Musim Semi dan Kisah yang Hilang dalam Mimpi
10. Adakah Kesempatan Kedua?

70.INT. LORONG GELAP — NIGHT (DREAM SEQUENCE)

Kai membuka matanya. Dia berada di tempat yang gelap gulita. Isak tangis yang biasa muncul di mimpinya itu kembali terdengar. Kai menoleh dan kembali menemukan seorang gadis yang meringkuk sambil menangis.

Kai takut. Namun, kali ini dia memberanikan diri untuk melangkah mendekat. Kai melangkah perlahan, selangkah demi selangkah. Dengan hati-hati, Kai mengulurkan tangan untuk menyentuh gadis itu. Namun… sebelum tangannya berhasil menyentuh tangan gadis itu, tangan lain yang lebih kecil muncul di depan tangan Kai. Kai menoleh dan menemukan Kai Kecil sedang memasukkan sebotol obat merah ke dalam genggaman tangan gadis itu. Kai melangkah mundur, kamera fokus pada Kai Kecil dan gadis itu. Gadis itu mengangkat wajahnya dan melihat obat merah di tangannya. Dia mendongak menatap Kai Kecil. Akhirnya kita bisa melihat bahwa gadis itu adalah Cho.

KAI KECIL
Mama bilang, kalau pakai itu lukanya cepet kering, Kak.

Begitu selesai bicara, Kai Kecil berlari pergi. Tetapi tiba-tiba Kai Kecil kembali lagi. Cho menatapnya dengan bingung.

KAI KECIL
Tapi kalau udah, nanti kembaliin ya, Kak. Mama cuma punya satu.

Cho tersenyum geli sambil mengusap air matanya. Cho bangkit berdiri.

CHO
Kamu anaknya Bu Marni?

Kai Kecil menggeleng.

CHO
Terus siapa?
KAI KECIL
Keponakannya, Kak.
CHO
Terus nama kamu?
KAI KECIL
Namaku aneh, Kak.

Cho tertawa kecil.

CHO
Kok, gitu? Siapa yang bilang?
KAI KECIL
Orang-orang. Yang paling sering, sih, Budhe Sur.
CHO
Namaku juga aneh. Ayo, coba siapa yang lebih aneh?

Kai Kecil berpikir sebentar, lalu memutuskan untuk menjawab.

KAI KECIL
Namaku Kai. K-A-I. Kai
CHO
Kai? Bagus, kok. Enggak aneh. Namaku Joannika. Lebih susah, kan?

Kai Kecil mengernyit bingung.

KAI KECIL
Cho… Cho… apa, kak, tadi?

Cho tertawa lebih keras.

CHO
(menimbang-nimbang)
Cho.. Cho.. Hmm..
(beat)
Bagus juga. Aku suka.

Cho mengulurkan tangannya ke Kai.

CHO
Mulai sekarang, aku enggak mau kamu panggil Joannika, ya. Kamu harus panggil aku Cho. Oke?

Kai Kecil tersenyum tipis. Dengan ragu, Kai Kecil membalas uluran tangan Cho. Mereka berjabat tangan dan saling bertukar senyum.


CUT TO:

71.INT. RUMAH RASYID DAN MARNI - KAMAR KAI — NIGHT

Kai membuka matanya tiba-tiba, wajahnya terlihat tak tenang. Dia bangkit dan langsung membuka laci, mencari data milik Joannika. Kai mengeluarkan data itu dan membacanya ulang.

Kai berpikir sejenak. Kemudian, dia meraih jaket di meja dan keluar kamar dengan tergesa-gesa.

72.INT. RUMAH RASYID DAN MARNI - RUANG KELUARGA — CONTINUOUS

Ryan yang sedang tiduran di sofa, terbangun saat Kai berjalan cepat melintasi ruang keluarga menuju pintu depan.

RYAN
Mau ke mana?
KAI
Ke rumah Pak Braga
RYAN
Hah? Ngapain?

Ryan langsung bangkit berdiri, mendekati Kai.

KAI
Joannika itu Cho.
RYAN
Kok, bisa?
KAI
Aku inget. Cho itu panggilanku buat dia. Aku enggak salah. Cho itu bener anak Pak Braga.

Kai hendak membuka pintu, Ryan menahannya.

RYAN
Ya, tapi terus ngapain ke rumah Pak Braga?
KAI
Kan, kamu yang bilang. Kita harus selesaiin semuanya sampai tuntas. Aku harus cari tahu lebih banyak tentang Cho.
RYAN
Ya, tapi apa harus sekarang? Udah malem.
KAI
Justru harus sekarang, mumpung Budhe-Pakdhe belum pulang.
RYAN
Nanti kalau kamu dicekik lagi gimana?
KAI
Kan ada kamu.
RYAN
Maksudmu aku yang dicekik?
KAI
Kamu yang jagain aku.
RYAN
Kai, aku ditonjok dikit aja pingsan.
KAI
Ya, kalau kamu takut, aku bisa ke sana sendiri.

Kai membuka pintu dan keluar. Ryan bingung dan panik. Dia akhirnya mengambil jaket seadanya di ruang keluarga dan berlari menyusul Kai.

RYAN
Kai, tungguin!

73.EXT. TERAS/HALAMAN RUMAH BRAGA — MOMENTS LATER

Kai berjalan masuk ke halaman rumah Braga dengan sangat cepat dan yakin. Ryan mengikuti di belakangnya dengan cemas.

RYAN
Kai, pokoknya kamu jangan emosi. Diomongin baik-baik dulu. Oke?

Kai dan Ryan berhenti di depan pintu. Tanpa ragu, Kai langsung mengetuknya keras-keras. Ryan semakin cemas.

74.I/E. TERAS/RUANG DEPAN RUMAH BRAGA — CONTINUOUS

Tak lama, pintu itu terbuka. Terlihat Braga berdiri di ambang pintu, menatap Kai dengan dingin dan dahi berkerut.

BRAGA
Ngapain kamu?

Kai membalas tatapan Braga tanpa takut.

KAI
Saya butuh tahu lebih banyak tentang Joannika.

Tak ada jawaban. Braga menatap Kai sejenak. Lalu…

BRAGA
Pulang sana!

Braga hendak menutup pintu, tetapi Kai langsung menahannya. Kai menatapnya dengan memohon.

KAI
Tolong, Pak. Saya bener-bener butuh info tentang Joannika. Saya harus inget dia.

Braga menatap Kai dengan marah.

BRAGA
Jangan sekali-sekali kamu berani nyebut nama Joannika lagi. Pulang! Balik sana berlindung di ketek budhemu itu!
RYAN
Pak, Kai enggak ada maksud jelek sama sekali. Dia–
BRAGA
DISURUH PULANG, YA PULANG SANA!
RYAN (O.S.)
Pak Braga, tolong dengerin kami…

Sementara itu, pandangan Kai terus tertuju pada pintu kamar di belakang Braga. Dia yakin ada sesuatu di sana. Tak sabar, Kai dengan nekat mendorong Braga dan berlari masuk.

BRAGA
HEH, KURANG AJAR!

Ryan langsung memeluk Braga, menahannya sekuat tenaga, Kai berlari ke pintu tadi dan membukanya.

75.INT. KAMAR CHO — CONTINUOUS

Pintu terbuka dan Kai terperangah melihat isi kamar itu. Kamar itu persis dengan lantai atas vila tua yang biasa dia kunjungi bersama Cho.

Kai memperhatikan seluruh ruangan. Meja, pot bunga, jendela, lukisan-lukisan yang digantung. Semua sama persis. Di belakang Kai, Ryan masih sibuk menahan tubuh Braga, Suara gerutuan Braga terdengar samar.

Kai mendekati lukisan-lukisan yang digantung. Semua lukisan itu sama persis seperti yang tergantung di vila tua. Terdengar VO bersama dengan memori-memorinya bersama Cho di tempat itu kembali berkelebatan.

KAI (V.O.)
Kenapa di semua lukisanmu ada kupu-kupu?
CHO (V.O.)
Hmm… karena aku suka kupu-kupu, mungkin? Lebih ke iri, sih, sebenernya. Aku juga pengin kayak mereka… bisa terbang bebas ke mana pun mereka mau. Hinggap di tempat-tempat yang cantik.

Flashback Montages:

76.EXT. BUKIT - DAY (FLASHBACK)

Kai menangkap serangga dan menakut-nakuti Cho.

77.EXT. SAWAH - DAY (FLASHBACK)

Cho berjalan di tengah sawah, diikuti Kai di belakangnya.

78.INT. LANTAI ATAS VILA TUA - AFTERNOON (FLASHBACK)

Kai dan Cho duduk bersisian di lantai, bersandar ke dinding. Radio di pangkuan Kai. Mereka mendengarkan lagu dari sana sambil tersenyum.

End of Flashback Montages.

BACK TO SCENE:

Kai menatap gambar kupu-kupu di salah satu lukisan.

KAI (V.O.)
Kalau kamu segitu penginnya pergi? Ngapain kamu masih di sini?
CHO (V.O.)
Enggak bisa…
(beat)
Masih ada seseorang yang harus aku jaga.

Pandangan Kai beralih ke jendela, Dia melihat kupu-kupu kecil hingga di kaca jendela… lalu terbang. Kai langsung tampak panik dan berlari keluar untuk mengejarnya.

Braga dan Ryan melihat Kai yang berlari keluar begitu saja.

BRAGA
ANAK KURANG AJAR! BALIK KAMU!

Braga melepaskan tubuhnya dari Ryan dan langsung berlari mengejar Kai. Ryan yang kehabisan tenaga ikut berlari menyusul dengan terseok-seok.

79.EXT. JALANAN BUKIT — MOMENTS LATER

Kai berlari menanjaki bukit, pandangannya bergerak ke segala arah, mencari kupu-kupu tadi. Tak jauh di belakangnya terlihat Braga berlari, kesulitan menyusul Kai.

Terlihat kupu-kupu yang hingga di bunga liar bergerak terbang. Kai melihatnya dan langsung mengikutinya.

BRAGA
HEH, BERHENTI! BERHENTI!

Kai terus berlari mengikuti kupu-kupu. Namun ketika dia hampir sampai di puncak, Braga berhasil menyusulnya dan menarik tubuh Kai berbalik menghadap ke arahnya. Braga menarik kerah jaket Kai kuat-kuat, membuat tubuh Kai nyaris terangkat.

BRAGA
Berani-beraninya kamu seenaknya masuk dan pergi gitu aja. Kamu pikir kamu bisa lolos lagi? Hah?! Kamu pikir kamu seberuntung itu?! KAMU ITU UDAH BUNUH JOANNIKA!

Angin berhembus kencang. Suara gesekan ranting pohon dan rumput terdengar semakin jelas. Tatapan Braga perlahan bergeser ke belakang Kai. Matanya membelalak. Genggamannya di kerah Kai mengendor.

Kai menatap Braga dengan heran. Wajah Braga terlihat takut dan sedih.

BRAGA
(berbisik)
Jo-joannika?

Kai terkejut dan segera membalik badannya. Di puncak bukit, terlihat Joannika berdiri membelakangi mereka. Angin meniup rambutnya yang dikepang. Kai melangkah mendekat perlahan, masih merasa tak percaya.

KAI
Cho…?

Cho menoleh ke belakang….. tersenyum ke arah Kai.

Kai mempercepat langkahnya… hingga akhirnya berlari. Kai menghambur untuk memeluk Cho. Namun…

Cho tiba-tiba menguap hilang di dalam pelukannya. Pemandangan di sekitar Kai bergerak cepat seperti film yang fast-forward dan kemudian..

80.EXT. HALAMAN VILA TUA — DAY

Kai melihat ke sekeliling dan tiba-tiba dia berada di halaman vila tua. Langit berubah terang. Kai berputar dan memandang ke segala arah, berusaha mencerna apa yang terjadi. Hingga terdengar suara…

CHO (O.S.)
Ayo, cepet kita buka!

Kai berbalik dan menemukan sosok Cho dan Kai Kecil berlari, lalu duduk di pojok halaman. Kai Kecil memangku sebuah kotak kado. Kai Kecil membuka kotak itu dan mengeluarkan syal warna pink dan biru. Kai Kecil langsung menyerahkan syal warna pink ke Cho dan melilitkan syal warna biru ke lehernya sendiri.

Kai memperhatikan Cho dan Kai Kecil dari jauh. Mereka berdua terlihat seperti saudara kandung. Kemudian, terdengar suara lagi…

CHO (O.S.)
(membaca)
Semua anak, kecuali yang satu itu, tumbuh dewasa…
KAI KECIL (O.S.)
Peter Pan lagi?

Kai menoleh lagi. Di bawah pohon, Kai Kecil duduk bersebelahan dengan Cho. Cho sedang membaca buku.

CHO
Kenapa? Kan, bagus.
KAI KECIL
Tapi aku udah tahu ceritanya.
CHO
Eh, coba dengerin dulu…
(lanjut membaca)
Mereka cepat tahu bahwa mereka akan tumbuh dewasa, dan beginilah cara Wendy mengetahuinya…

Kai tersenyum memandangi mereka berdua. Kemudian, terdengar suara lagi, kali ini setengah berteriak…

CHO (O.S.)
ATI-ATI! ATI-ATI, KAI!

Kai menoleh. Terlihat Kai Kecil terjatuh dari sepeda. Cho langsung berlari mendekat dan membantunya bangun.

KAI KECIL
(merengek)
Kan, aku bilang jangan dilepas.
CHO
Ya, kalau enggak dilepas kamu kapan bisanya?

Kai berjalan perlahan mengelilingi halaman. Di dekat teras, terlihat Cho dan Kai Kecil sedang sibuk mengerjakan PR bersama. Cho menjelaskan sesuatu di buku Kai Kecil.

Di tengah halaman, Cho dan Kai Kecil tengkurap di atas rumput. Cho melukis sesuatu di kertas gambar, sementara Kai Kecil melontaran ide-ide.

KAI KECIL
Di sini ditanami bunga tulip…
CHO
Emangnya bisa tumbuh?
KAI KECIL
Emangnya enggak bisa?

Kai terus berjalan meninggalkan Cho dan Kai Kecil yang sibuk menggambar. Kai mendongak. Di atas pohon, terlihat Cho dan Kai Kecil sedang duduk di salah satu rantingnya. Cho menyerahkan kalung kunci kepada Kai. Kai menerimanya sambil tersenyum lebar.

Kai berjalan lagi. Kali ini dia berpapasan dengan Kai Kecil yang berlari dengan panik. Kai menoleh. Dia melihat Kai Kecil yang panik melihat ke kanan dan kiri sambil beteriak memanggil Cho.

KAI KECIL
CHO! CHOO!!

Kai Kecil mlihat asap keluar dari pintu gudang. Dengan panik, dia langsung berlari masuk.

KAI KECIL
CHOOO!!!

Kai berdiri di depan pintu gudang yang setengah terbuka. Dia bisa melihat ada cahaya api di sana. Wajah Kai langsung menegang dan ketakutan. Perlahan dia melihat api itu mulai merambat ke pintu.

KAI
Cho! Cho, cepet keluar! CHOOO!!!

Dengan tubuh yang bergetar, Kai memberanikan diri melangkah masuk ke gudang.

81.INT. GUDANG VILA TUA — CONTINUOUS

Api telah membesar di dalam gudang. Kayu-kayu di langit-langit mulai berjatuhan. Asap tebal menghalangi pandangan. Kai terus melangkah sambil menghindari api. Hingga terdengar suara tangisan Kai Kecil, membuat Kai mendekatinya.

Kai melihat Kai Kecil duduk di lantai sambil mengenggam tangan Cho. Tangan Cho penuh goresan silet yang berdarah-darah. Tubuh Cho bersandar di kaki meja dengan lemas, wajahnya pucat. Kai Kecil menengadahkan wajahnya, memandang ke arah Kai, terlihat air matanya mengalir deras.

KAI KECIL
Tolong… Tolong, Kak… Cho bisa mati.. Tolong..

Dengan ketakutan, Kai berjongkok dan meraih tangan Cho.

KAI
Cho, cho… Ayo kita keluar…

Kai merangkulkan sebelah tangan Cho ke lehernya, lalu membantunya berdiri. Namun, tubuh Cho terlalu lemah hingga mereka berdua terjatuh.

Kai mencoba mengubah posisi dan mengangkat Cho lagi, tetapi dia tidak kuat dan kembali gagal.

CHO
Kai… Lari…

Kai menggeleng, menolak permintaan Cho. Kai terus berusaha mengangkat tubuh Cho.

KAI
Kita semua mesti keluar!
CHO
Lari, Kai… Kamu harus selamat…

Saat itu, tiba-tiba sepotong kayu yang terbakar jatuh di depan Kai Kecil. Kai Kecil menghindar mundur, tetapi percikan api mengenai mata kirinya. Kai Kecil menunduk, menutup matanya sambil menangis kesakitan. Kai yang melihatnya semakin panik.

Tangan Cho yang lemas mengenggam tangan Kai, membuat Kai menoleh ke arahnya. Cho berbicara dengan sedikit tenaga yang tersisa.

CHO
Cepet keluar dari ini, Kai. Kamu harus selamat…

Kai menggeleng lagi, mulai menangis sambil menganggam tangan Cho. Cho perlahan menarik tangannya dari genggaman Kai.

CHO
Cepet lari, Kai! Lari!

Suara tangisan Kai Kecil makin keras. Kai melihat Cho dan Kai Kecil bergantian… dia pun memutuskan.

KAI
Tunggu, Cho. Aku bakal balik lagi buat bawa kamu keluar. Tunggu…

Kai bangkit dan menghampiri Kai Kecil. Dia menggendong Kai Kecil di punggungnya. Kai melirik ke arah Cho sekilas. Cho sudah nyaris tak sadarkan diri. Kai pun berlari secepat mungkin sambil menghindari api, mencoba keluar dari gudang.

82.EXT. HALAMAN VILA TUA — CONTINUOUS

Kai berhasil keluar dari gudang. Di depan gudang terlihat penduduk desa telah berkerumun. berkerumun sambil membawa ember-ember berisi air, berusaha memadamkan api.

Kai terjatuh dan terbatuk-batuk. Kai Kecil ikut terjatuh. Saat itu, tiba-tiba terdengar suara akrab memanggil namanya… suara Lastri.

LASTRI (O.S.)
Kaiii! Kaiii!

Kai Kecil bangkit berdiri dan menghampiri Lastri, meninggalkan Kai yang masih bersimpuh di tanah.

KAI KECIL
Mama!

(Kai’s POV) Lastri menoleh dan melihat Kai Kecil. Dengan kelegaan luar biasa, Lastri membuka kedua tangannya, siap memeluk Kai Kecil. Kai Kecil menghambur ke pelukan Lastri. Mereka berdua berpelukan erat. Pandangan Kai perlahan miring dan mengabur, seiring dengan tubuh Kai yang terjatuh pingsan. Pemandangan di depannya semakin kabur dan… gelap.

FADE TO BLACK







Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar