LISTEN (SCRIPT)
16. Sq 8 MEIRA

70. INT. RUMAH RAKA_NIGHT

Purnama mengetuk rumah Raka, tak lama seorang ART datang membukakan pintu.

ART kaget dan ketakutan melihat Purnama yang memegang pisau dan berlumur darah.

ART

Aaa! (Teriak)

Purnama langsung mendorongnya hingga kepala ART itu terbentur hingga berdarah dan kesakitan.

ART (cont’d)

Tolong! (teriak)

Raka turun tangga dengan buru-buru. Ia telihat panik.

Ia terkejut saat melihat Purnama, terlebih apa yang Purnama lakukan kepada ARTnya. Namun kali ini dia tidak lagi melakukan kekerasan pada Purnama.

Kedua ortu Raka ikut menyusul turun.

AGUS

Apa yang kamu lakukan?

Purnama segera menghampiri Raka dan menariknya. Ia membalikan badan Raka lalu mengarahkan pisau pada leher Raka, Purnama langsung menggorok leher Raka tanpa aba-aba.

TARI

Raka! (Histeris)

Kedua ortu Raka segera bersipu menghampiri Raka dan menangis histeris.

ART terlihat semakin ketakutan namun tak bisa melakukan apapun. Ia hanya memegangi kepalanya. Sambil. Terus berusaha berteriak.

ART

Ahh! Tolong! Tolong!

Ayah Raka menatap mata Purnama lalu berdiri dan memukul Purnama.

Purnama balas mendorongnya, lalu menusuk perutnya dan segera mencabutnya. Ayah Raka duduk tersipu memegang perutnya.

Purnama segera meraih leher Ayah Raka. Herman berusaha menghindar namun dengan segera Purnama menggorok lehernya.

Kini purnama tepat di depan Tari. Tari menatapnya sangat ketakutan. Ia terus menggelengkan kepala.

TARI

Tolong! Tolong! (Lemah) jangan lakukan ini. Kumohon. Jangan lakukan ini!

ART terus berteriak histeris.

Purnama terus melangkahkan kakinya. Lalu kembali menarik kepala Tari dan menjambak rambutnya.

Tari semakin cemas namun tak bisa melakukan apapun. Ia hanya menangis pasrah.

Purnama menggorok lehernya. Lalu menggeletakannya begitu saja.

Ia menatap ART yang masih ketakutan.

ART

Tolong! (Menangis histeris)

Purnama hanya mengangkat jari kelingkingnya dan mendekatkan ke bibirnya.

PURNAMA (ISYARAT)

Bagaimana rasanya berteriak tapi tidak ada yang mendengar? Bagaimana rasanya minta tolong tapi ga ada yang peduli? (Tersenyum jahat) Rumah ini besar wajar jika tak ada yang mendengar. Sedangkan aku? Cuma sebatas tembok dengan tetangga tapi mereka menutup telinga.

Purnama pergi meninggalkan ART itu yang masih ketakutan.

71. INT. PEMBUNUHAN_VARIOUS LOCATION_MONTAGE

A. RUMAH BAYU

Purnama menggorok Leher Bayu tepat di depan adeknya yang berumur 10 tahun. Adeknya menyender di tembok menangis ketakutan.

Terlihat ayah dan ibu Bayu yang juga sudah tergeletak bersimbah darah.

B. RUMAH RIO

Terlihat Rio yang sudah tergeletak bersama kedua orang tuanya.

Terlihat Nenek (65 th) menyender di tembok, menangis ketakutan.

Purnama berdiri tegak, terlihat pisaunya yang masih ada tetesan darah segar.

72. INT. RUMAH MENTARI_NIGHT

Bintang tertidur, Hp disampingnya bergetar membuatnya terbangun.

Sebuah panggilan dari Purnama. Bintang melihatnya. Tak lama panggilan itu berakhir dan sebuah pesan masuk.

PESAN : Aku di depan rumahmu.

Bintang segera berlari untuk menemuin Purnama.

Ia menuju pintu dan membukanya. Bintang tersenyum bahagia namun setelah melihat pakaian Raka yang penuh darah. Ia terlihat ketakutan.

Purnama segera memeluknya. Lalu mencium bibirnya dengan mesra. Bintang meneteskan air mata namun ikut memeluknya hangat.

Beberapa saat mereka berciuman. Purnama segera menempelkan pisaunya ke leher Bintang.

Purnama mulai menangis. Bintang terlihat mulai ketakutan dan mulai meneteskan air mata.

BINTANG

A... aa. (Tercekat)

Purnama semakin terisak. Dan tak kuasa melakukannya. Namun ia mulai menekan leher Bintang hingga mulai berdarah.

BINTANG (cont’d)

Aaa... ay... yah! (Teriak) Aa.. yah!

Tak kuasa Purnama menggerakan pisaunya mengitari leher Bintang dengan lemas. Hingga perlahan darah dari leher bintang menetes.

Purnama bersipu bersamaan dengan tubuh bintang yang sudah tak bernyawa. Purnama menangis histeris.

PURNAMA (ISYARAT)

Menjadi bisu dan tuli membuat hidupku seperti di neraka. Aku tidak ingin kamu merasa hidup seperti itu di dunia. Oleh karena itu aku mengirimmu ke surga.

Ayah Bintang datang. Purnama segera pergi meninggalkannya.

Ayah bintang histeris.

RUDI

Bintang!

Ia segera mencari hp yang disaku bintang. Dia segera menelfon polisi.

73. MONTAGE_VARIOUS LOCATION

 A. KONTRAKAN PURNAMA.

Pemadam kebakaran sibuk mengevakuasi rumah yang kini sudah padam.

B. JPO

Orang-orang berkerumun melihat tubuh Wulan yang tergeletak di JPO. Salah satu dari mereka menelfon nomer darurat.

C. DI RUMAH RAKA

Polisi mengangkat jenazah Raka lalu mengamankan rumahnya.

D. KANTOR POLISI

Purnama berjalan lunglai masih menenteng pisaunya yang masih ada sisa darah. Ia masuk ke kantor polisi dengan santai.

PURNAMA (ISYARAT) Aku pembunuh!

74. INT. CELL_DAY

Purnama terlihat mengenakan seragam napi. Seorang sipir membawanya ke Cell.

5 orang menatapnya dengan tatapan intimidasi.

Purnama tersenyum lalu tertawa.

Buk!

Ketua cell itu langsung memukul Purnama.

Purnama tergeletak tak berdaya.

BEGIN MONTAGE

- Terlihat satu persatu penghuni di cell itu tergeletak bersimbah darah.

- Purnama masih menghantamkan kepalanya ketua cell di tembok. Hingga benar-benar tak berdaya. Lalu menjatuhkannya.

- Purnama berdiri tegak, dan tersenyum namun meneteskan air mata, matanya terlihat sangat sedih.

PENERJEMAH (OS)

Aku tidak membunuh mereka, hanya saja mengajarkan mereka bagaimana rasanya tersiksa sampai mati. Dan itu hanya dalam waktu singkat, sedangkan aku?

75. INT. RUANG KONSELING_DAY

Purnama mengangkat kepalanya, ia tersenyum bahagia.

Ilusinya melihat Meira adalah ibunya yang sedang tersenyum. Dan penerjemah adalah adiknya yang tersenyum ceria.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
@dakanyarobenirose : Terimakasih sudah membaca dan berkenan kasih komentar 😊 syukurlah klo ceritanya mudah dipahami.
3 tahun 1 bulan lalu
FINE! Cerita yang tidak biasa. Meski tdk bisa dibilang ringan, skenario dibuat sedemikian mengalir dengan cut to cut yang memunculkan imajinasi. Keren! Salute!
3 tahun 1 bulan lalu
@itshanna : Thanks udah baca sampe fisih. 😊
3 tahun 1 bulan lalu
Finish 🥺
3 tahun 1 bulan lalu