MANGATA - Script
7. (SCENE 140-163)

140. EXT. PEKARANGAN RUMAH, RUMAH KELUARGA ARGA - DAY

Laura dan Arga berpamitan akan pulang. Pak Allan duduk di kursi roda, yang didorong oleh PERAWAT perempuan umur 20-an, mengenakan busana perawat.


ARGA

(Pada Pak Allan)

Maaf, Pa, Arga nggak bisa lama. Ada kerjaan di kafe.

Laura mengambil tangan Pak Allan dan menjabat tangan.


LAURA

Saya pulang dulu, Om. Senang bertemu sama Om.


ARGA

(Pada Perawat)

Suster, tolong jaga papa saya ya. Kabari kalau ada perkembangan.


PERAWAT PAK ALLAN

Baik, Mas Arga. Hati-hati di jalan.


ARGA

Iya. Terima kasih.


Arga melambaikan tangan penuh haru pada Pak Allan, lalu melangkah menuju mobil. Laura mengikuti.

DISSOLVE TO:


141. EXT. JALANAN LUAR KOTA - DAY

Mobil Arga melintasi jalanan luar kota yang sepi dengan kecepatan tinggi.

DISSOLVE TO:


142. EXT. DI MOBIL ARGA - DAY

Arga dan Laura di dalam mobil sementara Arga mengemudi. Mereka tak saling bicara.

DISSOLVE TO:


143. EXT. JALANAN KOTA BOGOR - DAY

Mobil Arga melintasi jalanan sibuk Kota Bogor.

DISSOLVE TO:



144. EXT. JALAN DEPAN RUMAH LAURA - DAY

Mobil Arga direm berhenti di depan rumah Laura.

CUT TO:


145. EXT. DI MOBIL ARGA - DAY

Laura melepas sabuk keselamatan. Siap-siap turun.


LAURA

Nggak mampir dulu?


ARGA

Nggak ah. Kayaknya lo ada tamu tuh.


Arga melihat ke satu arah. Laura mengikuti arah tatapan Arga.

POV Laura: Kamera MCU dari angle jendela depan kiri mobil, memperlihatkan sebuah sepeda motor di pekarangan rumah. BACK TO:

Laura membuka pintu.


LAURA

Mungkin sepupu yang dari Tebet. Makasih ya. Sampai besok.


Arga mengangguk.

ARGA

Sama-sama.


Laura beranjak keluar.

CUT TO:


146. EXT. PEKARANGAN DEPAN RUMAH LAURA - DAY

Laura meninggalkan mobil menuju rumah. Mobil Arga meluncur pergi. Laura menatap berkerut kening pada sepeda motor di halaman rumah.

CUT TO:


147. INT. RUANG DEPAN RUMAH LAURA - DAY

Laura masuk rumah. RICO (19), berpenampilan seperti seniman, bangkit berdiri dari sofa.

Laura menatap Rico heran.


LAURA

M-maaf... Cari siapa ya...?


RICO

(Nyengir) Cari kamu.


LAURA

(Heran)

Hah? Saya? kamu siapa...?


RICO

Masa lupa? Laura Chandani lupa sama Rico Aditya?


LAURA

(Melongo) RICO ADITYA...?


RICO

Iya. Teman sepeda-sepedaan dulu, pas di Parung.


LAURA

(tak percaya)

Ya ampun! Rico anaknya Pak Haji Munawir?


RICO

(tertawa)

Iya lah. Siapa lagi?


Laura tertawa dan menyalami Rico.


LAURA

Astaga, Rico! Aku beneran pangling. Kamu udah segede ini! Tinggi banget lagi!


RICO

Kamu juga udah segeda ini, tapi aku nggak pangling. Kamu tambah cantik.


LAURA

(Tersipu)

Ah, bisa aja. Udah ketemu Nenek? Udah minum?


RICO

Udah. Tadi Nenek udah bikinin teh. Nenek juga pangling sama aku. Dikiranya aku orang dari kafe.


CUT TO:


148. INT. RUANG DEPAN, RUMAH LAURA - MOMENTS LATER

Laura keluar dari ruang dalam sambil membawa nampan berisi segelas jus jeruk dan dua toples camilan. Ia sudah berganti baju setelan rumahan. Ia letakkan nampan di meja.


LAURA

Jadi aku tuh memang lagi kerja part time di kafe punya kakak kelas. Namanya THE VALLEY, di daerah Veteran gitu. Makanya Nenek mengira kamu dari kafe. (tertawa)


RICO

Rajin banget. Jadi apa?


LAURA

Ya, ngisi waktu aja. Di sana aku jadi waitress, kadang juga jadi kasir pengganti. Kamu sendiri? Sibuk apa sekarang?


RICO

Kuliah. Ini pas summer holiday. Makanya bisa pulang. Trus iseng- iseng cari kamu.


LAURA

Wait. Memang kamu kuliah di mana?


RICO

IMPERIAL COLLEGE. Di London.


LAURA

(Membelalak) INGGRIS?


RICO

Yap. Kan dulu keluargaku pindah karena Papa harus dinas di sana. Tapi sekarang Papa udah pensiun. Jadi, kami ada plan untuk balik setelah aku lulus nanti.


LAURA

Ah, I see. Cepetan lulus deh! Dan semoga kamu beneran for good ke Indo. Biar kita bisa main bareng lagi. (tertawa)


RICO

Memamng nanti kamu kuliah dimana? Udah ada plan?


LAURA

Nggak sampe pindah negara yang pasti. Haha!


RICO

Trus dimana dong?


LAURA

Mungkin UI. Jurusan kedokteran.


RICO

Ngikutin jejak Om Richard nih rupanya.


Rico dan Laura tertawa.


RICO (CONT’D)

(mengambil kamera dan menunjukkannya)

Anyway, aku sekarang juga jadi fotografer lho. Masih amatir, tapi udah mau jadi profesional. Mau kufoto-foto, Ra? Aku pakai kamera analog kuno. Gak disimpan di memory card, tapi slide film negatif.


LAURA

(Tidak paham) Heh? Apaan? Slide?

Rico tertawa keras.

CUT TO:


149. EXT. PEKARANGAN DEPAN, RUMAH LAURA - EVENING

Establish rumah Laura yang dilatari senja.

Rico, menyandang tas punggung dan berjaket, sudah di sadel motornya, siap berangkat.

Laura ada di dekatnya.


RICO

Oke, jadi besok sore habis jam sekolah ya?


LAURA

(Tertawa)

Oke, oke. Sekalian ntar kita ke kafe ya? Terusin cerita-ceritanya tadi. Belum puas nih aku bahas kenangan masa kecil.


RICO

(bahagia)

Me too! (tersenyum) Daah, Laura. See you tomorrow!


LAURA

Oke. Titidije!


RICO

Yap. Thanks.


Rico menjalankan sepeda motor melesat dari rumah Laura. Laura menatap lekat Rico.

CUT TO:


150. INT. KAMAR TIDUR ARGA, RUMAH ARGA - NIGHT

Arga duduk menghadapi laptop di meja belajarnya. Matanya menatap sendu ke arah laptop.

Kamera CU pada layar laptop, menampilkan halaman profil FACEBOOK bernama "LAURA CHANDANI". Lalu gambar berubah kekoleksi foto profil Laura, berganti-ganti. BACK TO: Arga menatap laptop.

FLASHBACK: Arga mengingat ucapan Laura saat mengunjungi Papa- nya tadi sore.

DISSOLVE TO:


151. EXT. HALAMAN BELAKANG, RUMAH KELUARGA ARGA - DAY

Laura dan Arga saat duduk-duduk minum kopi di gazebo belakang rumah Arga di desa.


LAURA

Gue pikir lo nggak boleh berhenti gitu aja cuman karena ngerasa semua ini sia-sia untuk ngembaliin ingatan Om Allan.


ARGA

Trus gue harus gimana?


LAURA

Mulai gunakan perasaan. Tunjukin perasaan lo, Kak. Bahwa lo masih sangat-sangat sayang dan merindukan Om Allan.


ARGA

Tapi Ra, papa tetep gak akan ingat siapa gue. Gak akan ingat sama kopi pertama yang dia bikin buat gue.


LAURA

(tersenyum)

Setidaknya lo udah berjuang. Itu yang terpenting. (beat) sehingga kelak lo gak akan ada penyesalan.

BACK TO PRESENT:


152. INT. KAMAR TIDUR ARGA, RUMAH ARGA - NIGHT

Arga masih melihat laptop.

Kamera CU pada layar laptop, yang menampilkan foto Laura dalam full screen. BACK TO:

Arga menutup laptop dan melirik jam digital yang ada di meja. Waktu menunjukkan pukul 19.20.

Ia mengambil ponselnya dan menelpon Laura.


ARGA

Halo, Ra? Lagi apa? Tamu lo udah pulang.


Terdengar suara Laura dari seberang.


LAURA (O.S.)

Hai... iya udah tadi. Nih gue abis mandi. Kenapa?


KAMERA BCU: Arga tersenyum.


ARGA

Nggak... gue pengen ngobrol-ngobrol aja.

CUT TO:


LS pada Arga yang mulai bercakap-cakap dengan Laura.

FADE OUT.


153. EXT. TROTOAR JALAN DEKAT SEKOLAH - DAY

Laura duduk di sepeda motornya, berjaket dan membawa tas. Ia melihat HP lalu menoleh ke arah lain.

Terlihat dari kejauhan Rico meluncur dengan sepeda motornya, lalu berhenti dan menjajari Laura.


RICO

Langsung ke kafe?


LAURA

Langsung. Udah tahu lokasinya kan?


RICO

Jalan Veteran aku tahu. Tapi letak persis kafenya belum. Lagian kan aku tinggal ngikutin kamu? Jadi nggak bakal nyasar.


LAURA

Iya juga. Oke, let's go!


Laura menjalankan sepeda motor. Rico meluncur mengikuti.

Lalu kamera bergeser dan memperlihatkan Arga keluar dari gerbang sekolah dan menyeberang jalan.

CUT TO:


154. INT. RUANG UTAMA KAFE, THE VALLEY - DAY

Laura datang dari meja bartender sambil membawa nampan berisi secangkir kopi. Ia membawanya menuju meja tempat Rico menunggu.

Laura letakkan cangkir di meja, dan ia ikut duduk.


LAURA

Silakan dicicipi.


RICO

Ini kamu sendiri yang bikin?


LAURA

Iya. Coba di-review!


Rico menyeruput kopi, lalu matanya melebar.


RICO

Wow...!


LAURA

Enak?


RICO

Banget, Ra. Kalau bukan karena kamu yang bilang, aku pasti ngira ini bikinan barista profesional!


LAURA

Sukanya gitu deh. Pasti boong, ya kan?


RICO

Beneran. Suer. Ini enak banget. Rasa almond-nya kerasa banget. Dan ada aroma buah yang strong juga.


Pintu kafe terbuka. Arga masuk, masih dengan seragam SMA. Ia menoleh melihat Laura, lalu bergegas mendekat.


ARGA

Kok lo di sini? Gue kira hari ini libur?


LAURA

(Menoleh kaget)

Eh, Kak Arga... Tadinya, iya. Tapi ada temen gue pengen ke sini. (menoleh pada Rico). Kenalin Kak, ini Rico, sahabat kecil gue.


ARGA

(Menyalami Rico) Hai, Arga.


RICO

Rico. Kalian satu sekolah?


LAURA

Kakak kelas. Kak Arga juga owner kafe ini.


RICO

(Kaget)

Oh, wow! Masih pelajar sudah owner kafe?


ARGA

(Tertawa)

Punya ortu, tapi gue sering ada di sini. Eh, gue tinggal dulu ya. Ntar gue ke sini lagi.


LAURA

Oke.


Arga bergegas pergi cepat sekali. Rico kembali mencicipi kopi.


RICO

Dia beneran owner The Valley?


LAURA

Iya. Ortunya pemilik food court FOOD PALACE. Tahu kan? Yang ada di mall-mall...


RICO

Oh, pantesan...


Rico lalu terdiam sesaat.


RICO (CONT’D)

Tapi kayaknya dia gak asing...


LAURA

Oh, ya?


RICO

Aku kayak pernah ketemu dia, tapi nggak ingat kapan dan di mana.


Laura menunjukkan ekspresi yang sama seperti Rico.


LAURA

Waktu awal banget, aku pernah mikir kayak gitu juga sih. Tapi aku beneran gak inget.


RICO

Masa? Jangan-jangan dia anak Parung juga?


LAURA

(mengendikkan bahu)

Aku gak pernah nanya-nanya sih. (berbisik) Mukanya pasaran kali ya?


Laura dan Rico tertawa sambil berpandangan lekat.

CUT TO:


155. INT. BAGIAN LAIN KAFE, THE VALLEY - DAY

Arga melintasi lorong kantor kafe, berpapasan dengan Laura yang baru keluar dari toilet.


LAURA

Eh, ikut yuk!


ARGA

Ke mana?


LAURA

Situ Gede


ARGA

Ngapain?


LAURA

Hunting sunset, sama pemandangan bulan purnama di danau. Rico kan fotografer. Ikut ya? Gue agak gimana kalau pergi cuman berdua sama dia. Ada teman satu lagi pasti lebih seru dan rame.

ARGA

(Beat; berpikir)

Oke deh. Tapi gue ngobrol bentar sama Bang Alex. Ntar naik mobil gue aja.


LAURA

Yes!


Laura berlalu dengan penuh semangat.

CUT TO:


156. EXT. PARKIRAN KAFE, THE VALLEY - DAY

Arga keluar dari kafe, menghampiri Laura dan Rico yang sudah menunggu di dekat mobilnya.


ARGA

Yuk!


RICO

Yakin nih gak ganggu kesibukan elo di kafe?


ARGA

Gak. Santai aja. Yuk, cabut!


Laura, Arga, Rico masuk mobil. Dengan cepat mobil meluncur masuk jalan raya.

CUT TO:


157. EXT. JALANAN KOTA BOGOR - DAY

Mobil Arga melesat melintasi jalanan sibuk Kota Bogor. Bisa ditampilkan suasana menjelang sore, sekitar pukul 16.

CUT TO:


158. EXT. PARKIRAN KAWASAN WISATA SITU GEDE - EVENING

Mobil Arga membelok memasuki kawasan wisata SITU GEDE.

CUT TO:


159. EXT. TEPIAN SITU GEDE - EVENING

Laura, Arga, dan Rico melangkah mendekati danau. Ekspresi mereka membelalak kagum.


ARGA

Wuaah... Bagus banget pas jam segini!


Kamera menampakkan suasana danau yang bagus sekali pada saat senja. Rico langsung mengeluarkan kameranya.


RICO

Ini beneran surga bagi fotografer! Bentar ya! Gue hunting foto dulu.


LAURA

Oke.


Rico bergegas pergi. Hanya tinggal Laura dan Arga.


ARGA

Kamera Rico aneh bener. Kayak kamera jadul.


LAURA

Itu memang kamera jadul. Masih analog, belum kamera digital.


ARGA

Hah? Kamera analog? Apa itu?


LAURA

Kamera abad ke 20, sebelum ada kamera digital. Hasil foto disimpan di benda yang namanya slide negatif. Dan slide-nya terbatas.


Satu rol cuman ada 36 kali jepretan. Habis itu rol film dikeluarkan dan dicucicetak sehingga jadi foto beneran.


ARGA

(menggaruk kepala)

Ribet amat! Udah ada yang gampang kenapa malah motret pakai kamera kayak gitu?


LAURA

Dia memang suka hal-hal jadul. Buat Rico, itulah seninya fotografi.

DISSOLVE TO:


160. EXT. TEPIAN SITU GEDE - MOMENTS LATER

Laura dan Arga jalan-jalan berdua di tepian danau. Cuaca sudah lebih larut. Sudah hampir gelap.


ARGA

Bulannya bagus ya?


LAURA

(Mendongak)

Iya. Pas bulan purnama.


Kamera menampilkan langit yang dihiasi bulan purnama.


ARGA

Lebih bagus lagi kalau pas posisi bulannya rendah, dekat sama cakrawala.


LAURA

Kenapa emangnya?


ARGA

Someday gue akan kasih tahu, kenapa kita harus lihat bulan purnama dekat dengan cakrawala pas kita di dekat air. Entah danau kayak ini atau di pantai.


LAURA

Pasti karena pantulan cahayanya di air, ya kan?


ARGA

Iya. Tapi... ah, pokoknya ntar lo harus lihat sendiri...


Mereka terus berjalan.


ARGA (CONT’D)

Ra, gue mau nanya sesuatu.


LAURA

Jangan soal mapel lagi ya! Gue gak mau ulangan selain di sekolah!


ARGA

(tertawa) Bukan. Bukan.


LAURA

Oke. Mau nanya apa?


ARGA

Menurut lo, mana yang benar? Manusia membuat cinta itu hidup, atau manusia hidup karena ada cinta yang tumbuh?


LAURA

(kaget) Buset... Sulit amat pertanyaannya...!


ARGA

Jawab aja, yang menurut lo benar!


LAURA

(Beat; berpikir) Ini tuh kayak karma. Apa yang kita perbuat akan kembali kepada kita. Ketika kita berbuat kebaikan atau ketulusan, berarti kita menebarkan cinta. Kita membuat cinta itu hidup. Lalu... Cinta pun akan tumbuh di sekeliling kita dan kembali kepada diri kita lagi...


ARGA

Ternyata emang rumit.


LAURA

Kata orang, cinta itu rumit. Tapi cinta jugalah yang membuat segalamya terlihat mudah. Ah, ngomong apa sih juga gue ini? Orang belum pernah cinta-cintaan juga...

Arga tertawa.

CUT TO:



161. EXT. SISI LAIN TEPI SITU GEDE - NIGHT

Rico sibuk memotret ke atas, memotret bulan. Lalu ia menoleh ke arah lain, kening berkerut.

POV Rico: Kamera LS pada Laura dan Arga yang tengah bercakap dan tertawa-tawa akrab. BACK TO:

Kamera CU pada Rico yang menatap makin intens. Berpikir dan mengingat-ingat.

POV Rico: Kamera MCU hanya pada sosok Arga, yang tengah bercakap dengan Laura. BACK TO:

Kamera CU pada Rico yang makin intens berpikir.

CROSSFADE:


162. EXT. PARKIRAN KAFE, THE VALLEY - NIGHT

Mobil Arga masuk parkiran dan direm berhenti. Lampu mati. Laura, Arga, dan Rico turun.

Mendadak ponsel Rico berbunyi. Rico mengangkat telepon.


RICO

Halo? Iya... aku lagi sama Laura, Pa. (beat) Udah kok, ini di kafe teman Laura. (beat; kaget) Hah? Mendadak amat? Ya udah... Oke. Oke. Aku pulang sekarang.


Telepon ditutup.


LAURA

(pada Rico)

Kenapa Ric?


RICO

(lesu)

Tiba-tiba keluargaku yang dari Depok pada datang. Aku disuruh balik sekarang. Sori ya Ra, aku nggak bisa ngantar kamu pulang.


ARGA

Oh ya udah. (pada Laura) Lo bareng gue aja. Tapi gue cek kantor bentar ya?


Laura mengangguk pada Arga.

LAURA

(pada Rico)

Gak papa Ric, kamu pulang aja sekarang. Salam ya untuk keluargamu.


RICO

Oke. Sorry ya, Ra. Cabut dulu, semua. (pada Arga) By the way, thanks traktirannya tadi ya, Ga.


ARGA

Sama-sama. Ati-ati di jalan!


RICO

Sip.


Rico melintas ke sepeda motornya. Arga dan Laura melambaikan dan setelahnya mereka masuk ke dalam kafe. BACK TO:

Di atas motor, Rico melihat intens ke arah pintu The Valley.

POV Rico: Arga dan Laura semakin menjauh ke dalam namun terlihat jelas mereka sedang tertawa satu sama lain.

Kamera BCU: Raut wajah Rico menampilkan ekspresi cemburu.


163. INT. RUANG KERJA ARGA, THE VALLEY - NIGHT

Sambil berdiri, Arga membereskan beberapa dokumen di meja kerja.

Laura juga di sana, bantu mensortir dokumen sesuai kategori dan memasukkannya ke nakas besar di samping meja Arga.

Mereka bekerja dalam keheningan.


ARGA

(berkacak pinggang) Akhirnya, beres! (pada Laura) Thanks atas bantuannya!


LAURA

Sama-sama.


ARGA

Betewe, Ra. Gue pengen ngomong sesuatu sama lo.


Wajah Arga berubah serius. Arga duduk di kursi depan meja dan Laura mengikuti.


LAURA

Ya?


ARGA

Gue mau minta maaf. Karena selama ini gue udah jahat sama lo.Seenaknya sama lo...


LAURA

(tertawa)

Ya ampun. Sadar juga ya, Kak?


ARGA

(meringis)

Ye... gue serius. Gue udah pikirin ini baik-baik. (beat) Mulai besok, lo gak perlu part time lagi di sini. Lupain aja soal reparasi pintu mobil gue. Lo bisa berhenti...


LAURA

(memotong)

Gue nggak akan berhenti! Gue terlanjur suka dan nyaman di sini.


Arga terperangah.


ARGA

SERIUS?


LAURA

Lo tau? Bahkan mulai tertarik mendalam kopi. Jadi, izinin gue tetep part time di sini ya sampe lulus SMA. Ya? Ya? Ya?


Arga bergeming, sedetik kemudian ia tersenyum bahagia.

CUT TO:




Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar