Musim Semi dan Kisah yang Hilang dalam Mimpi
3. Namanya Cho

13.INT. RUMAH RASYID DAN MARNI - KAMAR KAI — AFTERNOON

Kai berdiri di depan jendela, melihat keluar. Di belakangnya, Marni masuk sambil membawa kotak berisi obat-obatan.

MARNI
Vila itu udah lama banget enggak diurus. Takutnya di sana ada yang bahaya. Lain kali hati-hati, ya, Kai. Enggak usah deket-deket ke sana dulu.

Kai membalik badannya dan menggangguk patuh.

KAI
Maaf, Budhe.
MARNI
Lagian kamu itu nyari apa sampai ke sana?

Kai mendekat dan mengambil kotak obat dari tangan Marni.

KAI
Bukan apa-apa,kok, Budhe.

Marni berpikir sejenak sebelum berkata pada Kai.

MARNI
Budhe tadi beres-beres kamarmu…
(beat)
Obat tidurmu Budhe taruh di laci, ya.

Kai terlihat terkejut saat Marni menyebut obat tidur. Kai mengangguk dengan canggung. Marni terus memandangi Kai. Wajahnya terlihat cemas.

KAI
Obatnya cuma buat jaga-jaga, Budhe.

Marni tetap memandangi Kai lekat-lekat. Wajahnya terlihat sedih. Kai rikuh sendiri.

MARNI
Enggak papa. Tapi kalau ada apa-apa, kamu cerita ke Budhe, ya. Rumah sakit besar di sini emang jauh, tapi kita masih bisa nganter kamu kalau perlu.
(beat)
Apa sabtu besok? Kita coba cari psikiater yang bagus?
KAI
Enggak usah, Budhe. Aku enggak papa. Nanti Budhe sama Pakdhe malah repot.

Marni menarik napas dalam dan menyentuh lengan Kai.

MARNI
Kamu denger omongannya Budhe Sur di telepon?

Kai tak menjawab. Tatapannya terarah pada kotak obat di tangannya. Marni menepuk-nepuk lengannya.

MARNI
Buat orang-orang kayak Budhe Sur, kondisi kamu itu agak susah buat dipahami. Mereka bukan benci sama kamu, mereka cuma belum ngerti.
(beat)
Kamu tahu, enggak, apa yang kita harus punya buat bahagia?

Kai mengangkat wajahnya, menatap Marni dengan ragu.

MARNI
Ada dua hal.
(beat)
Yang pertama, cinta. Kedua, tidur yang nyenyak.

Kai mengerutkan dahinya, tak mengerti. Marni menepuk lengan Kai dengan lembut.

MARNI
Semua orang berhak punya tidur yang nyenyak, Kai.
(beat)
Termasuk kamu.

Kai terdiam menatap Marni. Marni tersenyum meyakinkan Kai.

MARNI
Makanya biar bisa tidur nyenyak, kamu enggak perlu mikirin omongan orang-orang. Ya?

Kai memaksakan senyum dan mengangguk dengan canggung.

14.INT. RUMAH SAKIT - DEPAN UGD — NIGHT (DREAM SEQUENCE)

Kai berlari, kemudian berhenti di depan pintu UGD, terengah-engah. Dia berjalan mendekat ke pintu UGD. Tubuhnya gemetar. Air mata mengalir di pipinya. Kai menyentuh pintu UGD sambil menangis terisak.

KAI
Mama.. Mama.. Mama..

Suara Kai semakin lama terdengar semakin putus asa. Kai pun menggedor pintu UGD, semakin lama semakin keras.

KAI
Mama.. Jangan pergi, Ma! MAMA!

Terdengar suara perempuan misterius bergaung di telinga Kai.

PEREMPUAN MISTERIUS (V.O.)
Lari…

Kai terdiam, berusaha mendengar suara itu lebih jelas.

PEREMPUAN MISTERIUS (V.O.)
Lari, Kai… Kamu harus selamat.

Kai bergerak mundur perlahan.

PEREMPUAN MISTERIUS (V.O)
Cepat lari, Kai! Lari!

Kai pun berbalik dan berlari panik menyusuri lorong rumah sakit. Lorong rumah sakit itu perlahan bertambah gelap, hingga sekitar Kai berubah menjadi ruang kosong yang gelap. Terdengar isak tangis perempuan, membuat Kai berhenti berlari.

Di depannya, terlihat seorang gadis meringkuk sambil menangis terisak. Kai mendekat dengan hati-hati. Dia menunduk dan meraih tangan gadis itu. Tangan itu berlumuran darah. Darah itu mengotori tangan Kai. Kai terkejut.

15.INT. RUMAH RASYID DAN MARNI - KAMAR KAI — NIGHT

Kai membuka matanya. Dia terengah-engah, kehabisan napas. Tubuhnya bersimbah keringat. Kai bangkit dari posisi tidurnya. Dia mengusap keringat di wajahnya. Wajahnya masih terlihat ketakutan.

Kai bergeser ke tepi tempat tidur dan membuka laci, mencari obat tidur dengan buru-buru. Saat dia menemukannya, Kai langsung mengambil dan mengeluarkan satu butir obat tidur dari sana. Kai menatap sebutir obat tidur di tangannya itu, lama.... dan Kai akhirnya melempar obat tidur itu ke seberang ruangan, lalu menangis putus asa.

16.EXT. HALAMAN VILA TUA — DAY

Kai mengendap-endap di halaman. Dia mendekat ke jendela dan melihat kalung kuncinya tergeletak rapi di bawah jendela, seakan ada yang sengaja meletakkannya di sana. Kai mengambi kalung kunci itu dan menatapnya dengan heran.

Kemudian Kai melihat jendela keruh di depannya. Dia mendekat dan berusaha melihat ke dalam vila, mencari Cho. Tangannya menyapu debu di kaca jendela, kemudian membuat bentuk teropong dengan tangannya dan menempelkan wajahnya di sana.

Tiba-tiba terdengar suara Marni dan Rasyid mendekat. Kai langsung berjongkok, berusaha menyembunyikan diri di balik rumput.

MARNI (O.S.)
Jangan lupa pagernya dikunci. Biar anak-anak enggak sembarangan masuk.
RASYID (O.S.)
Kuncinya aja sampai karatan, enggak bisa dibuka.
MARNI (O.S.)
Tapi Kai kok bisa masuk?
RASYID (O.S.)
Ya, enggak tahu. Dia manjat mungkin. Tapi menurutmu Braga masih ke sini enggak, ya? Dia masih punya kuncinya?
MARNI (O.S.)
Enggak punya. Lagian enggak mungkin, tho. Ngapain juga Braga ke sini lagi?

Kai mengendap-endap menjauh. Dia bergerak ke arah pohon, kemudian bersembunyi di belakangnya. Kai mengintip dari balik pohon dengan hati-hati, berusaha melihat Marni dan Rasyid. Tiba-tiba ada seseorang yang menyentuh pundaknya.

Kai membalik badannya dan terkejut melihat Cho, yang masih dengan penampilan persis seperti terakhir terlihat. Kai nyaris berteriak, tetapi Cho buru-buru mengenggam tangan Kai dan meletakkan telunjuk di depan bibirnya, meminta Kai diam.

Cho melihat posisi Mirna dan Rasyid, kemudian memberi isyarat agar Kai mengikutinya. Kai bingung, tetapi membiarkan Cho menariknya berlari. Mereka berlari mengelilingi halaman hingga sampai ke pintu depan vila, masuk lewat sana.

17.INT. LANTAI BAWAH VILA TUA — CONTINUOUS

Cho mendorong Kai ke belakang pintu, bersembunyi di sana. Suara obrolan Marni dan Rasyid masih terdengar samar-samar. Kai memperhatikan Cho, masih merasa Cho tidak nyata. Tanpa sadar, Kai mengulurkan jarinya dan menyentuh pipi Cho. Cho menoleh, menatap Kai dengan polos.

KAI
(berbisik)
Kamu sebenernya siapa, sih?

Cho tersenyum jail.

CHO
(berbisik)
Coba kamu tebak.
KAI
(kesal, suara lebih keras)
Kenapa malah jadi tebak-tebak-

Cho langsung membungkam mulut Kai dengan tangannya. Kai langsung membeku, antara terkejut dan gugup. Cho meraih tangan Kai lagi, kemudian berbisik.

CHO
Ikut aku.

Cho menarik Kai.

18.INT. LANTAI ATAS VILA TUA — CONTINUOUS

Cho menaiki tangga dan sampai di lantai dua. Kai menyusul di belakangnya. Mulut Kai membulat kaget saat melihat suasana di lantai dua. Lantai dua terlihat terang dan bersih dengan dinding warna pastel. Ada banyak tanaman hias, perabotan, dan kertas-kertas lukisan yang digantung di dinding. Semua terlihat bersih dan terawat.

Cho berbalik dan tersenyum ke arah Kai.

CHO
Sekarang coba tebak, sia-

Kai yang masih terperangah mengamati ruangan, menyela ucapan Cho.

KAI
Kamu itu… peri, ya?
CHO
Hah?
KAI
Tahu, kan? Semacam Tinkerbell atau peri biru di Pinokio gitu.

Cho tersipu malu.

CHO
Emang aku secantik itu, ya?
KAI
Atau penyihir?

Senyum Cho memudar.

KAI (CONT'D)
Hantu? Siluman? Vampir?

Cho menatap Kai dengan kesal.

CHO
Namaku Cho.
(beat)
Dan aku bukan peri.
(beat)
Bukan juga penyihir.
KAI
Tapi bukan manusia, kan?

Cho mengangkat alisnya.

KAI
Budhe bilang vila ini udah lama enggak diurus. Jadi siapaun yang tinggal di sini…
(beat)
Harusnya bukan manusia, sih.

Cho mendekat selangkah ke arah Kai, kemudian berbisik jail.

CHO
Kamu takut, ya?
KAI
Aku bukan penakut.
CHO
Waktu itu bukannya kamu ketakutan lihat aku?

Kai menggerutu kesal sambil berjalan mengelilingi ruangan, berusaha menjaga jarak dari Cho. Cho terus mengikuti di belakangnya.

KAI
Ya, itu karena kamu ngagetin. Muncul enggak pakai permisi. Hilang juga enggak pakai permisi. Walaupun bukan manusia, kamu harusnya sopan.
CHO
Karena itu kamu nyariin aku ke sini?
KAI
Ih, siapa yang nyariin?

Kai melewati kertas lukisan-lukisan yang digantung. Lukisan berbagai pemandangan desa dengan kupu-kupu yang terbang di sana.

CHO
Terus siapa lagi, dong? Kan, cuma aku yang ada di sini.
KAI
Ya, kan…aku cari ini.

Kai mengeluarkan kalung kunci dari sakunya, menunjukkannya ke Cho sebagai bukti. Cho tersenyum.

CHO
Kalung itu penting banget buat kamu, ya?

Kai mengerutkan dahinya. Dia menatap kalung kunci di tangannya, kemudian mengangkat bahu.

KAI
Enggak tahu, sih. Tapi dari dulu kunci ini selalu-

Kai tersadar sudah berbicara ke mana-mana. Dia menggeleng dan mengembalikan topik ke awal.

KAI
Enggak usah ngalihin pembicaraan, deh. Mending kamu ngaku aja. Kamu manusia apa bukan? Kenapa bisa tinggal di sini?

Cho tertawa kecil.

KAI
Kok, ketawa?
CHO
Lucu aja lihat kamu jadi banyak ngomong lagi.

Kai berdeham, salah tingkah. Dia menatap ke segala arah dengan canggung.

KAI
Mending aku balik, deh. Budhe sama Pakdhe pasti udah nyariin.

Kai melangkah buru-buru ke arah tangga. Pandangan Cho mengikuti Kai.

CHO
Tapi besok kamu kembali ke sini, kan, Kai?

Langkah Kai terhenti. Dia berbalik dan menatap Cho. Dahi Kai berkerut bingung.

KAI
Kok, kamu tahu namaku?

Cho tersenyum lebar.

CHO
Kenapa aku mesti enggak tahu?

Kai menatap Cho penuh tanya, sementara Cho tersenyum tanpa dosa. Kai akhirnya menggelengkan kepala dan kembali menuruni tangga.

CHO
Aku yakin kamu pasti kembali lagi. Sampai ketemu, ya.

Kai mengabaikan Cho dan berlari turun. Cho terus mengamati Kai sambil tersenyum, tetapi perlahan senyuman Cho menghilang.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar