Musim Semi dan Kisah yang Hilang dalam Mimpi
2. Gadis Misterius

7.INT. SEKOLAH KAI - RUANG KELAS — DAY

CU wajah Kai yang terlihat canggung. Tatapannya terus bergerak ke segala arah, tak tahu harus menatap ke mana. Kai sedang berdiri di depan kelas sebagai murid baru. Semua murid diam menatapnya, menunggunya berbicara.

KAI
Nama saya Kai.
(beat)
Dari Jakarta.

Semua masih diam, menunggu Kai melanjutkan ucapannya, tetapi Kai tak mengucapkan apa-apa lagi. Wali Kelas melihat Kai, memastikan dia telah selesai berbicara, kemudian bertepuk tangan canggung untuk mencairkan suasana. Murid-murid akhirnya ikut bertepuk tangan. Terlihat Ryan duduk di baris paling kanan, ikut bertepuk tangan malas.

TONO (16), murid bertubuh besar yang duduk di bangku paling belakang tiba-tiba melempar candaan.

TONO
Itu matanya belekan, ya?

Murid-murid tertawa. Kai langsung menundukkan kepala.

WALI KELAS
Tono, kamu kalau tanya itu yang sopan. Jangan kayak gitu!

GEROMBOLAN TONO, yang berisi Tono dan tiga murid lain yang duduk di sekitarnya tertawa cengengesan.

WALI KELAS
Kamu duduk di sebelahnya Ryan, ya. Kalian sepupuan, kan?
(ke Ryan)
Tolong sepupunya dibantu, ya, Ryan.

Ryan mengangguk patuh. Kai berjalan ke arah bangku kosong di sebelah kanan Ryan. SEKAR (16), gadis yang duduk di depan Ryan,terus memandangi Kai sambil tersenyum. Begitu Kai duduk, Sekar membalik badannya dan mengulurkan tangan ke arah Kai.

SEKAR
Halo, Kai. Aku Sekar.

Kai menatap uluran tangan Sekar dengan terkejut dan bingung. Ryan langsung menepuk tangan Sekar. Sekar mengaduh sambil melirik Ryan dengan kesal.

RYAN
Kenalan nanti, sekarang belajar.
SEKAR
Sok rajin.

Sekar kembali menghadap ke depan. Kai dan Ryan saling lirik dengan cangggung sebelum akhirnya saling memalingkan muka. Wali Kelas memulai pelajaran. Kai mengeluarkan buku dari tas. Dari jauh, Tono tertawa sinis sambil memperhatikan Kai.

8.EXT. JALANAN PULANG SEKOLAH — DAY

Kai dan Ryan berjalan bersisian dengan canggung. Tak ada yang berbicara dan keduanya memandang ke arah berlawanan. Ryan melangkah sambil sesekali menendang tanah, membuat Kai melirik ke arahnya.

KAI
Kalau kamu mau pergi sama temen kamu tadi, pergi aja.
RYAN
(mendengus)
Kalau kamu nyasar, yang dimarahin aku. Pake amnesia, sih. Jadi susah, kan.

Kai memandang ke sekitar dan berpikir sejenak.

KAI
Emang aku dulu sering lewat sini, ya, waktu kecil?
RYAN
Mana aku tahu. Wong kamu dulu mainnya enggak sama aku.

Kai menoleh ke arah Ryan, mengerutkan dahi.

KAI
Terus sama siapa?

Ryan melihat ke arah depan dan tiba-tiba terlihat takut.

RYAN
Eee…kita puter balik aja. Jangan lewat sini.

Ryan menarik tas Kai, mengajaknya putar balik. Namun, suara Tono membuat mereka berdua berhenti.

TONO (O.S.)
Oalah, dua rakyatku di sini, tho?

Gerombolan Tono muncul di depan mereka. Mereka tersenyum meledek dengan tatapan yang berusaha mengintimidasi. Ryan beringsut takut, sementara Kai menatap mereka dengan datar. Tono mendekati Ryan, mengacungkan tangannya.

TONO
Mana pajakmu?

Ryan menatap dengan takut-takut.

RYAN
Kemarin kan udah bayar dobel…
TONO
Kemarin, ya kemarin! Sekarang, ya SEKARANG!

Ryan langsung buru-buru merogoh saku celananya, lalu menyerahkan selembar uang dua puluh ribu dengan tak rela. Tono berganti menatap Kai. Dia tertawa menyepelekan.

TONO
Buat anggota baru, ada biaya pendaftaran, jadi bayar dua kali lipat.

Tono mengulurkan tangannya ke Kai, menagih. Namun, Kai tetap diam menatapnya dengan dingin.

TONO
Ngapain malah menteleng kaya gitu? Mentang-mentang dari Jakarta terus sok enggak mudheng sama omongan kita gitu? HA?!
KAI
Buat apa?

Tono dan Kai saling menatap. Tono heran, sementara Kai terlihat tenang dan dingin.

KAI
Buat apa mesti bayar ke kamu? Emang kamu punya wewenang apa?

Tono tertawa keras. Dia mendekati Kai, kemudian merogoh saku Kai dengan paksa. Tono tak menemukan uang di sana. Dia mengeluarkan sebuah kalung kunci dari saku Kai, lalu mengangkatnya sambil tertawa.

TONO
Kalau enggak punya uang, bilang! Apa ini? Bawa-bawa kayak ginian kayak banci!

Kai mendelik marah ke arah Tono.

KAI
Balikin.

Tono tertawa kesenangan. Dia menggoyang-goyangkan kalung itu depan Kai, kemudian menariknya setiap Kai berusaha merebutnya.

TONO
Hah? Kok, panik?! Panik! Ooo tahu aku. Mesti nyembunyiin yang enggak-enggak, tho?

Tono melempar kalung kunci itu ke salah satu gerembolannya, lalu membuat aba-aba untuk berlari. Gerombolan Tono berlari menjauh sambil membawa kalung Kai. Kai langsung mengejarnya. Ryan yang terkejut, ikut berlari menyusul sambil memanggil Kai.

9.EXT. JALANAN DESA — CONTINUOUS

Gerombolan Tono berlari di depan sambil tertawa meledek. Kai berlari tak jauh di belakang mereka, diikuti Ryan yang terengah-engah.

10.EXT. JALAN DEPAN VILA TUA — CONTINUOUS

Gerombolan Tono berhenti di depan pagar vila tua. Salah satu dari mereka melempar kembali kalung kunci itu ke Tono. Tono menangkapnya, kemudian melemparkannya ke halaman vila tua. Kai dan Ryan baru sampai.

TONO
Ambil sana, kalau bisa. Rebutan sama wewe gombel.

Gerombolan Tono berlari pergi meninggalkan Kai dan Ryan. Kai berdiri diam sambil menatap halaman vila dengan tajam. Ryan menggelengkan kepalanya, tak setuju.

RYAN
Udah, pulang aja kita. Enggak usah dicari lagi. Enggak bakal ketemu.
KAI
Kamu duluan aja.

Kai mendekat dan berusaha membuka pagar vila yang sudah berkarat. Karena tak bisa juga dibuka, Kai nekat memanjat pagar itu. Ryan menatapnya tak percaya.

RYAN
Kai! Jangan aneh-aneh, Kai!

Ryan terus memanggil Kai, tetapi Kai sudah mendarat di halaman vila tua dan terus melangkah masuk, mengabaikan Ryan. Ryan pun pergi untuk mencari bantuan.

11.EXT. HALAMAN VILA TUA — CONTINUOUS

Kai melangkah semakin dalam ke halaman vila tua itu. Terlihat rumput-rumputnya yang tinggi. Banyak daun kering yang tak pernah disapu. Kai berjalan menunduk perlahan, berusaha mencari kalung kuncinya di antara rumput-rumput.

Karena tak kunjung menemukan, sesaat Kai meluruskan tubuhnya dan mendongak menatap vila tua di depannya. Dia menatap jendelanya yang berdebu, lalu sarang laba-laba di dekat atapnya. Ada bekas terbakar di dinding. Ada tiang-tiang besi berkarat. Di tiang-tiang itu, dia melihat kalung kuncinya tergantung di sana.

Kai memanjat pohon. Saat posisinya sudah dekat dengan kalung kuncinya, Kai berusaha menjulurkan tangannya dari sana. Kai terus menjulurkan tangannya dengan hati-hati. Tangan dan tubuhnya gemetar menahan keseimbangan. Hingga tiba-tiba salah satu kakinya tergelincir. Tubuh Kai oleng.


CUT TO BLACK

12.INT. LANTAI BAWAH VILA TUA — MOMENTS LATER

Samar-samar terlihat langit-langit yang kotor penuh sawang. Kai membuka matanya perlahan. Langit-langit itu terlihat semakin jelas. Pandangannya bergerak ke sekeliling. Terlihat ruangan yang kusam, kotor, dan berantakan. Kai menyadari dirinya sedang terbaring di lantai. Dia terbatuk sambil berusaha bangkit duduk.

Kai duduk sambil menengadah, menatap ke sekeliling ruangan vila tua. Wajahnya terlihat bingung, berusaha mencerna di mana dia berada. Perlahan, di samping pundaknya muncul SEORANG GADIS yang berucap di dekat telinganya. Gadis itu adalah CHO (16).

CHO
Udah sadar?

Kai langsung tersentak kaget dan berteriak, membuat Cho ikut kaget. Kai langsung menarik tubuhnya menjauh dan membalik badannya. Di depannya terlihat Cho yang duduk bersimpuh. Cho mengenakan dress selutut warna pastel lembut dan rambut panjang yang dikepang. Wajahnya melongo bingung.

Kai membeku. Matanya mengerjap-ngerjap. Cho pun tersenyum menyapanya.

CHO
Hai.

Kai masih membeku. Cho mendekat sambil mengulurkan tangannya untuk memeriksa wajah Kai, tetapi Kai otomatis menarik tubuhnya ke belakang dan membuat tanda stop dengan tangannya.

KAI
Jangan deket-deket!

Cho langsung mematung. Kai menahan rasa takutnya dan mencoba mengamati wajah Cho di depannya. Cho terlihat sangat cantik dan dreamy. Sesaat, Kai terpesona.

RASYID (O.S.)
KAI! KAI!
RYAN (O.S)
Coba lihat di dalem, Pak.

Panggilan Rasyid membuat Kai menoleh ke pintu depan.

KAI
Di sini, Pakdhe!
RYAN (O.S.)
Nah, tho, suaranya dari dalem vila, Pak.
RASYID (O.S.)
Lha kok, ya, bisa? Wong pintunya kuncian, lho.

Kai kembali menoleh untuk mencari Cho, tetapi Cho telah menghilang. Kai kaget. Dia melihat ke kanan dan kiri untuk mencari Cho, tetapi Cho benar-benar menghilang.

Di belakang Kai terlihat Rasyid dan Ryan berhasil membuka pintu dan langsung berlari menghampiri Kai. Sementara itu, Kai masih membeku menatap ke sekitar vila. Rasyid menyentuh pundak Kai sambil memeriksa kondisinya dengan cemas.

RASYID
(ke Ryan)
Yan, bantuin Kai berdiri.

Kamera berpindah ke luar jendela vila yang terbuka. Dari balik jendela, terlihat Rasyid dan Ryan membantu Kai berdiri. Seekor kupu-kupu hinggap di tepi bingkai, kemudian terbang.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar