Minoritas
8. Hal 8

Ext.warung mbok nah - siang

Beberapa orang duduk sambil bercengkrama dan minum kopi di warung Mbok Nah. Bo yang kelelahan dan kepanasan ikut duduk. Dia memesan es teh dan mengambil gorengan. Saat itu juga, lewat seorang gadis bunga kampung bernama NENG RATIH. Semua mata memandang termasuk Bo. Mata Neng Ratih bersitatap dengan mata Bo.

Pria 1

Neng Ratih! Sini dulu. Kita ngobrol-ngobrol.

Neng ratih

Mari, Mas. Saya sedang terburu-buru.

Pria 2

Sebentar aja, Tih. Kasih dia kesempatan buat pendekatan. (Melirik temannya/pria 1)

Bo

Kalau nggak bisa ya jangan dipaksa Mas.

Pria 1

(Menatap Bo tidak suka)

Ora usah ikut campur!

Bo

Ora ikut campur. Sopo eruh, Ratih perutnya

mules terus mau ke kamar mandi.

Pria 1 berdiri dan mengambil kerah baju Bo. MBOK NAH marah dan mengusir kedua pria itu. Pria 1 dan 2 pergi dengan menggerutu.

Mbok nah

Orang kok sukanya berantem. Kamu jangan gitu Bo. Kasihan Bapak Ibumu di surga lihat anaknya suka main tinju. (Jeda) Kamu suka to sama Ratih.

Bo

Mbok nah sok tahu

Mbok nah

Kamu nggak bisa bohong. Mbok Nah pernah muda. Nggak tiba-tiba langsung keriput gini. Ndang didekati. Kalau keduluan orang, nyesel lho.

Bo

Siapa saya, Mbok, bisa mendekati gadis cantik dan anak Pak Lurah seperti dia. Iso iso baru Assalamualaikum, eh diusir sama bapaknya

Mbok nah

Bo, kamu nggak mau neruskan usaha Bapak ibumu? Sayang lho tokonya nganggur. Siapa tahu kamu bisa sukses.

Wajah Bo gelisah. Dia meletakkan uang ribuan dan menenggak habis es teh.

Bo

Makasih Mbok. Mau lanjut ngamen,

biar bisa lamar anak orang.

Mbok Nah geleng-geleng kepala.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar