LISTEN (SCRIPT)
15. Sq 8 MEIRA

65. INT. RUMAH_DAY

Purnama dan Wulan tersenyum bahagia. Purnama segera membuka pintu. DEG!

Sepasang kaki terlihat tepat di depan pintu.

Wulan dan Purnama kaget melihatnya. Purnama segera menutup mata Wulan.

Wulan menolaknya.

WULAN

Ibu!

Purnama memeluk Wulan yang menangis histeris. Ia ikut menangis, Wulan berusaha melepaskan pelukan Purnama dan berusaha berlari untuk memeluk Ibunya.

65. EXT. PEMAKAMAN_DAY

Suryo datang menangis tersungkur di makam istrinya. Purnama dan Wulan terus berpelukan.

SURYO

(Menangis) Istriku. Kenapa ninggalin aku? Maafin aku. Aku mohon jangan tinggalin aku. Aku berusaha untuk bahagiain kamu. Kamu sendiri yang bilang. Kamu akan bersabar menungguku sukses dan kita bisa hidup dengan layak. Kenapa kamu harus pergi sebelum merasakan hidup layak?

Buk!

Purnama memukulnya, Suryo terlihat marah dan balas pukul Purnama.

WULAN

Ayah hentikan. Jangan!

Suryo tak mendengar dan terus memukul Purnama.

66. INT. KAMAR_NIGHT

Purnama berbaring di Kamarnya, sementara Wulan duduk di sampingnya. Suryo mengompres luka Purnama yang memar. Ia menahan tangisnya.

SURYO (ISYARAT)

Maafin ayah. Maafin ayah yang gila ini. Ayah tidak bisa mengontrol emosi ayah. Kumohon jangan tinggalin ayah. Kumohon tetap bersama ayah. Ayah hidup tidak memiliki apapun. Ayah hanya punya kalian. (Menangis) Wulan ikut menangis terisak.

PENERJEMAH (OS)

Hari itu pertama kalinya aku melihat ayah menggunakan bahasa isyarat. Semua kemarahanku seperti hilang begitu saja. Selama ini aku tidak pernah percaya bahwa ayah yang dulu mengajari kami bahasa isyarat. Hari itu juga pertama kalinya aku melihat ayah menangis dengan tulus. Aku tidak tahu alasannya menjadi gila. Tapi aku tahu seburuk-buruknya dia masih memiliki sisa kasih sayang untuk kami.

Suryo bergegas mengambilkan bubur yang sudah dimasaknya, tanpa lauk. Ia menyuapi Purnama lalu Wulan bergantian. Ia sedikit tertawa senang karena anaknya masih mau menerima suapannya.

Purnama dan Wulan ikut tertawa senang. Mereka saling menertawakan sedikit kebahagiaan yang mereka dapatkan.

SURYO (ISYARAT)

Ayah janji. Mulai hari ayah akan berubah. Besok ayah akan cari kerja yang bener. Dan berjuang buat kalian. (Tersenyum tapi meneteskan air mata) ayah sangat menyayangi kalian

Purnama mengangguk. Wulan memeluk Suryo. Disusul Purnama yang memeluknya juga.

WULAN

Kami juga sayang ayah.

Suryo mencium kening Wulan, lalu mencium pelipis Purnama.

67. EXT. MONTAGE_DAY

A. Purnama mulai bekerja di bengkel.

B. Suryo masih tidak mendapat pekerjaan

C. Purnama selalu membawa nasi untuk mereka.

D. Perjalanan Purnama terus sibuk Bekerja mengantar dan menjemput Wulan. Hari demi hari.

E. Pergantian emosi Suryo kembali kasar. Mulai membanting makanan pemberian Purnama.

68. Int. RUMAH_DAY

Purnama membuka pintu rumah, dan dia kaget saat melihat Wulan tergeletak penuh luka di lantai. Tubuhnya sudah lemas dan menggigil.

Purnama berusaha berteriak memanggil namanya.

WULAN

Kak... kak... (lemah)

WULAN (ISYARAT)

Kak, aku tau kenapa Ibu memilih pergi. Karena hidupun tidak pernah memilih kita untuk bertahan. Setiap malam, aku tidak bisa tidur karena mendengar jeritan kesakitan ibu yang disiksa ayah. Dan sekarang aku merasakan, betapa sakitnya siksaan itu. Jika aku bisa milih, lebih baik aku juga tuli seperti kakak. Hingga tidak bisa mendengar bagaimana memilukkannya jeritan kesakitan.

PENERJEMAH (OS)

Aku tidak pernah tau apa yang adikku rasakan. Dan aku menyesal tidak pernah mendengar jeritan kesakitan mereka.

WULAN

Maafin Wulan, Kak. Tidak bisa menemani kakak sampai akhir.

Wulan menghembuskan nafas terakhirnya. Purnama berusaha mengguncangkan tubuh Wulan. Dan berteriak untuk membangunkannya. Namun tak berhasil. Purnama memeluk Wulan erat.

Sebuah buku diary berada tepat di samping wulan. Buku yang sudah penuh darah dan terlihat beberapa tulisan.

Sambil memeluk Wulan erat. Ia membaca apa saja yang ditulis Wulan.

PENERJEMAH (OS) (cont’d)

Hari itu aku melihat semua isi diary Wulan. Dan aku tahu kenapa ibuku tidak pernah bisa meninggalkan ayahku. Setiap kali dia menyiksanya tanpa perasaan maka dia akan meminta maaf penuh dengan perasaan. Bahkan akupun, terjebak di dalam perasaan itu.

Purnama terus menangisi adiknya, lalu ia hanya bisa berteriak sekeras mungkin.

Purnama berdiri, ia pergi ke arah dapur lalu mencari sebuah pisau.

Ia kembali duduk lemas menangisi Wulan yang sudah tak bernyawa. Ia terus melihat pintu, menunggu ayahnya pulang.

Hingga saat pintu terbuka. Suryo melihat Purnama yang sedang menangisi Wulan. Ia segera menjatuhkan diri memeluk Wulan.

Purnama segera berdiri, lalu mengarahkan pisau itu ke leher Suryo.

Tes!

Tes!

Tes!

Darah itu menetes dari pisau.

Dan kini terlihat leher Suryo yang sudah tergorok mengeluarkan banyak darah.

Purnama menjatuhkan pisaunya ketakutan. Ia menangis tersipu. Perlahan ia tersenyum kecut hingga tertawa puas.

Purnama kembali berdiri lalu melangkahkan kakinya ke dapur. Ia mengiris selang gas. Setelah itu menyalakan kompor.

Ia menaruh pisaunya di saku. Lalu membopong Wulan dan keluar rumah.

69. EXT. JPO_NIGHT

Purnama melihat sekeliling yang sepi.

Ia meletakan Wulan di sana. Ia terus tersipu menangisnya.

Beberapa saat dia menarik nafasnya dalam dan menghapus air matanya. Ia menegakan tubuhnya dan sorot matanya mulai berubah. Lalu mengambil pisau yang ada di saku Jaketnya.

Terlihat sisa darah di pisau itu. Ia berjalan dengan mantap.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar