MANGATA - Script
11. (SCENE 211-217)

211. EXT. BALKON RUMAH, RUMAH KELUARGA ARGA - NIGHT

Laura seorang diri melihat pemandangan dari balkon. Lalu Arga muncul dengan wajah cerah.


LAURA

So, gimana?


ARGA

Kita jadi balik ke Bogor habis ini. Papa langsung kita masukin ke rumah sakit untuk diobservasi. Kata dokter sahabat Papa, ada kemungkinan Papa bisa berkomunikasi lagi, meski tetap masih akan sering tersendat.


LAURA

Aduh, syukurlah! Ikut senang.


ARGA

Dan sebelum berangkat, gue mau tunjukin sesuatu sama lo. Lo pasti bakal suka banget!


Arga menarik tangan Laura, bergegas masuk lagi ke dalam.

CUT TO:


212. EXT. DEPAN RUMAH, RUMAH KELUARGA ARGA - NIGHT

Pintu pagar terbuka. Sebuah sepeda motor meluncur keluar bergegas-gegas. Kita melihat penumpangnya adalah Arga dan Laura.

CUT TO:


213. EXT. JALANAN DESA - NIGHT

Sepeda motor yang dinaiki Arga dan Laura melesat cepat melintasi ruas jalanan desa.

CUT TO:


214. EXT. DI TEPI SEBUAH DANAU - NIGHT

Arga membelok dan menghentikan motornya. Ia turun. Laura turun.


ARGA

Nah, ini dia yang mau gue tunjukin dulu itu saat kita piknik ke SITU GEDE bareng Rico...


Laura melihat ke depan dan terpana.


LAURA

Ya ampun! Bagus banget...!


Kamera MCU pada Laura dan Arga yang berdiri di tepi sebuah danau, dan bayangan bulan purnama di permukaan air danau membentuk jalur cahaya yang sangat bagus. BACK TO:

Laura dan Arga menikmati pemandangan.


ARGA

Masih ingat kan waktu itu? Someday, gue akan ajak lo lihat bulan purnama di permukaan air saat sudut bulan cukup rendah. Dan inilah yang gue maksud. MANGATA!


LAURA

(Heran)

MANGATA?


ARGA

Ya, Mangata. Itu Bahasa Swedia, istilah untuk menyebut bayangan bulan di air yang membentuk semacam jalur jalan seperti ini. Bagus banget kan?


LAURA

(bergumam)

Mangata... bagus banget sih.


Arga menggangguk.

Kamera CU pada tangan Arga yang menggenggam tangan Laura.


ARGA

Seperti Mangata, itulah makna hadirnya elo buat gue, Ra... Makasih karena udah jadi jalur cahaya indah yang nuntun gue keluar dari kegelapan.


LAURA

(Tertawa)

Sejak kapan lo jadi penyair?


ARGA

Sejak gue sadar bahwa kahadiran lo bisa membuat hidup gue lebih baik. Dan dalam proses itu, gue jatuh cinta sama lo... LAURA MANGATA CHANDANI, mau gak jadi pacar gue?


Laura tersenyum. Kini mereka berdiri saling berhadapan.


LAURA

(tersipu)

Sayangnya gue belum boleh pacaran. Jadi tunggu dua tahun lagi ya?


ARGA

(tertawa)

Berapa tahun pun, bakal gue tunggu. Asal jangan kiamat aja!


Mereka berdua tertawa.


LAURA

Kak Arga.. harus gue akui, lo juga Mangata buat gue.


Arga terkejut.


LAURA (CONT’D)

Bertahun-tahun gue juga hidup dalam gelap. Berusaha selalu sukses secara akademik... yang sebenarnya cuma buat nutupin rapuhnya gue karena gagal jadi ballerina. Tapi sejak kenal lo secara mendalam, perlahan gue bisa berdamai sama diri sendiri. (menatap ARGA dalam) Dan akhirnya gue bisa punya mimpi- mimpi baru. Makasih Kak Arga... gue bersyukur kenal sama lo.


ARGA

Gue juga Ra...


Arga tersenyum haru dan menarik Laura ke dalam pelukannya. Laura menepuk-nepuk bahu Arga dan melepaskan pelukannya.

ARGA (CONT’D)

Jadi ceritanya, ada yang mulai bosen ya jadi siswi teladan?


LAURA

(tertawa)

Ya nggak gitu juga! Cuman gue jadi punya tujuan lain, yaitu mendalami kopi!


Arga dengan jahil mencipratkan air danau ke arah Laura. Laura menjerit menghindar, lalu lari menjauh sambil tertawa-tawa.

LAURA (CONT’D)

Kak Arga, jangan woy! Gue nggak bawa ganti baju! Jangan banget sih! HAHAHA!


ARGA

Jangan lari, Ra! Mau kemana lo? Jangan lari!


Mereka kejar-kejaran seperti anak kecil di tepi danau pada malam hari. Kamera TRACK UP hingga tinggi sekali, menampilkan adegan dua remaja saling berkejaran di tepi danau.

FADE TO:


215. EXT. KORIDOR SEKOLAH, SMA DHARMA BAKTI - DAY

Belasan siswa melangkah menuju lapangan upacara. Maurin menatap heran ke satu arah.

Kamera MCU pada Laura yang melangkah santai mengenakan dasi tapi tanpa topi.


MAURIN

Laura, topimu mana?


LAURA

(santai)

Ada.


MAURIN

Kenapa nggak lo pakek? Ntar lo dihukum.


LAURA

So...?


Maurin menatap heran pada Laura. Laura cuek.

CUT TO:


216. EXT. LAPANGAN UPACARA SEKOLAH, SMA DHARMA BAKTI - DAY

Pak Fatur berpatroli dengan mata tajam. Lalu tatapannya terpaku ke satu arah.

Pak Fatur melangkah mendekati Laura, yang ikut berbaris di barisannya tapi tanpa topi.


PAK FATUR

Mana topimu?


LAURA

Lupa bawa, Pak.


PAK FATUR

(agak heran) Tumben?


LAURA

Yah, namanya juga manusia biasa, Pak. Nggak luput dari kelupaan... (nyengir)


PAK FATUR

Sudah paham aturannya dan konsekuensinya kan? (menuding ke lapangan) Berbaris di depan lapangan!


LAURA

(mengangguk) Baik, Pak.


Laura tegap berlari meninggalkan barisan.

CUT TO:


217. EXT. BAGIAN DEPAN LAPANGAN UPACARA, SMA DHARMA BAKTI - MOMENTS LATER

Laura melangkah menuju depan barisan, di sana ada beberapa siswa yang berbaris dihukum, ada yang tak mengenakan dasi, ada yang tak bertopi, ada yang pakai sepatu kets putih.

Salah satunya adalah Arga, yang tak memakai topi. Arga nyengir pada Laura.

Laura nyengir balik pada Arga, dan berdiri di samping Arga.

FADE TO BLACK


END CREDIT ROLLING


Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar