wajah datar, kemudian tersenyum.

Putih datang dengan membawa teh.

PUTIH

Ini tehnya silakan diminum. Dan maaf, setelah ini saya harus pergi. Kak Taya dan Bang Anom nggak apa-apa kan ya saya tinggal?

TAYA

Nggak apa-apa. Memangnya mau ke mana?

PUTIH

Saya harus mencari kain milik ibu saya di sungai.

TAYA

Apa kami boleh membantu? Sepertinya Anom sudah baikan, iya kan?

ANOM

Hmm

PUTIH

Eh? Nggak usah-

Merah mendekati mereka setelah mendengar Anom akan menemani Putih mencari kain Ibu.

MERAH

Putih, sebagai Kakakmu aku akan menemani kamu juga.

Merah tersenyum ke Anom genit.

PUTIH

Eh, kok semua jadi ikut-

MERAH

(menarik tangan Putih)
Sssshhh!! Yuk kita berangkat!


CUT TO:


EXT. RUMAH PUTIH - PAGI

Mereka berjalan menjauh dari rumah. Taya menarik lengan Anom.

TAYA

(menyerahkan jubah abu-abu)
Ini. Kamu akan lebih nyaman menggunakan jubah ini.

ANOM

(memakai jubah)
Dari awal kek.

MERAH

Wah, Mas Anom pakai jubah jadi tambah ganteng deh! Hihihi

Anom merasa tidak nyaman.

ANOM

(berbisik ke Taya)
Hey. Bukannya menurut kitab, si Merah nggak seharusnya ikut?

TAYA

Apa menurut Anda kita bisa menghentikannya?

Anom dan Taya saling menatap, kemudian melihat ke arah Merah. Merah yang merasa diperhatikan, membalas dengan ekspresi genit.

ANOM DAN TAYA

.... Percuma.

TAYA

(berbisik kepada Anom)
Kalau begitu kita awasi saja dia. Ingat Sang Terpilih, meski peran Anda sebagai penulis, tapi kita di sini hanya mengamati. Apapun yang terjadi setelah ini, Anda tidak boleh terlalu ikut campur.

ANOM

Ya ya ya.

Anom kembali berjalan bersama dengan Putih, Merah, dah Taya.

KLUTUK!

Ada benda yang terjatuh dari jubah Anom. Sebuah cincin berwarna merah. Tanpa pikir panjang, Anom mengambilnya dan memasukkannya ke dalam kantong.

ANOM (V.O.)

Aku benci dunia ini. Bagiku, dunia tidak pernah adil. Tapi, jika apa yang tertulis di kitab benar-benar akan terjadi...

INSERT Halaman kitab :

Pembuka:

Setelah kehilangan Ayahnya, seorang gadis hidup bersama ibu dan saudari tirinya yang memperlakukannya layaknya budak.

Suatu hari, Bawang Putih tidak sengaja menghilangkan salah satu kain milik Ibu saat sedang mencuci di sungai.

Konflik:

Ibu yang marah menyuruh Bawang Putih mencari kain tersebut dan tidak diizinkan kembali sebelum Putih menemukannya.

Putih mencari sepanjang sungai hingga ia bertemu dengan seorang nenek tua di dalam hutan.

Sang nenek mengaku memiliki kain yang dicari Putih. Namun untuk mendapatkannya, nenek meminta Putih untuk membantu pekerjaannya.

Usai memenuhi syarat yang diberikan Nenek, Putih mendapatkan kainnya beserta sebuah labu kecil.

Saat kembali ke rumah, seisi rumah terkejut melihat isi dari labu kecil tersebut adalah perhiasan emas.

Penyelesaian:

Merasa ingin mendapatkan lebih, Ibu dan Merah pergi menemui nenek dan melakukan apa yang dilakukan Putih.

Ibu dan Merah berhasil membawa pulang labu dengan ukuran yang lebih besar.

Saat dibuka, ternyata labu tersebut berisi kumpulan hewan berbisa.

Ibu dan Merah diserbu oleh hewan berbisa hingga mati mengenaskan.

BACK TO SCENE

ANOM (V.O.)

(senyum aneh)
Aku penasaran. Apa aku bisa merasakan kepuasan saat aku melihat akhir cerita ini.
Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar