Ruangkala
8. Sang Penjaga #1
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

INT. GOA KERAMAT - SIANG

Anom dkk memasuki goa, berjalan menyusuri lorong yang penuh dengan stalaktit.

MERAH

Goa ini gede juga ternyata...

Saat melihat ke atas, Merah melihat ada banyak mata berwarna merah menatap ke arah mereka.

MERAH

H-h-hantuuu!!!

Ternyata yang dilihat Merah adalah kelelewar. Mereka beterbangan setelah mendengar teriakan Merah.

MERAH

(panik)
Gyaaaaaaaa!!!! Jauh!!! Jauh!!! Hussh!!!!

ANOM

Apaan sih! Berisik banget. Orang cuma kelelawar.

MERAH

Putiiihh, ayo kita pulang ajaa!

Seekor kelelawar hinggap di kepala Merah.

MERAH

(semakin panik)
Gyaaaaaa!!!!!

Merah berlari ke arah goa bagian dalam.

ANOM

Woy! Si kampret! Dia malah lari duluan.

Merah yang berlari sambil menutup mata, menabrak sesuatu hingga membuatnya terjatuh.

MERAH

(pelan-pelan membuka mata)
Apa sih-

Di hadapan Merah berdiri seorang nenek tua.

MERAH

(berteriak)
Hyaaaaaaaaaaa!!!!!! Setaaannn!!!!

NENEK

Kurang ajar!! Dasar anak nggak sopan!

MERAH

HIIIIIIIYYYYY!!!!! Bisa ngomooong!!!!

Anom, Taya dan Putih bergegas menghampiri Merah.

ANOM

Kenapa lagi sih-

Anom terhenti karena takjub melihat pemandangan di depan matanya. Di bagian terdalam goa, ternyata ada ruangan seluas aula. Dari langit-langitnya terlihat ada semburat cahaya yang menembus dari sela-sela bebatuan. Di pusat ruangan terdapat susunan batu yang membentuk altar mirip Ruangkala.

ANOM (V.O.)

Struktur bangunan ini.... mirip seperti Ruangkala. Apa ada hubungannya?

Di tengahnya berdiri seorang nenek tua melemparkan senyuman kepada mereka.

ANOM (V.O.)

Ada orang? Siapa?

NENEK

Selamat datang. Ada yang bisa saya bantu?

Anom, Taya, Putih dan Merah terkejut melihat sosok nenek. Secara reflek mereka memasang kuda-kuda tanda waspada, siap menghadapi kemungkinan terburuk. Kepala Anom berdengung.

ANOM (V.O.)

Inikah Nenek yang dimaksud oleh kitab? Sangat mencurigakan....

NENEK

Kenapa kalian terlihat takut begitu? Oh... kalian pasti bertemu ular peliharaanku ya? Maaf ya, aku lupa memberi dia makan. Tapi santai saja. Di sini kalian aman.

MERAH

P-peliharaan...? Sudah kuduga dia lelembut penguasa Hutan Keramat yang membuat orang-orang menghilang. Tamat sudah nasib kita sekarang.

NENEK

Tuduhan yang sungguh menyakitkan. Aku ini sama seperti kalian. Hhh... inilah kenapa aku benci manusia.

MERAH

Tuh kan. K-kau benci manusia, jadi kau membunuh semua manusia yang kau temui.

NENEK

Aku memang membenci manusia karena ucapan mereka tidak pernah bisa dipercaya. Tapi tidak ada untungnya bagiku untuk menghilangkan apalagi membunuh orang lain.

MERAH

L...Lalu gimana dengan ular yang diluar? Tak mungkin ada manusia yang selamat kalau harus menghadapi makhluk seperti itu. Kalau benar kau majikannya, berarti kau juga ikut bertanggung jawab.

NENEK

..... Ah, bisa jadi.

ANOM

Langsung saja. Kami mau mengambil kembali kain yang nenek simpan.

Taya, Putih dan Merah terkejut.

NENEK

(tertawa kecil)
Hmmmm...

Taya yang masih digendong Anom memukul kepala Anom.

TAYA

(berbisik)
Anda... kalau ingin mengarahkan alur, jangan terlalu blak-blakan!

ANOM

(berbisik)
Emang kenapa? Yang penting kan intinya sesuai.

Putih penasaran dengan pernyataan Anom.

PUTIH

Maaf jika kami lancang memasuki goa ini. Perkenalkan saya Bawang Putih, ini kakak saya, Bawang Merah. Lalu di samping saya ini ada Taya dan Anom. Mereka kembar dampit.

ANOM (V.O.)

Goblok! si Putih juga percaya dong?!

NENEK

Sopannya. Namaku Jayanti.

PUTIH

Kami ke sini untuk mencari kain berwarna hijau yang mungkin hanyut terbawa arus sungai. Barangkali nenek lihat?

NENEK

Hmm. Sepertinya tadi pagi aku melihat ada kain yang hanyut di sungai. Tapi aku tidak yakin dengan warnanya karena aku buta warna.

PUTIH

Boleh saya lihat untuk memastikan?

NENEK

Tidak boleh.

PUTIH

Eh?

NENEK

Aku benci jika ada orang asing melihat barang pribadiku.

ANOM (V.O.)

Nenek ini kampret juga...

MERAH

Woy, nenek jin! Kita sudah berjalan jauh ke sini bahkan hampir mati karena peliharaan raksasamu itu. Apa maksudnya kami tidak boleh melihat barang yang jelas-jelas milik kami?

NENEK

Apa buktinya? Dari mana kau yakin barang itu milikmu? Bisa saja itu hanya akal-akalan agar kamu bisa mencuri kain itu dariku.

MERAH

KAIN SIAPA LAGI YANG HANYUT DI SUNGAI SELAIN MILIK KAMI?!

PUTIH

Tidak, nenek benar.

MERAH

HAH?! KAU INI GIMANA SIH?! KENAPA MALAH BELAIN NENEK JIN?!

PUTIH

Kita masih belum tahu apakah kain yang ditemukan nenek adalah punya ibu atau bukan, dan kita tidak punya cara untuk membuktikannya.

ANOM (V.O.)

Pemikiran si Putih lumayan juga ternyata...

MERAH

KAU ITU YA DARI DULU.... Hhhhh! Terserah lah!

NENEK

Jika kalian ingin melihatnya, kalian harus melakukan sesuatu untukku.

PUTIH

Apa itu nek?

NENEK

Tolong ambilkan dua buah labu yang kutinggalkan di bawah pohon beringin yang terletak di bagian utara hutan ini.

MERAH

Ehh, seenaknya banget! Memangnya kami babu?!

PUTIH

Baik nek, akan kami ambilkan.

MERAH

HAHH?!

NENEK

Terima kasih gadis cantik. Kau memang berhati baik. Tidak seperti dia.
(menunjuk ke arah Merah)

MERAH

Wah... ngajak berantem.

JAYANTI

Sepertinya temanmu ada yang terluka.

PUTIH

Ah, iya Nek. Kaki Kak Taya terkilir saat dikejar ular tadi.

Jayanti memegang kaki Taya, kemudian keluar cahaya.

JAYANTI

Coba berdiri.

Taya turun dari gendongan Anom, mencoba berdiri dan menggerakkan kakinya seperti biasa.

TAYA

Sudah tidak sakit.

ANOM (V.O.)

Sihir kah?

PUTIH

(takjub)
Hebat! Bagaimana cara nenek melakukan sihir penyembuh tanpa media apa pun?

JAYANTI

Hohoho. Sepertinya kamu punya cukup pengetahuan tentang sihir penyembuh ya? Untuk anak baik, akan kuajarkan jika kau mau.

PUTIH

(sumringah)
Waaahh, sungguh? Saya mau! Terima kasih banyak Nek!!

MERAH

Halah. Cuma gitu doang aja seneng.

ANOM (V.O.)

Dari respon mereka, sepertinya memang sihir sudah tidak asing.

JAYANTI

Anak muda, bawalah saudarimu ke bilik di ujung sana. Akan aku periksa jika ada luka yang lain. 

Jayanti menoleh ke Putih dan Merah sambil menunjuk ke sudut ruangan lain. Di sana ada sedikit makanan dan minuman. Makanlah sambil istirahat.

PUTIH

B-baik. Terima kasih, Nek.

MERAH

Hmph!

Putih dan Merah menikmati sajian yang disediakan Jayanti, canggung. Sementara Anom mengantar Taya ke bilik yang dimaksud.


CUT TO:


INT. BILIK NENEK - SIANG

Setelah Anom dan Taya masuk bilik, Jayanti menutup pintu dari dalam.

JAYANTI

(membungkukkan badan)
Selamat datang, Sang Terpilih, Tuan Putri.

ANOM (V.O.)

Eh? Kenapa nenek ini memanggilku dan Taya begitu?

TAYA

Terima kasih atas sambutannya yang kurang menyenangkan, Nenek Jayanti.

ANOM (V.O.)

Lho? Mereka saling kenal?

JAYANTI

Maafkan saya Putri. Saya tidak mengira kalau kejadiannya akan seperti ini.

TAYA

Aku ingin memastikan satu hal. Apa Nenek memasang penghalang sihir di area hutan?

JAYANTI

Tidak. Saya hanya memasang pendeteksi hawa untuk mengetahui siapa saja yang masuk ke area hutan, tidak lebih.

TAYA

Sudah kuduga. Bukan karakter Nenek untuk melakukan kelalaian seperti ini.

JAYANTI

Memangnya apa yang terjadi?

TAYA

Aku tidak bisa menggunakan kekuatanku

JAYANTI

APA?! BAGAIMANA MUNGKIN?!

TAYA

Aku curiga ada hal lain yang bersembunyi di dalam hutan. Sesuatu yang kuat, yang bisa menembus pendeteksimu, bahkan menekan kekuatanku sepenuhnya. Ditambah dengan adanya sejumlah warga desa yang hilang. Ini tidak pernah terjadi sebelumnya.

JAYANTI

..... Maafkan kecerobohan saya. Akan segera saya cari tahu penyebabnya.

TAYA

Tingkatkan kewaspadaanmu. Bagaimana pun caranya, Sang Terpilih harus berhasil melaksanakan tugasnya.

ANOM

Stop!

Jayanti dan Taya berhenti berbicara. Anom menatap Taya dengan tatapan minta penjelasan.

TAYA

Oh, maaf, aku sampai lupa. Nenek Jayanti ini adalah Lakon Spesial yang memiliki pengetahuan tentang Ruangkala. Singkatnya, jika Sang Terpilih adalah penulis, maka ia berperan sebagai editor dari Upakyana.

JAYANTI

Salam kenal.

ANOM

Kalau nenek ini editor, berarti dia punya hak buat ikut campur dalam penentuan alur utama?

TAYA

Tepat. Sepertinya... kamu sudah mulai paham.

ANOM (V.O.)

Oke. Berdasarkan penjelasan dari Taya, aku bisa mengambil kesimpulan awal. Dunia yang bernama Purana ini bekerja selayaknya perpustakaan, dan Upakyana adalah buku koleksinya. Sang Terpilih berperan sebagai penulis yang harus menulis ulang kisah yang sudah ada sebelumnya melalui Kitab Pranatama. Anggaplah ini seperti peremajaan media. Taya adalah penjaga perpustakaan, sementara di hadapanku saat ini ada si editor yang aku yakin menguasai seluk beluk dari buku yang menjadi tanggung jawabnya.

Anom tersenyum miris.

ANOM (V.O.)

Sepertinya aku salah jika mengharapkan kebebasan di dunia ini. Pada akhirnya, aku hanya terjebak di sistem lain. Sistem yang mengatur segalanya.

JAYANTI

Maaf, Sang Terpilih. Sebenarnya saya sangat ingin membantu Anda, tapi ada hal lain yang harus saya periksa terlebih dahulu.

Jayanti mencabut salah satu tusuk konde di kepalanya dan memberikannya kepada Taya.

JAYANTI

Tuan Putri, bawalah pusaka ini. Semua makhluk yang ada di hutan ini akan mengikuti semua perintahmu.
(wajah serius)
Saya akan memastikan penyusup itu lenyap selamanya.
Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar