Our Bad Memory
8. Episode 8

EPISODE 8


Dara yang terkejut mendorong tubuh Aji menjauh dan menamparnya keras sampai ponsel Aji terjatuh. Aji sontak mengusap pipinya yang sakit, tiba-tiba saja nama Yola muncul di layar ponselnya dan Dara melihat hal tersebut.


DARA

Brengsek.


Aji meletakkan satu tangannya di pinggang menatap Dara yang beranjak pergi.


Aji

(mengangkat ponselnya)

Halo,


CUT TO:


87.INT. KANTOR LAKSMO CORP-PAGI.

Titi mengikut langkah kaki Yudho.


TITI

Ayolah Mas, tolong bantu saya.


YUDHO

(menghela napas)

Kamu tahu kesalahanmu sangat fatal kan? Papa hampir saja kumat.


TITI

Makanya saya minta bantuan Mas, tolong rayu Papa. Mas kan anak kesayangannya.


YUDHO

(duduk di kursinya)

Kamu tahu sendiri sifat Papa, saya nggak yakin dia akan memaafkanmu. Tapi mungkin jika dibicarakan baik-baik dia akan luluh.


TITI

(tersenyum sumringah)

Nah, kalau begitu Mas saja yang ngomong sama Papa. Siapa tahu Papa luluh. Ya, Please.


YUDHO

Nggak mau ah, kamu saja ngomong sendiri.


TITI

Yah, ayolah Mas. Tolong saya sekali ini saja.


YUDHO

(berpikir serius)

Tapi… Ah nggak jadi, nggak enak saya.


TITI

Apa Mas? Apa? Ngomong aja.


YUDHO

Sahammu ada berapa?


Titi langsung tahu apa inti dari ini semua. Dia tersenyum miring.


CUT TO:


88.INT. HOTEL LE MEURICE PARIS-MALAM.

Dara masuk ke kamar hotelnya melempar sepatu dan tas yang ia kenakan. Barang-barang tersebut dia lempar sembarangan sangking kesalnya. Rasanya ia ingin membunuh lelaki sialan itu. 


Memijat kepalanya penat, dia lalu melihat dokumen yang diberikan Farah. 


CUT TO:


89.INT. KEDIAMAN OKTA-PAGI.

Lia datang ke rumah orang tuanya, dia ingin mendengar penjelasan langsung dari mereka.


LIA

Kakek marah besar dan saya harus merayunya, kalian keterlaluan.


TITI

Tanya saja pada Ayahmu, kepala Mama pusing mikirinnya. 


LIA

(menatap Ayahnya tajam)

Yah?


OKTA

Ya, Ayah salah. Ayah juga nggak tahu kalau dia penipu. Ayah harus gimana dong? Kakekmu itu seperti harimau lapar.


LIA

Kalau saya jadi Kakek, saya juga pasti akan marah.


TITI

Udah udah. Mama lagi mikir nih, Mas Yudho minta saham Mama jika kita ingin dia membantu.


LIA

(terbelalak)

Jangan Ma, itu jebakan. Dia sengaja ingin mengambil saham kita sedikit demi sedikit. Lebih baik Mama minta maaf sama Kakek langsung.

 

TITI

Sudah, tapi Kakekmu itu nggak mau maafin Mama.


LIA

Ya mohon, berlutut kalau perlu.


Sontak Titi dan Okte saling bertatapan satu sama lain.


TITI

Ngomong-ngomong kapan kamu mau kembali ke Kantor Pusat?


LIA

(mendengus)

Kenapa Mama tiba-tiba menyuruh saya kembali?


TITI

Li, kamu itu pintar. Berpengalaman, kamu bahkan bisa mengalahkan Dara kalau kamu mau. Tapi kenapa kamu malah memilih untuk menjalankan sebuah Restoran?


LIA

Karena Lia suka.


OKTA

(langsung menoleh)

Kamu tidak memikirkan masa depan kamu?


TITI

Apa kamu tidak mau jadi penerus Kakek?


LIA

(memutar bola matanya)

Ma, Yah. Sudah saya katakan berulang kali kalau saya tidak tertarik pada Perusahaan. Kenapa kalian memaksa? Dara menjalankan bisnisnya sendiri sebagai perancang, saya menjalankan Restoran saya. Apa yang salah?


TITI

Kalau kamu menjadi penerus, anak cucu kamu pasti hidup nyaman. Nggak perlu susah-susah lagi.


LIA

Nggak, saya nggak mau.


TITI

Kencan buta nggak mau, jadi penerus juga nggak mau. Maunya apa sih kamu?


LIA

Hidup tenang.


Dengan ketus Lia memberikan orang tuanya hentakan kecil. Dia kemudian pergi dari sana.


CUT TO:


90.INT. HOTEL LE MEURICE PARIS-PAGI.

Dengan kacamata hitam dan segelas teh, Dara yang ditemani Farah menikmati sarapan paginya sambil menatap keindahan Menara Eiffel. Bangunan cantik tersebut terlihat sangat cantik dan mempesona. Angin berhembus memberikan udara segar bagi jiwa yang bimbang. Dara termenung dengan berjuta kemungkinan.


DARA

(menatap Farah)

Apa yang harus saya lakukan?


FARAH

Dikubur atau digali.


DARA

(tersenyum penuh arti)

Benar juga, menurutmu yang mana yang harus saya pilih?


FARAH

Ibu mau pendapat jujur dari saya?


DARA

Ya.


FARAH

Semua keputusan ada di tangan Ibu, kalau Ibu menggali maka Ibu harus siap dengan konsekuensi yang ada, tapi kalau dikubur maka selamanya Ibu akan merasa bersalah.


DARA

(tersenyum tipis)

Sangat sulit menjadi orang yang benar.


FARAH

Lebih sulit lagi menjadi orang yang jujur.


DARA

(melirik Farah tajam)

Itu tadi kode?


FARAH

(menyeringai)

Hanya sinyal.


CUT TO:


91.INT. CAFE DE LA POSTE PARIS-SIANG.

Yola datang memeluk Aji dari belakang.


AJI

(tersenyum senang mencium pipi Yola)

Kamu pasti lelah.


YOLA

Tapi semua itu terbayar ketika aku sampai.


AJI

(melihat pita di rambut Yola)

Sepertinya ada yang aneh.


YOLA

Gimana? Aku cantik kan, aku membelinya di jalan tadi.


AJI

Cantik.


Yola mulai menikmati makanannya.


YOLA

Hmm, enak banget.


Aji tersenyum getir lalu berdiri dan mengalungkan sebuah emas putih di leher Yola.


AJI

Kejutan.


YOLA

(tersenyum sumringah)

Kamu memang selalu bisa meraih hatiku.


Yola mengusap tangan Aji yang ada di pundaknya kemudian menciumnya hangat.


AJI

Terima kasih.


Aji kembali duduk.


YOLA

Tapi aku tidak tahu, ini sogokan atau sekedar hadiah.


AJI

(gugup dan bingung)

Sogokan?


YOLA

Karena sampai saat ini belum juga ada omongan soal pernikahan.


AJI

Itu lagi?


YOLA

Ayah dan Ibuku selalu menanyakannya. Aku pun begitu.
(Yola menatap tajam Aji) Apa kamu serius atau hanya main-main denganku?


AJI

(terdiam tanpa ekspresi)

Kalau aku tidak serius aku tidak mungkin bertunangan denganmu
(meraih tangan Yola) Jika saatnya tiba aku pasti akan melamarmu.


Yola mengangguk tersenyum penuh arti.


CUT TO:

92.INT. LAKSMO CORP-MALAM.

Dua hari setelah acara di Paris, Dara kembali ke Jakarta dan langsung menemui Tantenya.


TITI

Sebuah kejutan melihatmu datang ke sini.


DARA

(tersenyum ramah)

Sudah lama saya tidak bicara empat mata dengan Tante.


TITI

Selamat yah peragaan kamu sukses di Paris.


DARA

Terima kasih, tapi saya kesini bukan ingin membahas soal itu.


Dara memberikan bukti-bukti yang ia dapat. Bahwa Ayahnya yang sengaja menyuruh Saleh untuk menipu mereka.


TITI

(terkejut)

Kamu dapat dari mana ini? Sialan, pantas Mas Yudho mau menolong saya.


DARA

Tante tidak perlu tahu saya dapat dari mana. Saya hanya ingin meluruskan hal yang salah.


TITI

Apa Ayahmu tahu soal ini?


Dara menggeleng sedangkan Titi memicingkan matanya heran. 


CUT TO:


93.INT. KEDIAMAN COKROATMOJO-SORE.

Aji pulang bersama Yola ke kediamannya. Disana dia telah ditunggu oleh Bintang.


BINTANG

(berlari ke arah Aji)

PAPA,


AJI

Hello, Princess.


Bintang langsung digendong oleh Aji


NANI

Haduh, dari tadi dia bawel banget nanyain kamu terus.


AJI

(menoleh pada Bintang)

Apa iya?


BINTANG

(mengangguk)

Papa kemana sih?


AJI

Papa kerja sayang.


Aji lalu membawa bintang pergi ke kamar bersamanya meninggalkan Yola bersama sang Ibu.


NANI

Mereka kalau sudah ketemu bakal nempel terus kayak perangko.


YOLA

Wajarlah Ma, mereka jarang kan bisa main bersama.


NANI

Iya sih, eh ayo ke meja makan. Mama udah siapin makanan enak buat kamu.


Yola tersenyum dan mengikuti Nani ke meja makan.


Tak lama berselang, Irfan datang.


IRFAN

Eh, Nak Yola. Apa kabar?


YOLA

(berdiri dari kursinya)

Baik Pa, baru saja pulang bareng Aji tadi.


IRFAN

Ajinya mana?


NANI

Biasa dia sama si Bintang.


IRFAN

(menyantap makanannya)

Apa kabar Papi kamu?


YOLA

Baik Pa, Papi lagi di New York, ada kerjaan.


IRFAN

(mengangguk)

Papa berhutang banyak sama Papi kamu. Kapan kira-kira Papa bisa bertemu dengan Papi kamu?


YOLA

Saya sih senang sekali kalau Papa bisa bertemu dengan Papi, tapi sepertinya Aji belum mau mempertemukan kalian.


AJI

(berjalan santai lalu duduk di meja makan)

Nanti akan saya pertemukan, saya sedang mencari waktu yang tepat.


IRFAN

Kamu jangan terlalu lama buat Yola menunggu, nanti direbut lelaki lain nyesel kamu.


NANI

Sabar ya Yola, Mama yakin Aji pasti akan melamar kamu.


YOLA

(tersenyum sambil melihat Aji)

Iya Ma.


CUT TO:


94.EXT. LAPANGAN SEPI-MALAM.

Titi bersama anak buahnya membawa Saleh ke lapangan sepi, tidak ada orang di sana hanya ilalang yang bergerak mengikuti arah angin.


TITI

Beraninya kamu mempermainkan suami saya.


SALEH

(dengan wajah babak belur)

Maafkan saya, saya melakukannya terpaksa.


TITI

Dikasih berapa kamu sama Yudho?


SALEH

(takut-takut)

Tiga ratus juta.


Titi menghampiri Saleh dan menamparnya keras.


TITI

(menyodorkan ponselnya)

Katakan semuanya.


CUT TO:


95.INT. RUANG KERJA DARA-PAGI.

Sejak bertemu pertama kali Dara tahu kalau Dita memiliki kemampuan luar biasa.

FLASHBACK ON:


Siang itu Dara sengaja meminta Dita untuk datang pada jam makan siang, dia ingin mengajak anak itu makan dan bicara.


DARA

(menatap Dita yang makan dengan begitu lahap)

Kamu belum makan?


DITA

(terlihat sulit menelan makanannya)

Belum, saya biasanya makan nanti malam.


DARA

(mengangguk)

Apa kamu senang menggambar?


DITA

Saya senang ketika melihat seseorang memakai pakaian yang bagus dan cocok untuk mereka.


DARA

(tersenyum tipis)

Tapi kamu tidak mau menjual designmu?


DITA

Saya mau ada nama saya pada design yang saya buat, jika dijual maka itu akan menjadi milik orang lain.


DARA

Kamu sangat dewasa untuk remaja seusiamu. Langsung saja, kamu mau saya ajarkan merancang dengan benar?


DITA

(mengangguk antusias)

Mau… Saya mau.


DARA

Orang tua kamu bagaimana?


DITA

(tersenyum getir)

Saya yatim piatu.


DARA

(terhentak)

Oh, maaf.


DITA

Mereka sudah lama meninggal, jadi saya sudah biasa hidup mandiri.


DARA

(tersenyum kagum)

Kalau begitu kamu terima tawaran saya?


DITA

(tersenyum)

Iya, saya terima.


FLASHBACK OFF:


Dara terkagum-kagum melihat rancangan Dita yang begitu beragam dan kaya akan seni.


DARA

(menoleh pada Dita)

Kamu memang berbakat.


DITA

Terima kasih, tapi saya belum mampu memberikan warna yang tepat.


DARA

Kalau itu kamu butuh pengalaman. Ehm, kamu sudah putuskan mau kemana setelah lulus?


DITA

Sepertinya saya akan bekerja.


DARA

(terdiam dan mengerti)

Kamu anak berbakat, sayang jika tidak diasah terus. Kamu mau sekolah design?


DITA

(tersenyum kaget)

Itu adalah impian saya tapi saya tidak punya uang dan saya tidak mau merepotkan orang lain. Ibu sudah begitu baik sama saya, jadi saya…


DARA

Ini tidak gratis, kamu akan saya ikat untuk bekerja di Perusahaan saya dalam jangka waktu tertentu.


DITA

Kenapa ibu begitu baik sama saya? Saya bahkan baru mengenal Ibu.


DARA

(menarik napas panjang)

Saya hanya ingin membantu orang-orang seperti kamu yang memiliki keterbatasan, namun kemampuan yang tak terbatas. Banyak sekali orang-orang berbakat, tapi sulit sekali untuk mereka menunjukkan bakatnya. Saya ingin memberikan kesempatan pada mereka, dan yang saya bisa lakukan, hanya ini.


DITA

(terpesona melihat Dara)

Ibu hebat sekali.


DARA

(tersenyum)

Saya tidak hebat, cuma beruntung. Jangan terkecoh, saya bukan orang baik.


Dara merapikan tas dan barang-barangnya.


DARA

Saya pergi dulu, kita ketemu lagi lusa. Ok.


DITA

(tersenyum bahagia)

Siap.


CUT TO:


96.INT. KEDIAMAN TORO-SIANG.

Titi datang menemui Ayahnya yang masih sangat marah padanya. Dia bersama Okta mencoba untuk memperbaiki keadaan.


TORO

(mendengar rekaman Saleh)

Jadi sekarang kamu ingin menyalahkan orang lain?


TITI

Papa selalu saja membela Mas Yudho, dari dulu Papa nggak pernah menganggap saya.


TORO

Kamu dan Yudho berbeda.


OKTA

(menyambat)

Apa karena perempuan jadi Papa lebih menyayangi Mas Yudho?


TORO

(tertawa keras)

Aku ini pembisnis dan aku tidak pernah memperlakukan kalian berbeda. Tapi untuk urusan kantor, kamu tahu kalau Yudho lebih baik darimu dari semua aspek. Kamu anak perempuan Papa satu-satunya, harusnya kamu tahu kalau Papa sangat menyayangi kamu.


TITI

Kalau begitu buktikan, hukum Mas Yudho.


TORO

(tersenyum tipis)

Kamu begitu mirip denganku waktu muda, polos dan lurus makanya kamu mudah dibohongi. Sekarang aku serahkan pada kalian, kamu ingin menghukum Kakakmu? Lakukan sendiri.


Titi yang kesal keluar dari ruangan Ayahnya diikuti oleh Okta.


SAKTI

(masuk menemui Toro)

Kenapa Bapak tidak bertindak?


TORO

Hahahah, aku ingin tahu sejauh mana mereka bergerak.


SAKTI

(terkejut)

Apa Bapak akan segera menunjuk penerus Bapak?


TORO

(mengangguk)

Aku sudah lelah, sudah saatnya aku beristirahat.


CUT TO:


97.INT. KANTOR LAKSMO CORP-MALAM.


YUDHO

(bicara di telepon)

Anak itu ternyata berani bicara di belakangku.


ROY

Iya Tuan, namun saya tidak tahu bagaimana rekan Tuan besar akan merespon.


YUDHO

(tersenyum licik)

Dia tidak akan marah pada saya. Tunggu, bagaimana Titi bisa tahu?


ROY

Sepertinya Nona Dara menemuinya.


FLASHBACK ON:


OKTA

(sambil melangkah)

Untung kita tidak tertipu dua kali.


TITI

Kalau Dara tidak menemui saya, kita mungkin sudah memberikan saham kita pada Mas Yudho.


OKTA

Tapi kenapa dia begitu baik memberi tahu semua ini?


TITI

Entahlah.


Saat mereka bicara seperti itu, Roy asisten rumah tangga kediaman Laksmono berada di ruang tunggu sedang duduk mengamati keadaan. Dia sengaja dipekerjakan oleh Yudho untuk mengawasi keadaan rumah.


FLASHBACK OFF:


YUDHO

Baiklah, terus awasi keadaan. Apapun yang mencurigakan, laporkan sama saya.


ROY

Baik.


CUT TO:



98.EXT. TAMAN KOTA-PAGI.

Dara kembali mengolah tubuhnya.

 

DARA

(tersengal-sengal membeli nimum)

Mas, air mineral satu.


Bintang ternyata juga berada di sana


BINTANG

Eh, Tante.


DARA

Bintang? Kamu sama siapa kesini?


BINTANG

Sama Papa, tapi Papa lagi lari. 


DARA

Oh.


BINTANG

(menggandeng tangan Dara)

Tante, aku mau pipis. Anterin.


DARA

(bingung)

Hah, kamu mau ke kamar mandi? Dimana ya?


Dara menoleh kesana kemari.


DARA

Itu tuh toilet, kamu kesana aja Tante tunggu sini ya.


BINTANG

(menggeleng)

Anterin.


DARA

Haduh, ada-ada aja bocah. Yaudah ayo.


Dibawalah Bintang dengan penuh kecanggungan oleh Dara ke kamar mandi. Disana Dara menungguinya hingga selesai. 


BINTANG

Tante, aku mau cuci tangan.


Dilihatnya wastafel yang terlalu tinggi tersebut. Dengan wajah masam, Dara menggendong Bintang dan menurunkannya kembali.


BINTANG

Makasih Tante, ini buat Tante.


Bintang memberikan sebungkus coklat yang sontak membuat hati Dara terenyuh. Dia tersenyum dan menggandeng Bintang keluar.


DARA

Tante pergi dulu ya, kamu tunggu Papa kamu di sini.


BINTANG 

Ok.


Dara lalu berjalan meninggalkan Bintang hingga pada satu titik ia berhenti ketika mendengar kembali suara anak kecil tersebut.


BINTANG

Papa,


Saat mendengar teriakan Bintang, Dara menoleh. Betapa terkejutnya dia saat tahu kalau Aji adalah Ayah dari anak tersebut.


CONTINUE:


Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar