LISTEN (SCRIPT)
1. Sq 1 PURNAMA

1. INT. LORONG RSJ_DAY

Terlihat dua polisi dan dua orang berjas putih Meira, (35 th) dan Laki-laki Kepala RSJ (55 th) sedang mengobrol di lorong RSJ.

MEIRA

Baik, Pak. Kami akan melakukan yang terbaik untuk pasien. (Tersenyum ramah)

POLISI

Baik, jika terjadi sesuatu terhadap pasien. Segera hubungi kami.

KEPALA RSJ

Siap, Pak.

POLISI

Kami pamit dulu, Pak, Bu. Saya tunggu laporan perkembangannya.

MERIA

(Tersenyum) baik, Pak.

Polisi melangkahkan kaki meninggalkan mereka.

Polisi memberi salam kepada salah satu psikolog yang akan menangananinya. Psikolog itu tersenyum ramah.

Polisi itu lalu pergi.

KEPALA RSJ

Aish! Sial.

Meira kaget mendengar gerutuan kepala RSJ yang tiba-tiba.

KEPALA RSJ (cont’d)

Emangnya apa tugas mereka, hah? Di undang-undangnya sudah jelas bahwa psikopat tidak termasuk orang yang tidak dikecualikan pengidap penyakit kejiwaan. Ish! Mereka mau mengirim semua psikopat ke sini, hah? (Ngedumel)

Ia mengintip orang yang dibicarakannya dibalik kaca pintu ruang konseling.

POV KEPALA RSJ

Terlihat seorang pemuda dengan pandangan kosongnya. Bibirnya pucat ia diam memandang meja kosong di depannya.

Terlihat kedua tangannya saling menggenggam tanpa borgol.

KEPALA RSJ (cont’d)

Apa? Dia ga diborgol?

MEIRA

(Tersenyum) Dia Tuli-Bisu, Pak.

KEPALA RSJ

Hah? Ish! Bodoh. Kenapa ada orang sepertinya lahir di dunia ini. Apa yang kamu lakukan hah? Kamu bersedia menanganinya? Arhh. Emangnya kamu bisa bicara bahasa isyarat hah?

PENERJEMAH

Selamat pagi, Pak!

KEPALA RSJ

Shit! (Teriak kaget) Siapa kamu? bikin kaget saja! (Teriak) Sialan. Gara-gara psikopat itu aku ketakutan (berbisik)

MEIRA

Ini penerjemah yang akan membantu saya, Pak.

Kepala RSJ terdiam sejenak memandang mereka berdua. Lalu menghembuskan nafasnya.

KEPALA RSJ

Okay! Selamat bekerja.

MEIRA & PENERJEMAH

Baik, Pak.

KEPALA RSJ

Keselamatan kalian, dan pasien lain di sini menjadi yang utama. (Serius)

Meira dan penerjemah hanya tersenyum. Kepala RSJ pergi meninggalkan mereka.

2. INT. RUANG KONSELING_DAY

Suasana menjadi hening. Pemuda itu terus diam dengan tatapan kosong.

Di meja persegi panjang, Meria duduk tepat di depan Pemuda itu. Sedangkan Penerjemah duduk di tengah tepat di ujung meja panjang di antara Pemuda dan Meira.

MEIRA

Purnama, perkenalkan Saya Meira. Saya orang yang bisa kamu ajak bicara.

Penerjemah melakukan bahasa isyarat secara langsung dengan apa yang dikatakan Meira. Pemuda yang dipanggilnya Purnama tersenyum. Lalu meneteskan air matanya.

CUT TO:

3. INT. KAMAR_NIGHT

Terlihat Purnama (18 th) dan Wulan (10 th) sedang berada di kamar yang sempit, dengan pencahayaan minim serta.

Hanya ada 1 meja belajar yang di atasnya ditaruh beberapa buku, dan lemari pakaian yang sudah tidak ada pintunya lagi.

Purnama dan Wulan duduk di atas kasur lantai yang lusuh dan tipis. Mereka tertawa bersama.

Terdengar suara laki-laki yang diputar melalui hp jadul dengan keyboard ABCD.

GURU SEJARAH (OS)

Dalam upaya menegakkan kemerdekaan bangsa Indonesia tidak hanya mengharapkan dari kekuatan asing yang meliputi Sekutu dan NICA, tetapi juga menghadapi berbagai ancaman dalam negeri tersebut. Beberapa gangguan keamanan dalam negeri antara lain sebagai berikut : Pemberontakan DI/TII, Gerakan Angkatan Penang Ratu Adil (APRA),  Gerakan Republik Maluku Selatan (RMS), Pemberontakan Andi Azis di Makassar, Pemberontakan PRRI dan Permesta.

Wulan menjelaskan semua apa yang terdengar dari Hp jadul Purnama melalui bahasa Isyarat.

Purnama menatap mata Wulan. Lalu membelai rambutnya. Keduanya saling tersenyum.

PURNAMA (ISYARAT)

Cantik...

WULAN (ISYARAT)

(Memicingkan mata) Ck! Kakak harus belajar yang benar, jangan menggodaku.

Purnama tertawa lalu menggelitiki Wulan. Keduanya kembali tertawa bersama.

PURNAMA (ISYARAT)

(Menggeleng) sekarang Wulan yang harus belajar. Oke?

WULAN (ISYARAT)

Inikan juga sedang belajar. Kakak tau kan, Wulan jadi paling pintar di kelas karena sering belajar bareng kakak, Wulan masih kelas 2 SD tapi sudah tau semua pelajaran SMA. Hahaha. Ini artinya sambil menyelam minum susu, jus, soda, teh, kopi

PURNAMA (ISYARAT)

(Bersama-sama dengan Wulan) Soda, teh, kopi, jamu.

WULAN (ISYARAT)

Eh! Kok jamu sih?

PURNAMA (ISYARAT)

Biar sehat. (Tertawa)

Wulan ikut tersenyum dan tertawa. Tak lama Wulan terdiam dan memandang Purnama. Purnama ikut terdiam seketika.

Wulan menyentuh luka di ujung bibir Purnama.

WULAN (ISYARAT)

Mereka semakin menyiksa kakak?

Purnama menggeleng, lalu tersenyum berusaha menutupi lukanya.

WULAN (ISYARAT)

Ish. Wulan ga suka kakak bohong.

Purnama terdiam dan menatapnya.

WULAN (ISYARAT)

Kak, (serius) bisa ga sekali saja kakak berani melawan?

Purnama kembali tersenyum kali ini senyum terpaksa. Lalu ia menggelengkan kepalanya.

PURNAMA (ISYARAT)

Kejahatan, jangan dibalas dengan kejahatan.

WULAN (ISYARAT)

Orang jahat bukan hanya mereka yang melakukan kejahatan, tapi orang jahat juga mereka yang membiarkan orang jahat itu melakukan kejahatannya.

Purnama tersenyum lalu mengacak rambut Wulan.

PURNAMA (ISYARAT)

(Mengangguk) Paham. Besok kakak akan mencoba melawan kejahatan.

WULAN (ISYARAT)

(Tersenyum senang) Tidak ada yang bisa menolong diri kita selain kita, jika dunia tidak adil terhadap kita maka kita layak menciptakan keadilan kita sendiri. (Beat)Aku tidak ingin melihat kakak menderita lagi, jadilah pahlawan untuk diri kakak sendiri. Paham? (Sok menasehati)

Purnama mengangguk sepeeti anak kecil.

PURNAMA (ISYARAT)

Kakak tidak hanya akan menjadi pahlawan untuk diri kakak sendiri, tapi untuk kamu juga untuk ibu. Selama ini kakak berusaha bertahan karena sebentar lagi kakak lulus. Kakak akan bekerja dan membeli rumah yang bagus untuk kita.

Wulan tersenyum bahagia.

PURNAMA (ISYARAT) (cont’d)

Sudah malam. Tidur yuk!

Wulan mengangguk. Mereka membereskan bukunya di meja sebelah kecil yang sudah penuh dengan tumpukan buku lainnya.

LAILA (OS)

kamu baru pulang?

Wulan menghentikan aktivitasnya dan terdiam. Purnama menyentuh pundak Wulan dan memberikan kode untuk tidur.

SURYO (OS)

Bisa ga tanyanya lebih sopan dikit? (Membentak)

Wulan berbaring menghadap pintu dan membelakangi kakaknya yang tidur di sisi dekat tembok.

Wulan mendengar pertengkaran orang tuanya.

LAILA (OS)

Mas, aku udah sopan nanyanya.

SURYO (OS)

Brengsek! Berani-beraninya menatapku seperti itu.

Wulan meneteskan air matanya.

LAILA (OS)

Kalo setiap pulang selalu saja marah-marah ga jelas mending ga usah pergi sekalian!

SURYO (OS)

Apa? Aku pergi cari duit setan!

LAILA (OS)

Enggak! Kamu pergi cuma buang-buang uang!

Terdengar suara berbagai barang yang dilempar.

SURYO (OS)

Bangsat! braninya ngomong kaya gitu ke suami. Dasar istri ga tau diri. Bangsat.

Wulan mengepalkan tangannya kencang. Ia terlihat cukup ketakutan.

LAILA (OS)

Ah! Sakit, Mas! Cukup!

Wulan memejamkan matanya.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
@awang2020 : Terimakasih udah mampir di sini, Mas. Emang beberapa format script berbeda2. Ada beberapa alasan yang mungkin bisa saya cerna. Yang pertama karena platform menyediakan format scriptnya hanya dalam bentuk seperti ini jadi beberapa yang udah nulis di final draft juga harus ngrapihin lagi di sini. Kedua karena kami yang ikut script hunt juga masih sama2 belajar penulisan jadi kemungkinan untuk format dan sebagainya masih kurang memahami. Ketiga emang setiap penulis punya gaya masing2 untuk menggambarkan tulisannya. Tapi klo sekiranya di naskah ini membingungkan dan ingin ditanyakan silakan. Kalopun ada kesalahan yang bisa dikomentarin saya juga mempersilakan. 😁
3 tahun 1 bulan lalu
Selamat malam mbak Ika, aku baru sempat baca Script-mu. Maaf gak bisa komen, bingung tiap penulis beda formatnya.
3 tahun 1 bulan lalu