Our Bad Memory
6. Episode 6


62.INT. KANTOR LADARA-PAGI

Melangkah menuju ruangannya, Dara yang ditemani Farah tiba-tiba terhenti saat melihat asisten Toro berada di depan pintu ruangannya. Dara mengeraskan rahanya sambil menghela napas, dengan percaya diri dia masuk menemui sang kakek.


DARA

Kakek?


TORO

Kejutan.


Dara segera memeluk dan mencium pipi Kakeknya.


DARA

Saya beneran kaget loh Kek.


TORO

Kamu ini, Kakek kesini ingin memberimu selamat. Kamu sudah berhasil memenangkan kompetisi.


Toro memberikan seikat bunga mawar pada cucunya yang membuat Dara tersenyum sekaligus gugup. Dia bisa merasakan ada sesuatu yang tidak biasa.


DARA

Maaf Kek, tapi sepertinya saya akan mundur dari kompetisi ini.


TORO

Loh, sudah menang kok malah mau mundur. Sayang loh.


DARA

Maaf sekali Kek, tapi saya tidak bisa melanjutkannya.


TORO

(terdiam beberapa saat)

Jadi kamu akan menyia-nyiakan kesempatan ini? Kenapa?


DARA

(bingung harus bicara apa)

Hanya…


Toro kemudian meraih tangan Dara


TORO

Kamu membangun perusahaanmu sendiri tanpa bantuan siapapun. Bukankah itu cukup untuk membuktikan kalau kamu mampu. Hal sebesar ini sayang sekali untuk dilewatkan.


DARA

Tidak, saya membangun Perusahaan ini dengan bantuan Kakek. Saya tahu sejak awal kalau nama saya akan selalu menarik perhatian para pembisnis karena Kakek.


TORO

Memangnya salah?


DARA

(menghela napasnya)

Kek,


TORO

(mulai hilang kesabaran)

Dara, sampai kapanpun kamu adalah cucu Kakek dan itu, akan selalu menarik perhatian orang. Sekarang Kakek perintahkan kamu untuk meneruskan proyek ini. Tidak ada kata tidak. Mengerti.


DARA

(terkejut)

Kakek nggak bisa seperti ini, saya sudah memutuskan untuk mundur. Saya tidak mau ada politik dalam…


TORO

(menatap Dara tajam)

Diam dan ikuti.


Seketika Dara terdiam, dia gentar jika berhadapan dengan sang Kakek. Beberapa menit bertukar pandang tajam, Dara akhirnya memejamkan matanya menyerah dan menurut.


DARA

(tersenyum getir)

Ok.


CUT TO:


63.INT. RESTORAN MENTARI-SORE

Aji memberanikan dirinya datang menemui Lia, dia tahu siapa Lia sejak lama. Dan dia adalah satu-satunya sumber informasi yang bisa Aji dapatkan.

Membuka pintu Restoran, Lia yang melihat Aji langsung memasang wajah masam. Dia menaikkan kedua tangannya di pinggang dan mendesah kecewa.


LIA

(duduk di bangku restoran bersama Aji)

Ada apa kamu kesini? Kemarin Farid, sekarang kamu.


AJI

Saya ingin tahu semua yang terjadi 5 tahun lalu.


LIA

Untuk apa? Semua sudah menjadi masa lalu, untuk apa kamu pertanyakan lagi?


AJI

(mulai kesal)

Kenapa Dara bisa hilang ingatan? Apa yang telah kalian lakukan?


LIA

(menatap Aji kecewa)

Kenapa kamu tidak tanyakan itu langsung pada Dara.


Lia kemudian manaikkan kepalanya memberi isyarat bahwa Dara berada di belakang mereka. Saat menoleh, Aji terkejut. Mereka kemudian duduk berhadapan sedangkan Lia kembali ke belakang dapur.


DARA

(canggung)

Apa yang ingin kamu ketahui, bukankah kamu sudah mendengar semuanya di Rumah Sakit.


AJI

(menggeleng)

Saya tidak habis pikir, saya kira kamu akan hidup bahagia setelah kita berpisah. Apa yang membuatmu begitu putus asa?


DARA

(menatap Aji bagai ingin membunuhnya)

Seorang perempuan ditinggalkan saat sedang mengandung tanpa sepatah katapun, dan anak yang dilahirkannya meninggal. Apa kamu kira dia tidak gila? (dengan mata berkaca-kaca). Perempuan tersebut putus asa dan mencoba bunuh diri. Bahkan Tuhan tidak mengijinkannya mati, yang dia dapat hanya ingatan yang hilang.


Aji sontak terdiam, rasa bersalah muncul menyelimutinya sekarang. Bukan apa yang mereka perbuat tapi apa yang telah ia perbuat. Sungguh bukan ini yang ingin dia dengar, tapi anehnya kenapa dia sebut anaknya meninggal?


AJI

(dengan takut-takut menjawab)

Anak kita meninggal?


DARA

(menarik napas berusaha untuk sabar)

Ah, bukan anak kita. Tapi anakku, apa ada Bapak yang tidak tahu anaknya meninggal?


Aji menelan ludah gugup, dia tidak bisa berkata apa-apa lagi. Dia makin bingung dengan semua kejadian ini. Tapi dia tidak boleh gegabah, dia tidak boleh lemah.


DARA

(dengan wajah dingin)

Kalau sudah tidak ada lagi yang ingin ditanyakan, silahkan keluar. Restoran ini akan segera tutup.


Lia yang sambil menyiapkan bahan untuk esok terhenti saat mendengar omongan Dara. Saudaranya itu kejam juga. Aji langsung salah tingkah, dia seperti di skakmat oleh lawan mainnya. Dengan buru-buru dia berdiri dan pergi dari tempat tersebut.


JUMP CUT TO:


64.INT. KEDIAMAN COKROATMOJO-MALAM

Aji pulang dengan tubuh limbung tak karuan, tubuhnya terasa begitu hina dan menggelikan. Dia langsung melangkah cepat ke kamar mandi dan memuntahkan isi perutnya. Ini benar-benar menjijikan dan memalukan, dia merasa dirinya sangat menjijikan.


Setelah selesai dia langsung ke ruang tamu tempat ibunya berada, saat itu Irfan masih berada di luar jadi Aji hanya bisa bicara pada Nani.



AJI

Ma, Aji merasa jijik.


NANI

Kenapa kamu?


AJI

(dengan nada tinggi)

Dara, dia tidak tahu apa-apa. Dia bilang anak kami meninggal dan dia mencoba bunuh diri, lalu hilang ingatan. Karena itu dia menghilang Ma.


NANI

Kamu dapat info dari mana?


AJI

Dara yang ngomong sendiri Ma.


NANI

(terhentak)

Toro dan Yudho yang menemui Papamu langsung, nggak mungkin dia…


AJI

Itu berarti mereka menipu kami, dia ingin saya dan Dara berpisah


Aji duduk di sofa dengan tangan yang mengepal, dia marah, sangat marah rasanya darahnya mendidih. 


NANI

Jangan bilang kalau kamu masih mencintai Dara.


Aji hanya melirik tajam pada Nani


NANI (CONT’D)

Kamu lupa dengan apa yang mereka perbuat? Selama mereka masih hidup, Mama jamin kamu dan Dara tidak akan bisa bersama. Mereka tidak akan membiarkan kalian bersama. Ingat, bukan hanya kamu yang akan mendapat bahaya. Sudahlah Ji, lupakan Dara kamu juga masih memiliki Yola, apalagi yang kamu cari?


Sekali lagi Aji hanya terdiam berpikir, dia ragu dalam hati. Kenapa rasa cinta yang dia kubur dalam-dalam muncul lagi. Dia bimbang ini cinta atau rasa iba. 


CUT TO:

65.INT. RESTORAN MENTARI-MALAM

Lia mengamati Dara sembari menyodorkannya minum, mata Dara berlinang sambil membuah wajahnya. Dia tahu kalau Dara tidak ingin dia melihatnya sedih.


LIA

Lo nggak apa-apa?


DARA

(tersenyum getir sambil menarik napas) 

Gue nggak apa-apa Li. Oh iya, lo udah mau tutup ya, sorry ya gue ganggu nih jadinya.


LIA

(menggeleng)

Lo minum aja dulu, tenangin diri lo. 
(Lia menatap Dara) Ini pertama kalinya gue lihat lo begitu emosi.


DARA

Gue nggak habis pikir, setelah semua yang terjadi dia masih berani untuk bertanya sama gue. 


LIA

Kayaknya dia kaget saat tahu apa yang lo alami. Itu terlihat jelas di wajahnya.


DARA

Ya dia selama ini kemana aja. Giliran sekarang dia baru nanya.


LIA

(teringat sesuatu)

Oh ya, beberapa waktu lalu Farid nemuin gue.


DARA

Farid? Ngapain dia nemuin lo? Dia juga sudah nemuin gue waktu itu. Ini nggak bisa dibiarin Li, gue nggak bisa terus nggak tahu apa-apa. Gue harus bicara sama mereka berdua.


Lia hanya mengangguk tanpa membalas ucapan Dara, sepertinya memang itu yang terbaik.


66.INT. KANTOR MODE INDONESIA-PAGI

Pagi itu para Direksi berkumpul untuk membahas suatu hal penting.



IRFAN

(menghentaan jarinya ke meja)

Saya kecewa sama kalian, proyek Living Home gagal total.


AJI

Mereka curang Pak, mereka main belakang.


IRFAN

(menatap anaknya tajam)

Kamu harusnya bermain lebih baik dari mereka.
(menatap semua orang yang ada di sana) Kalian harusnya bisa melihat situasi dan keadaan lebih jeli, kalian tahu siapa mereka dan bagaimana permainannya. Namun kalian tetap tidak bisa mengalahkan mereka.


HENDI

Kami mohon maaf Pak, kami janji akan bekerja lebih keras lagi.


AJI

Saya kira kita butuh hubungan baik dengan pemerintahan. Semua regulasi ada di tangan mereka.


Kris

Bagaimana kalau kita undang mereka untuk main Golf bersama?


HENDI

Ide bagus.


Aji dan Irfan mengangguk bersama menyetujui ide Kris.


KRIS

Penjualan kita menurun sejak ada berita itu. Apa yang harus kita lakukan?


IRFAN

(tersenyum miring)

Kita santai dulu untuk sementara, jangan terlalu terlihat mencolok. Sampai waktu yang tepat.


Aji hanya terdiam mendengar ucapan Ayahnya, dia pasti sudah merencanakan sesuatu.


CUT TO:


67.INT. HOTEL MULYA-MALAM

Yola dan Aji sedang menikmati makan malam mewah mereka dengan steak dan lobster yang mereka pesan. Mereka bagai sepasang kekasih yang tak terpisahkan, dengan balutan dress merah. Yola terlihat begitu cantik dan menawan, begitu pula dengan Aji yang memakai jas hitam rapi.


YOLA

Aku tidak menyangka mereka melakukan itu, tidak cukup hanya dengan membuat perusahaanmu goyah dengan media namun juga menyogok pejabat.


AJI

Kita semua pasti pernah melakukannya.


YOLA

Tidak dengan proyek seperti ini. Proyek ini belum tentu akan sukses besar. Kita tidak punya nama di Paris, tidak ada harapan besar.
(berpikir sesaat) Apa yang mereka cari dengan menang di kompetisi ini?


AJI

Entahlah, sudah tidak usah bahas kerjaan. Moodku jadi rusak.


YOLA

(menatap Aji)

Baiklah, mulutmu belepotan.


Yola kemudian mengambil tisu dan mengusap bibir Aji. Aji tersenyum mesra lalu meraih tangan Yola dan mendekatkan tubuh mereka. Aji dengan cepat mencium bibir Yola singkat hingga ia tersipu malu. Mereka kemudian melanjutkan santap malam dengan rasa bahagia.


CUT TO:


68.INT. RUMAH FARID-MALAM

Farid tengah teler di kediamannya dengan begitu banyak minuman keras dan alat hisap. Dia ternyata tidak bisa melepaskan kebiasaan lamanya bahkan setelah apa yang terjadi. Bersandar di sofa dengan tatapan kosong, Farid menengadahkan kepalanya ke atas sambil tersenyum tanpa beban. Dia sudah terbang.


CUT TO:


69.INT. EXT DEPAN RUMAH FARID-PAGI

Dara bersama asistennya datang ke rumah Farid. Dia ingin mengakhiri ini semua dan membuat semuanya jelas. Melangkah masuk, dia mengetuk pintu dan menunggu, namun sampai beberapa lama tidak ada balasan. Dara yang penasaran kemudian mengintip dari balik kaca, rumah itu sangat berantakan dan tidak terurus. Suara langkah kemudian membuatnya berhenti dan kembali ke posisinya semula. Farid dengan rambut dan baju berantakan setengah sadar membuka pintu dan terkejut saat melihat Dara di sana.


Dara dengan cepat tanpa basi-basi masuk dan memindai seisi ruangan.


DARA

Sepertinya lo semakin buruk dari saat terakhir gue main ke rumah lo.


FARID

Ada apa lo kemari pagi-pagi begini.


DARA

Gue mau bicara, bisa tolong hubungi Aji dan suruh dia datang.


FARID

(bingung)

Aneh.


Farid kemudian mengambil ponselnya dan menghubungi Aji sedangkan Dara lanjut memeriksa seisi rumah.


FARID (VO)

Iya nih dia ada di sini, cepat kesini. Gue tunggu.


DARA

Rid, lo masih nggak kapok. Lo masih make?


FARID

Bawel, nggak usah ikut campur. Duduk, gue ambilin air.


Dara pun duduk sambil menunggu Aji sedangkan Farah menunggu di dalam mobil


JUMP CUT TO:


70.INT. RUMAH FARID-PAGI

Tiga puluh menit kemudian Aji datang menatap Dara canggung, mereka bertiga kemudian duduk saling berhadapan.


DARA

(dengan penuh wibawa)

Ada yang kalian ingin sampaikan?


Aji dan Farid sama-sama diam membuang wajah. Farid tiba-tiba saja mendapatkan kesadarannya penuh.

DARA

Apa gue berbuat salah? Kenapa kalian berdua menemui Lia tapi tidak menemui gue terlebih dahulu?


FARID

Lo udah cari tahu?


DARA

Cari tahu apa? Gue nggak tahu harus cari kemana Rid.


AJI

Dia hilang ingatan Rid.


FARID

Gue tahu.


Aji terdiam bingung

FARID

Tapi bukan berarti dia lepas gitu aja, keluarganya udah bikin gue sengsara. Gue dipenjara Ji, dua tahun. Kalian enak punya orang tua kaya yang begitu peduli. Gue dibuang. Kejadian itu buat keluarga gue bangkrut dan mereka membuang gue.


AJI

(mencoba menenangkan)

Rid,


FARID

(marah besar)

Kalian bertunangan bagai tidak terjadi apa-apa, keluarga lo


FARID (CONT'D)

(menunjuk Dara)

Keluarga lo busuk, lo tahu. Mereka buat Aji hampir bangkrut dan pergi ke Paris.


AJI

(berdiri dari sofa marah)

FARID!


FARID

(sudah gemas dan kesal)

Biar dia tahu, kalau nggak karena Aji kembali ke Jakarta gue mungkin udah jadi gelandangan. Dan lo kemana? Menghilang begitu saja.


Dara dengan tenang mendengar semua keluh kesah Farid. Dia mengepal tangannya kuat, semua ini sungguh menjengkelkan.


AJI

Nggak usah dengerin dia Dar, dia…


FARID

(mendorong tubuh Aji)

Apa lo bilang?


AJI

Stop pake barang haram itu.


FARID

(semakin emosi dan mendorong tubuh Aji, dia kalap mata)

(teriak) Lo yang stop, stop belain dia dan stop peduli sama dia. Dia nggak peduli sama kita Ji.


AJI

(meraih kerah Farid)

Gue bilang berhenti ya berhenti.


Keadaan begitu menegangkan, mereka hampir adu jotos


DARA

(teriak untuk melerai)

CUKUP!


Farid dan Aji sontak melepaskan satu sama lain


DARA

Gue mau masalah ini kelar. Apa yang bisa gue perbuat untuk menebus kesalahan gue? Gue nggak mau kita terus menyalahkan satu sama lain, kejadian itu cukup menjadi pelajaran paling berharga.


FARID

(memijat kepalanya pusing)

Gue butuh uang.


Aji memejamkan mata mendengarnya, dan Dara tersenyum tipis.


CUT TO:


71.INT. RUANG KERJA TORO-MALAM


TORO

Bodoh, kamu bodoh sekali. Kamu habis uang milyaran untuk proyek yang tidak jalan.


TITI

Pa, saya kena tipu. Mereka bilang akan untung besar, ternyata itu proyek mati. Mobil mereka gagal uji emisi.


YUDHO

Sabar Pa, dia pasti juga kaget. Ti, memangnya kamu tahu dari mana proyek itu?


TITI

Mas, itu proyek temannya Mas Okta. Saya percaya karena Mas Okta kenal.


TORO

(emosi)

Masa kamu nggak periksa latar belakangnya? Apa kamu percaya sama semua orang. Sekarang gimana caranya Papa nggak mau tahu kamu kembalikan duit itu.


TITI

Saya duit dari mana Pa, maafin saya Pa.


TORO

Anak nggak tahu diri, seenaknya ngabisin uang. Tidak bertanggung jawab. Bawa dia keluar!


TITI

Pa, tolong Pa. Tolong saya Pa.


Titi diseret oleh anak buah Toro keluar


TORO

(sedikit kehabisan napas)

Jangan sampai dia masuk ke sini lagi. Saya nggak mau liat wajahnya.


YUDHO

Saya mengerti kalau Papa marah, tapi Papa harus sabar. Papa harus jaga kesehatan Papa, ok.


TORO

(duduk di kursinya)

Hmm.


Setelah keadaan tenang barulah Yudho keluar, di sana ternyata Titi, Regina dan Okta telah menunggunya.


TITI

Gimana? Papa masih marah?


YUDHO

Dia sudah tenang, tapi dia nggak mau melihat wajah kamu.


TITI

(menatap suaminya tajam)

Ini semua gara-gara kamu. Kalau teman kamu nggak nipu, Papa nggak akan marah sama saya.


OKTA

Saya juga nggak tahu kalau dia itu penipu, hah sialan.


Titi yang masih emosi memukuli Okta dengan tas miliknya sembari mereka berjalan pergi dari rumah itu. Regina tersenyum tipis melihatnya.


REGINA

Papa pasti marah besar.


YUDHO

(tersenyum lebar dengan satu tangan di saku)

Mereka pasti akan kena masalah besar.


CUT TO:


72.INT. DI DALAM MOBIL-PAGI

Bintang bersama pengasuhnya sedang bermain di sebuah taman. Hari ini tiba-tiba saja Bintang merengek pada pengasuhnya meminta dibawa ke tempat biasa ia bermain dengan Aji. Diam-diam tanpa pengawal mereka berjalan keluar rumah tanpa ada yang tahu. Sesampainya di taman, Bintang lalu berlarian kesana kemari sambil bermain balon tiup sabun. Anak seumuran Bintang meman tidak bisa diam, selalu saja ada tingkahnya.

Ani sang pengasuh mengawasinya dari jauh sampai tanpa sengaja dia lupa karena sang pacar menghubungi membuat Ani terpecah konsentrasinya. 


Saat sadar dia terkejut mendapati bintang tidak ada di sepanjang ia memandang. Sontak dia panik dan mencari anak itu.


ANI

(teriak berkeliling)

Bintang…Bintang.


Beberapa kali menyusuri taman namun tidak juga melihat keberadaan anak majikannya itu. Ani semakin panik, dia sepertinya harus memanggil security. Kembali ke tempatnya semula, betapa ia terkejut saat melihat Bintang sudah duduk berada di sana sambil memegang mainan bola di tangannya.


ANI

(berlari menghampiri)

Ya ampun Bintang, kamu dari mana sih? Itu mainan dari siapa?


BINTANG

(menunjuk sebuah tempat duduk)

Dari sana, tadi ada Oma yang beliin Bintang ini.


ANI

Oma? Mana Omanya?


Bintan kemudian menoleh kesana kemari namun tidak menemukan orang yang ia cari.


ZOOM IN : Pundak seorang wanita paruh baya yang melangkah masuk menuju mobilnya dengan kacamata hitam sambil menoleh beberapa saat membenarkan kacamatanya kemudian masuk dan pergi.


CONTINUE



Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar