Muda Membara
1. Scene 1-6

1. INT. BIOSKOP — MALAM

Kita melihat popcorn yang berputar pada mesin. Kemudian di sebelahnya mesin minuman mengeluarkan susu coklat. Barista mengambil minuman itu dan memberikannya kepada ANGGI (38 tahun), ibu Kian. 

KIAN (7tahun) melihat sekitar bioskop. Ia melihat anak kecil yang dipangku. Beberapa pegawai yang baru pulang kerja mengobrol dengan rekan kerjanya. Lalu beberapa orang yang berpacaran. Ada juga para keluarga yang menonton Bersama anak-anak mereka.

Anggi duduk di sebelah Kian. Ia melepaskan sepatu haknya dan bersandar karena kelelahan.

Kian

Ngapain si orang-orang ke bioskop?

Anggi tersenyum dan memegang kepala Kian.

   Anggi
Mencari hiburan… Kian liat orang-orang di sana mereka baru pulang kerja.

Kian dan Anggi memperhatikan orang-orang di bioskop.

 Anggi (CONT’D)
Sama seperti ibu, mereka butuh hiburan karena stress di tempat kerja atau butuh hiburan untuk keluarga kecil mereka.

Anggi menggenggam tangan Kian.

Anggi (CONT’D)
Film gak cuman tentang menonton tapi juga membuat kita rileks untuk sementara menikmati sajian cerita untuk istirahat.
Kian
Ibu suka film?
Anggi
Banget.
Kian
Kalo gitu aku mau buat film supaya bisa jadi hiburan untuk ibu. Nanti kita datang ke bioskop nonton film aku.

Anggi tertawa.

Anggi
Semoga ibu bisa sehat terus jadi masih sanggup jalan ke bioskop.
  Kian
Ibu gak usah khawatir, aku janji ketika aku umur 21 tahun nanti film aku bakalan dipajang di bioskop jadi ibu gak terlalu tua untuk pergi ke bioskop.
Anggi
Oke. Janji juga filmnya gak cuman hiburan untuk ibu tapi untuk semua orang juga.

Kian dan Anggi membuat janji kelingking.


Disolve To:

2. INT. KAMAR KIAN — PAGI

Kita melihat cahaya proyektor yang menyala. Proyektor dimatikan dan cahaya menghilang. Kita melihat KIAN (17 tahun) membuka gorden. Cahaya masuk ke kamarnya yang luas dan membuat Kian terlihat seperti siluet. Kian menghirup udara dan menghembuskannya. Ia mengambil tasnya di atas meja. Pada dinding dekat meja, kita melihat poster-poster film. Kian memasukkan semua bukunya. Kemudian ia melihat sekitar mencari buku sosiologi. Ponsel Kian yang menyala berada di atas meja terhubung dengan nama kontak Kevin. Ponsel itu bersebelahan dengan foto Kian kecil dan Anggi. Kian menekan tombol loudspeaker pada ponselnya. Sambil mencari buku di sekitar, Ia menelpon.

Kian
Gue abis nonton film terus dapet ide cerita baru.
Kevin (O.S)
Tiap hari juga lu nonton film. Tiap hari juga lu punya ide. Kali ini apaan idenya?
Kian
Jadi ada anak yang pengen banget tau alasan ibunya meninggal dengan cara pergi ke sekolah ibunya kerja. Tapi si anak ini kesulitan karena banyak guru-guru sekaligus temen ibunya dipindahin ke sekolah lain.
Kevin (O.S)
Bagus tapi terlalu sulit buat di filmin, yang deket-deket sama kita aja. Mana bisa kita syuting di sekolah. Perlu banyak orang juga.
Kian
Tapi ini bagus, jadi alasan ibunya meninggal itu karena bapaknya sendiri.
Kevin (O.S)
Iya bagus tapi lu pikirin jugalah gimana caranya syuting. Lu mah ide ceritanya ribet mulu. Dah lah gue berangkat sekolah dulu.

Kevin mematikan ponselnya. Sementara Kian masih mencari bukunya.

Kian tersenyum saat menemukan buku sosiologinya di bawah proyektor dan mengambilnya. Sebelum keluar kamar, ia berkaca pada cermin besar di dekat kasurnya dan membenahi kerah bajunya. Saat akan membuka pintu, ia melihat poster Hayao Miyazaki yang tertempel di pintunya. Ia tersenyum bersemangat. Kian kemudian keluar dan pintu tertutup.

3. INT. RUANG TAMU — PAGI

Kian turun dari tangga sambil bersiul. Ia membuka aplikasi belanja online dan membeli tripod. Kian berjalan melewati AYU (mbak Kian 40 tahun) yang sedang mengepel lantai. Ayahnya, ANDI (56 tahun) duduk di sofa menengok ke arah Kian.

Andi
(Marah) Kian

MALIK (38 tahun) guru olahraga Kian yang sedang meminum secangkir kopi terkejut. Malik menoleh ke arah Kian dan pandangan mata mereka bertemu. Kian memutar bola matanya.

Andi menghampiri Kian sambil membawa koran di tangannya.

Andi (CONT’D)
Kenapa gak mau ikut Jegeg Bagus?
Kian
Ya ngapain… Jegeg Bagus bukan aku banget pa. Apaan si jegeg bagus lenggak lenggok gak jelas.

Kian seolah bisa membaca Gerakan pukulan Andi. Ia menghindari pukulan dipantatnya, bahunya dan kepalanya. Semua pukulan Andi tidak ada yang mengenai Kian.

Andi
(Beat)Kamu itu ya, beda banget dari kakakmu. Kakakmu dulu ikut jegeg bagus sekarang dia kuliah di Jepang liat kakakmu udah jadi dokter tapi kamu main mulu.

Andi emosi melihat Kian terus menghindarinya. Ia merebut pengepelan dari Ayu dan hampir memukulnya namun Ayu menghalanginya dan Malik berusaha menghentikannya.

Kian berhasil lolos dari celah Ayu dan Malik.

Kian
Aku berangkat ya pa
Andi (O.S)
(Berteriak) Kian

Kian menoleh dan ia menghindari lemparan pengepelan yang nyaris mengenainya. Sambil tertawa bangga Kian pergi dari rumah.

Kita melihat foto almarhum Anggun yang tersenyum.

4. EXT. LORONG SEKOLAH — PAGI

Seluruh siswa tiba di sekolah. Mereka berjalan ke kelasnya masing-masing. Ada juga yang mengobrol di depan kelas. DIANA (17 tahun) berjalan sambil membagikan brosur kafe yang baru buka. Beberapa anak ada yang menerimanya dan memasukkannya ke kantong, ada juga yang berjalan beberapa langkah lalu membuangnya. Diana memungut brosur “croissant & coffee” yang dibuang.

Diana menghela nafasnya. Ia memasukkan semua brosurnya ke dalam tasnya. Setelah itu ia berbelok ke ruang guru. Kian dan Kevin berjalan dibelakangnya dan melewatinya. Sambil merangkul Kevin, diam-diam Kian menengok ke belakang tersenyum melihat Diana.

Kian
Gimana kalo ceritanya itu tentang anak yang pengen nyatain cintanya dengan bikin film tapi kehalang gara-gara flashdiscknya disita sama osis.
Kevin
Kenapa disita?  

Kian terlihat berpikir sebentar dan tersenyum karena menemukan ide.   

Kian
Isi bok--

Kevin mentoyor Kian. Tepat di depan kelas 11 IPA 1 mereka menghentikan langkahnya.

Kevin
Tapi itu menarik. Lu tulis aja dulu. Lu kebiasaan dah tiap hari punya ide cerita tapi gak pernah ditulis. Dahlah, adios.

Kevin masuk ke kelas.


CUT TO:

5. INT. RUANG GURU — PAGI 

Diana yang masih menggendong tasnya masuk ke ruang guru. Ia menghampiri Ajeng (36 tahun) yang sedang minum secangkir kopi.

Ajeng
Oh Diana anakku sayang

Ajeng tersenyum gemas. Diana duduk di depan meja Ajeng, ia mengamati bando Ajeng yang bewarna kuning. Pengamatannya berhenti Ketika menyadari Ajeng meletakkan formulir di atas mejanya.

Ajeng (CONT’D)
Kamu ikut Jegeg Bagus ya

Diana melihat formulir itu.

Diana
Tap bu saya gak suka tampil di depan umum.
Ajeng
Udah sama aja kayak cerdas cermat.

Ajeng seperti mengabaikan pendapat Diana. Diana memikirkan cara untuk menghindari lomba ini dan ia teringat pada brosurnya. Diana membuka tasnya dan memberikan brosur itu.

Diana
Saya udah kerja part time bu.

Ajeng mengambil brosur itu. Ia kemudian menghela nafasnya. Ajeng mengambil kembali cangkir kopinya.

Ajeng
Diana ini permintaan dari Pak Andi ketua Yayasan lho yang ngasi kamu beasiswa. Masak kamu gak mau.

Ajeng berdiri dan menghampiri Diana. Ia memeluk Diana dan kepalanya ndusel-ndusel di kepala Diana. Sementara Diana terlihat tidak memiliki pilihan lain.

CUT TO:

6. EXT. HALAMAN SEKOLAH — PAGI

Kita melihat semua siswa berbaris dan para guru berbaris di seberang siswa. Kepala sekolah berdiri di tengah memberikan ceramah dengan suara rendah. Kevin melempar batu ke arah Kian yang berbaris pada kelas IPS. Kian menoleh. Kevin mengisyaratkan agar Kian menghampirinya. Kian melihat ke depan dengan waspada lalu berjalan mendekati Kevin pada celah-celah barisan. Setelah sampai Kevin menyodorkan ponselnya. Tapi Kian terlihat tidak tertarik dan tidak peduli.

Kian
Gue kirain hent--

Kevin memukul kepala Kian.

Kevin
Ngeres aja otak lo, ini produser film nggak sih?
Kian
Mana tau.
Kevin
Lu gimana si katanya mau jadi sutradara.

Semua orang bertepuk tangan. Otomatis Kevin dan Kian ikut bertepuk tangan sambil menghadap ke depan. Kian melihat Diana menyalami kepala sekolah. Setelah menyalaminya Diana berjalan ke arah barisan.

Kepala sekolah (O.S)
Kalian tiru Diana ya, harus rajin menulis essay supaya bisa ke Singapura seperti Diana.

Diana baris pada barisan Kevin. Kian memperhatikan Diana sambil tersenyum meski Diana tidak menyadari keberadaannya. Kian tetap memperhatikannya lalu ia tidak sengaja melihat sepatu Diana yang robek. Ia terlihat sedang berpikir namun senggolan Kevin membuyarka pikirannya.

Kevin
Eh Clarissa Tanoe juga lagi di Bali
Kian
Terus kenapa setan, lu mau ketemu dia sambil nyanyiin mars perindo?
Kevin
Ya bukan anji—

Malik muncul di belakang mereka dan berdehem keras.

Kevin dan Kian menundukkan kepalanya mereka saling menyenggol. Malik memukul kepala Kevin dengan koran namun saat akan memukul kepala Kian ia berdehem dan melipat tangannya ke belakang

MalikK
Kelas kamu di mana ya Kian?K
ian
Di sana pak (nyengir)
Malik
Yau udah ke sana

Kian berlari ke barisan kelasnya. Saat itu Diana diam-diam memperhatikannya.



Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar