KEMBALINYA BARA API
9. Kebenaran

EXT. KOS-KOSAN KUMUH - MALAM

ESTABLISH sebuah kos-kosan tua tak terawat yang berada di daerah yang kumuh dan becek.  

INT. KOS-KOSAN KUMUH. KAMAR SHERYL - MALAM

Bunyi saklar terdengar, membuat lampu menyala berkedip-kedip sebelum akhirnya menyala temaram. Tampak Sheryl baru saja menyakan saklar, lalu masuk ke dalam kamarnya yang lapuk dan sempit. Sangat kontras dengan tampilan pemiliknya yang elegan dan cantik.

SHERYL
Ayo masuk. 

Bara masuk dengan lemas, sementara Sheryl mengambil kotak P3K dari atas lemari tua di ujung kamar.

BARA
Kenapa lu ngajak gue ke sini?

Sheryl mendekati Bara sambil membawa kotak P3K itu. Dengan kepalanya, Sherly menyuruh Bara duduk di ujung kasur, dan Bara menurut. 

SHERYL
Saya penasaran aja… 

Sheryl menjulurkan tangan, meminta tangan Bara yang terluka. Bara dengan lemas menyerahkannya. Sheryl pun mulai membersihkan luka Bara. 

SHERYL
Apa yang terjadi sama kamu?

Bara diam, menundukkan kepala. Sementara Sheryl mulai memperban tangan Bara.

BARA
Gua gagal.

Sheryl berhenti memperban Bara. Dia melihat Bara yang terlihat frustasi dengan membenamkan wajahnya ke telapak tangan.

BARA
Sepuluh tahun gua bertapa buat ngelindungin kampung gua. Tapi ketika dibutuhin, kesaktian gua gak bisa dipake apa-apa.

Bara mengangkat kepalanya, lalu melihat kedua tangannya.

BARA
Bukannya dipake buat ngelindungin, kekuatan ini malah nyakitin mereka.

Bara mengangkat kepalanya untuk melihat Sheryl. Tampak wajah Bara berkaca-kaca.

BARA
Kenapa? Kenapa semua malah jadi begini?

Sheryl memandang Bara iba. Dia kemudian mengelus tangan Bara dengan lembut.

SHERYL
Mungkin... yang mereka perlukan bukan perlindungan. Yang terjadi mereka malah merasa dipaksa, dan akhirnya berujung pada saling melukai.

Bara menggeleng.

BARA
Mereka butuh perlindungan. Mereka gak sadar kalau mereka sedang terancam oleh Si Sam!

Sheryl melihat Bara dalam-dalam.

SHERYL
Kamu itu… ngotot 'ngelawan' Mister Sam karena ingin ngelindungin kampungmu, atau… Karena gak mau hasil bertapamu selama sepuluh tahun sia-sia?

Bara membelalakan mata, baru menyadari perspektif baru. Namun dia kemudian bangkit.

BARA
Gak! Gua ngelakuin ini bukan buat pembuktian diri!
(jeda)
Gua ngelakuin ini buat nyegah kampung gue dimanfaatin orang gede!
SHERYL
Kamu punya bukti kalo kampungmu dimanfaatin perusahaan saya?

Bara terdiam tidak bisa menjawab. Sheryl menghela nafas.

SHERYL
Saya hampir sepuluh tahun kerja ama Mister Sam. Dan saya bisa jamin kalo beliau emang beneran ingin nolongin kampungmu.

Bara melihat Sheryl dengan pandangan tidak percaya. Dia lalu mengulurkan tangannya, meminta sesuatu.

BARA
Kalo emang Boss lu tulus nolongin kampung gua, gua mau liat buktinya.

Sheryl melihat Bara. Bara melihatnya dengan tatapan tajam, semangatnya kembali menyala.

BARA
Tolong... Gua cuma mau mastiin kalo kampung gua aman.

Sheryl menghela nafas.

SHERYL
Kamu itu, gak akan berhenti sampai semuanya jelas ya?

Sheryl lalu melemparkan sesuatu kepada Bara. Ketika Bara lihat, ternyata Sheryl melemparkan sebuah kunci.

SHERYL
Kamu bisa cek sendiri dari catatan-catatannya. Mister Sam itu orang yang rapih. Semua laporan kegiatan, bukti pembayaran, dan surat-surat, semua selalu dia simpan di ruangannya.

Bara melihat ke Sheryl sambil tersenyum sendu.

BARA
Terima kasih.

Bara berjalan pergi, meninggalkan Sheryl yang menatap Bara pergi.

EXT. KANTOR KONTRAKTOR - MALAM

Gerbang kantor kontraktor tertutup rapat. Tiba-tiba Bara memanjat gerbang itu dengan cepat.

Bara masuk ke Kantor dan melihat seorang Security Berjas tengah menyeduh kopi di Pos Security.

Bara mulai mengencangkan pukulannya, siap untuk menghajar. Namun dia terdiam beberapa, terlihat sedang berpikir. Dia kemudian memutuskan untuk mengendap-endap melewati Security itu.

INT. KANTOR KONTRAKTOR - MALAM

Bara masih mengendap-endap di dalam kantor. Dia bersembunyi di balik tembok ketika melihat sebuah senter hampir menyorotnya.

Tampak Security Berjas Lain tengah berjalan ke arahnya. Bara bersiap untuk mencengkram Security itu begitu ia mendekat. Namun Security itu berbalik dan pergi meninggalkan Bara.

Bara menghela nafas lalu lanjut berjalan ke ruangan Sam.

INT. KANTOR KONTRAKTOR. RUANGAN SAM - MALAM

Bara masuk lalu menutup pintu ruangan itu secara perlahan. Dia kemudian melihat seisi ruangan yang berisi lemari dan laci meja.

SHERYL (V.O.)
Kamu bisa cek sendiri dari catatan-catatannya.

Bara membuka lemari di ruangan itu dan tampak tumpukan map terusun rapih. Dia membuka salah satu map dan melihat isinya kliping artikel-artikel Kampung Hilir sebelum kampung itu terbakar. Terdapat pula foto-foto Kampung Hilir lama yang kumuh dan berdempetan.

SHERYL (V.O.)
Semua selalu dia simpan di ruangannya.

Bara menyimpan map itu lalu membuka map yang lain. Di map ke dua, terlihat isinya kliping berita Kampung Hilir saat terjadi kebakaran.

Bara mengerenyitkan dahi bingung.

BARA
Kenapa dia ngumpulin artikel tentang Kampung Hilir?

Bara membuka map lainnya satu persatu, hingga Ia membuka salah satu map kemudian membelalakan mata.

BARA
Ini…

Tampak isi map itu adalah ilustrasi wilayah Kampung Hilir, yang ditimpa dengan ilustrasi lain bergambar rumah susun yang digambar dengan warna tinta yang berbeda.

BARA
Bangsat! Dia emang udah ngincer kampung gua dari awal.

Merasa kesal, Bara menyimpan berkas itu di belakang bajunya lalu membongkar lemari semakin cepat. Dia kemudian membuka lemari bawah dan melihat isi lemari bawah dipenuhi tumpukan buku notes yang sudah usang. 

Bara mengambil salah satu buku usang itu, lalu bangkit. Pada cover buku itu tertulis “Jurnal”.

Tiba-tiba terdengar pintu terbuka dan lampu senter menyorot Bara. Bara yang kesilauan langsung melihat ke depan dengan tajam.

Tampak di depan pintu ternyata Security Muda. Pemuda yang masih dipenuhi perban itu gemetaran hebat. Namun akhirnya dia memberanikan diri untuk mengangguk kecil, lalu menutup kembali ruangan itu.

Bara terdiam untuk beberapa saat, lalu mulai membaca jurnal yang ia pegang dengan bantuan cahaya dari luar.

SAM (V.O.)
Banyak yang menyebut saya bule…

Kita berputar dan melihat di depan Bara semua berubah gelap, tapi tiba-tiba…

INT. PANGGUNG - SIANG. CONTINOUS. IMAJINASI

Sebuah lampu sorot menyorot kegelapan itu, dan menampilkan IBU SAM (30), sawo matang, berbaring lemas di kasur persalinan; BAPAK SAM (32), sawo matang, berdiri di samping istrinya dengan ekspresi khawatir; lalu DOKTER (42), memakai pakaian operasi sambil menimang Bayi yang diselimuti handuk. Terdengar suara tangisan bayi memenuhi ruangan.

Bapak Sam, yang tersenyum lega, mendekati Dokter untuk melihat bayinya. 

SAM (V.O.)
Tapi, nyatanya aku hanyalah orang yang dilahirkan berkulit bule.

Bapak Sam tersentak kaget. Dia melihat istrinya dengan tatapan marah, lalu pergi dari sorotan lampu dengan kesal. 

Ibu Sam kaget dan kebingungan melihat suaminya pergi. Dia berusaha menjulurkan tangan supaya suaminya tidak pergi, tapi perlahan tangannya terjatuh lemas dan ia pun mulai pingsan akibat kelelahan.

Lampu sorot mati.

SAM (V.O.)
Akibat perbedaan kulit itu, sejak lahir saya sudah membuat masalah.

Lampu sorot kembali menyala. Tampak Bapak Sam memasukkan pakaiannya dengan penuh amarah ke sebuah tas. Sementara di sampingnya sang Ibu, yang memakai seragam cleaning service dan menimang bayi yang ditutupi kain tapi MENANGIS KERAS, memeluk kaki sang suami sambil MENANGIS.

SAM (V.O.)
Ayah menganggap Ibu ada main dengan bule-bule yang sering menginap di hotel tempat ibu bekerja.

Lampu sorot mati, lalu kembali menyala di satu sudut. Menunjukkan KAKEK VETERAN (80) duduk di kursi roda sembari memakai seragam purnawirawan. Tampak tangan kirinya hilang dan ia memakai penutup mata di sebelah kanan.

SAM (V.O.)
Dan sejak itu aku sering disalahkan oleh banyak orang.
(jeda)
Mulai dari orang terdekatku…
KAKEK VETERAN
Penjajah!

Lampu sorot di bagian lain panggung menyala, menunjukkan TIGA ANAK SD yang menunjuk-nunjuk ke depan sambil mengejek.

SAM (V.O.)
Teman-temanku…
ANAK-ANAK SD
Haha! Bule gila! Bule gila!

Lampu sorot lain menyala, menunjukkan PENCARI KERJA (25) berjas, acak-acakan, membawa Map, menatap ke depan dengan penuh benci.

SAM (V.O.)
Orang tak dikenal…
PENCARI KERJA
Dasar asing! Bisanya ngambil kerjaan orang!

Lampu sorot di bagian lain menyala, menunjukkan Ibu Sam yang memandang ke depan sambil menunjuk dengan kasar.

SAM (V.O.)
Bahkan ibuku sendiri.
IBU SAM
(Jijik)
Anak Pembawa Sial!

Semua lampu sorot mati. Membuat semuanya hitam.

EXT. JEMBATAN KAMPUNG HILIR - SIANG. FLASHBACK

Semuanya kembali terang. Bara berdiri di jembatan sambil melihat ke depan. 

Di depan, tampak SAM MUDA (19) berdiri di pinggir jembatan sambil menatap kosong ke depan.

SAM (V.O.)
Tidak ada hal yang baik yang pernah datang padaku karena perbedaan ini. Dan aku sudah siap untuk keluar dari kulit terkutuk ini.

Sam menutup mata. Siap untuk melompat. Tiba-tiba…

KINAN (O.S.)
Kalau mau mati jangan di sini, mas!

Sam membuka matanya lalu menengok ke samping. Tampak tidak jauh dari dirinya, dan tidak jauh juga dari Bara, Kinan Muda berdiri memakai kostum kuntilanak murahan, daster putih panjang, wig dari rapia hitam, dan wajah yang dimake up dengan masker putih dari bedak dan mata hitam dari oli.

KINAN
Udah banyak yang gentayangan di sini.

Sam mengerenyitkan dahi, bingung. Namun Kinan menariknya dan memaksanya ikut dengannya.

SAM (V.O.)
Tapi… Ternyata takdir punya rencana lain.

EXT. LORONG KAMPUNG HILIR - SIANG. FLASHBACK

Kinan memasangkan jubah hitam lalu gigi taring palsu pada Sam. Dia lalu mengangkat tangannya sambil menunjukkan gigi, memberi Sam contoh. 

Sam Muda kemudian mengikuti gerakan Kinan, membuat ‘kuntilanak’ itu tersenyum bangga.

Kinan Muda pun mengajak Sam Muda bergabung dengan ‘HANTU-HANTU’ lainnya yang mulai berjalan sambil mengibarkan bendera merah putih. Mereka sedang pawai 17an.

SAM (V.O.)
Mungkin mereka tidak akan ingat kalau pernah mengajak orang putus asa untuk ikut pawai…

INT. KANTOR KONTRAKTOR. KANTOR SAM - MALAM

Bara membaca buku itu dengan tatapan tajam.

SAM (V.O.)
Tapi kebaikan kecil itu yang memberikan alasan agar saya tetap hidup.

Bara melempar buku itu kesal. Dia memandang buku itu dengan penuh emosi.

BARA
Gak mungkin dia orang yang kaya gini.

Bara melihat buku jurnal yang lain. Dia kemudian mengambil itu lalu membacanya. 

SAM (V.O.)
Meski pernah ditolong, aku enggan untuk bertemu mereka lagi. Aku... Harus menjadi sesuatu sebelum bertemu mereka lagi.

Kita mulai menjauh dari Bara yang mulai tenggelam dalam bacaanya.

INT. KANTOR KONTRAKTOR. RUANGAN SAM - LATER

Jam di Dinding sudah menunjukkan pukul Sebelas. 

Bara masih sibuk membaca sambil duduk bersila di samping tumpukan jurnal di sebelah kirinya. Bunyi DETIK JAM terdengar lantang. Bara meletakkan jurnal yang ia baca lalu mengambil jurnal yang lain.

SAM (V.O.)
Sekali lagi pengalaman dengan kampung itu membantuku…

Jam menunjukkan jam dua. 

Bara masih membaca jurnal lain dengan khidmat. Tumpukan jurnal yang tadinya ada di sebelah kiri, sebagian sudah berpindah ke sebelah kanan Bara. Bara masih duduk bersila sembari membaca dengan fokus.

SAM (V.O.)
Orang-orang mulai menerimaku meskipun aku berbeda…

EXT. KANTOR KONTRAKTOR - PAGI

Langit pagi terlihat cerah diiringi kicauan gunung.

INT. KANTOR KONTRAKTOR. KANTOR SAM - PAGI

Bara masih duduk bersila membaca jurnal. Di sekitarnya, tumpukan Jurnal berserakan dimana-mana.

SAM (V.O.)
Aku pernah bersumpah untuk membalas budi pada Kampung Hilir. Tapi… Aku tidak pernah menyangka kalau keadaanya akan seperti ini.

Bara membalikkan halaman lalu kembali membaca. Secara samar-samar Bara bisa mendengarkan SUARA API dan TERIAKAN PANIK WARGA.

SAM (V.O.)
Aku mendengar berita itu ketika baru saja mendarat di Changi. Seketika, aku langsung mencari penerbangan untuk pulang.

Tampak salah satu halaman jurnal terlihat dengan fokus pada tulisan “Secepat mungkin” yang ditulis dengan tulisan tangan yang indah.

SAM (V.O.)
Aku harus secepat mungkin membantu mereka...

Bara menutup buku jurnal itu. Dia lalu melihat buku jurnal-jurnal yang tergeletak di sekitarnya.

SAM (V.O.)
Dan bagaimanapun caranya aku harus melindungi keluargaku di Kampung Hilir.

Bara menatap kosong ke depan.

Sekilas dia bisa melihat dirinya, Ipung, Hasan, Rizky, dan Kinan muda tengah berjalan bersama sambil tertawa.

Dia tersenyum miris.

BARA
Sialan. Ternyata... Gua yang berengsek.

Bara menundukkan wajahnya. Tampak disekitarnya buku-buku berserakan.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar