Impian Dari Ranah Minang
7. Kuliah Berantakan

101 INT. RUANG DOSEN - DAY

Naya duduk berhadapan dengan seorang dosen wanita (50).

DOSEN
Naya, akhir-akhir ini nilai kamu mengalami penurunan. Kamu sering telat masuk kuliah, tidak aktif organisasi kampus dan sering ketiduran di kelas. Ini peringatan untuk kamu, kalau semester selanjutnya tidak ada peningkatan maka kami harus mencabut beasiswa kamu.

Raut wajah Naya berubah sadih memandang dosen dihadapannya.

NAYA
Baik bu. Saya akan usahakan untuk memperbaiki nilai dan mempertahankan beasiswa ini.
DOSEN
Baik, silakan keluar.

Naya beranjak dari kursi, ia keluar dari ruang dosen dengan tubuh lemas.

102 EXT. KORIDOR - DAY

Naya keluar dari ruang dosen menuju koridor. Handphonenya berdering, Arumi menelepon.

NAYA
Assalamualaikum.
ARUMI (O.S.)
Waalaikumsalam. Kamu dimana, Nay?
NAYA
Di kampus, kenapa bun?

INTERCUT WITH:

103 INT. RUMAH NAYA - DAY

ARUMI
Ayah...
NAYA (O.S.)
Ayah kenapa?
ARUMI
(terisak)
Dokter menyarankan ayah kamu harus segera melakukan operasi.

INTERCUT WITH:

104 EXT. KORIDOR - DAY

Naya menghentikan langkahnya, bersandar pada dinding. Koridor itu sepi tanpa ada mahasiswa lain yang lewat. Air mata Naya mengalir, ia menutup mulutnya dengan sebelah tangan menahan tangis.

ARUMI
Nay? Kamu masih disitu?

Naya mengusap air matanya, bibirnya bergetar.

NAYA (O.S.)
Iya bun. Bunda sekarang lagi dimana?

INTERCUT WITH:

105 INT. RUMAH NAYA - DAY

Arumi berbisik di teleponnya, ia berada di balik dinding kamar. Ayahnya yang terbaring di kasur membuka mata mendengar percakapan mereka berdua. Air matanya menetes.

ARUMI
Kami baru saja pulang check up dari rumah sakit. Ayah juga lagi istirahat.

INTERCUT WITH:

106 EXT. KORIDOR - DAY

Naya terdiam menahan tangis.

NAYA
Kapan operasinya bun?
ARUMI (O.S.)
Insyaallah secepatnya nak, bunda juga lagi nunggu hasil chek up nya.
NAYA
Naya pulang aja ya, bun?
ARUMI (O.S.)
Ngga usah nak, selesaiin dulu aja kuliah kamu ya, kan ada bunda disini, kamu bantu doain ya buat ayah.
NAYA
Tapi bun...
ARUMI (O.S.)
Udah ngga papa, kalo kamu pulang kan juga ngeluarin biaya dan kamu juga lagi ribet kuliahnya.
NAYA
Hmm iya bun, bunda kabarin Naya terus ya kondisi ayah.
ARUMI (O.S.)
Iya nak, kamu fokus ya disana dan doain ayah, bunda mau masak makanan buat ayah dulu.
NAYA
Iya bun, assalamualikum.
ARUMI (O.S.)
Walaikumsallam.

107 INT. KOS MAUDY - NIGHT

Maudy mendesain brosur jasa penerjamah Naya di laptop, di sampingnya Naya memperhatikan.

MAUDY
Gimana, ok ngga?

Naya mengangguk.

NAYA
Bagus kok ini, nanti mau kita sebar dimana?
MAUDY
Ya kita sebar di kampus aja, kalo perlu ke kampus lain, terus promosiin di sosmed juga,
NAYA
Ide bagus nih, thank you ya Maudy, kamu temen aku yang super baik banget.
MAUDY
Bisa aja, jangan lupa traktiranya ya.
NAYA
(tertawa)
Siap bos!

108 EXT. KAMPUS - DAY

Naya dan Maudy membagikan brosur jasa translate di kampus ke mahasiswa-mahasiswa yang ada disana.

Naya dan Maudy kelelahan, mereka duduk di taman kampus dengan setumpuk brosur yang telah mereka print, Naya menyeka keringat yang ada di dahinya. Matahari begitu menyengat siang itu.

109 INT. KOS NAYA - DAY

Naya mempromosikan jasa translate abstrak skripsi, artikel, jurnal, dokumen dan tulisan lainnya di internet.

DISSOLVE TO:

110 INT. RESTO - NIGHT

Naya sibuk mondar-mandir melayani pesanan tamu resto yang ramai sekali malam itu. Wajahnya terlihat kelelahan.

DISSOLVE TO:

111 INT. KOS NAYA - NIGHT

Naya mengerjakan terjemahan di laptopnya. Tertempel list pekerjaan translatenya di dinding. Naya menguap, ia ketiduran di depan laptop.

DISSOLVE TO:

112 INT. KOS NAYA - NIGHT

Naya sibuk mengetik di laptop dengan dua koyo yang menempel di dekat dahinya, ia mengenakan sweater hangat dan kaos kaki. Tubuhnya meriang, ia sesekali bersin. Terdapat tisu di dekat laptopnya.

Terdengar panggilan masuk di handphone Naya yang bertuliskan nama Winda.

NAYA
Halo, assalamualikum Win.
WINDA (O.S.)
Waalaikum salam. Kamu lagi sakit Nay?
NAYA
Agak kurang enak badan aja, kamu gimana kabarnya?
WINDA (O.S.)
Aku baik, Nay. Ohya, aku mau ngasih tau kamu.
NAYA
Ngasih tau apa Win?
WINDA (O.S.)
Aku ngga jadi dinikahin sama bapak dan sekarang aku udah dapet kerjaan Nay di toko baju bukittinggi.
NAYA
Alhamdulillah, aku ikut seneng dengernya Win.
WINDA (O.S.)
Iya alhamdulillah akhirnya bapak mau dengerin aku dan dibantu sama ibu juga yang ngomong ke bapak. Trus aku diijinin buat cari kerja dan ngga jadi nikah muda.
NAYA
Syukurlah, doain aku ya semoga cepat selesai kuliahnya dan kita bisa ngumpul bareng lagi.
WINDA (O.S.)
Pasti dong, udah ngga sabar pengen ketemu.
(beat)
Ohya, kamu masih berantem sama Rara?

Naya berhenti mengetik.

NAYA
Hmm, iya Win.
WINDA (O.S.)
Rara lagi sakit loh, alerginya kambuh.
NAYA
Hah? Kapan?

Terlihat kekhawatiran di wajah naya.

WINDA (O.S.)
Kemarin, dia ngga sengaja makan udang.

Naya terdiam.

WINDA (O.S.)
Kamu kan disana Nay, jenguk kenapa? Jangan sama-sama keras kepala.
NAYA
Rara tuh kemaren udah keterlaluan Win.
WINDA (O.S.)
Nay, ngga ada salahnya kok minta maaf duluan.

Terlihat kebimbangan di wajah Naya.

113 INT. PERPUSTAKAAN - DAY

Naya sedang membaca buku di perpus, namun ia tak bisa fokus. Naya mengembalikan buku yang dia baca dan keluar dari perpustakaan.

114 I/E. KOS RARA - NIGHT

Naya mengetuk pintu kos, tante Ratna muncul dari balik pintu.

NAYA
Assalamualaikum tante.
RATNA
Eh Naya. Waalaikum salam. Silakan masuk. Mau jenguk Rara ya?

Naya masuk ke dalam rumah, salim ke tante Ratna.

NAYA
Iya tante, gimana kondisi Rara?
RATNA
Dia masih kurang enak badan, lagi di kamar. Kamu masuk aja, tante balik ke dapur dulu ya.
NAYA
Iya tante, makasih.

Naya berjalan menuju ke kamar Rara. Ia mengetuk pintu.

Rara membukakan pintu, mereka saling menatap terdiam beberapa detik. Naya memecah keheningan.

NAYA
Hai Ra.
RARA
Hai Nay, masuk.

Naya masuk ke dalam kamar berjalan di belakang Rara. Mereka duduk di kasur.

NAYA
Nih, aku bawa roti buat kamu. Kata Winda, alergi kamu kambuh ya?

Naya memberikan roti yang ia bawa dan diterima oleh Rara. Naya memperhatikan tangan Rara yang muncul bentol-bentol.

RARA
Makasih Nay.
NAYA
Kok bisa kambuh sih?
RARA
Kemaren ngga sengaja kemakan udang pas lagi ada acara di kampus.
NAYA
Tapi langsung teratasi kan? Kamu ngga sampe sesak?
RARA
Alhamdulillah ngga sampe parah Nay.
NAYA
(menghela nafas)
Syukurlah. Aku khawatir banget tau.

Rara menatap Naya penuh penyesalan.

RARA
Nay, maafin aku ya, selama ini aku egois.
NAYA
Aku juga minta maaf Ra, mungkin aku kurang peka sama kamu.

Mereka berpelukan.

Rara melepas pelukan mereka.

RARA
Ohya, aku udah putus sama Dito.
NAYA
Kenapa?
RARA
Ternyata dia brengsek.
NAYA
Kok bisa?

Rara menceritakan kejadian yang menimpanya, mereka akur kembali.

FADE OUT:

115 INT. RESTO - NIGHT

Naya sedang membersihkan meja, mondar-mandir membereskan piring-piring sisa makanan ke dapur. Ia mengantarkan makanan ke salah satu pelanggan resto kemudian beralih ke pelanggan lainnya untuk menawari menu. Resto itu sangat ramai.

Terdengar keributan pada meja salah satu pelanggannya.

PEMBELI
(kesal)
Mbak, sini!

Seorang laki-laki (40) menunjuk Naya, namun Naya tak menyadarinya.

Naya masih mencatat menu.

IRENE
Nay, dipanggil tuh.

Teman Naya, Irene menghampirinya.

NAYA
Siapa?
IRENE
Ngga tau, bapak-bapak itu yang nunjuk kamu.

Naya buru-buru menyerahkan catatan menu ke Irene dan berjalan ke arah meja tersebut.

NAYA
Maaf Pak, ada yang bisa saya bantu?
PEMBELI
Pesanan saya mana?
NAYA
(menunduk)
Maaf, bapak tadi pesan apa ya?
PEMBELI
Ayam bakar, sudah sejam saya pesan belum datang-datang.
NAYA
Baik Pak, saya tanyakan dulu ke bagian dapur.
PEMBELI
Ngga perlu! Pelayanannya sangat buruk.

Pelanggan itu beranjak dari kursinya.

NAYA
Maaf Pak, bisa tunggu sebentar? Kami akan segera mengantar pesanan bapak.

Pelanggan itu tak menghiraukan Naya dan melewatinya begitu saja keluar dari resto.

Naya masuk ke dapur dengan wajah sedih, Irene menghampirinya.

IRENE
Itu kenapa sih ribut-ribut?
NAYA
Pesanannya belum dianter, aku juga lupa pesen apa tadi.
IRENE
Kok bisa, sih?

Naya menunduk dengan wajah sedih.

116 EXT. JALANAN - NIGHT

Naya berjalan, langkahnya berat. Lampu-lampu Kota Jakarta dan angin malam menyapu kerudungnya. Ia berhenti di sebuah butik yang sudah tutup, duduk di depan pintu masuk sambil menyandarkan tubuhnya dengan lesu. Pandangannya menatap ke jalanan yang tak begitu banyak pengendara, air matanya berurai.

Ia membuka layar handphone, foto Naya dan kedua orang tua di wallpaper handphonenya.

NAYA
Bun, ayah, Naya kangen.

Tangisnya pecah menatap foto itu, ia menggenggam handphonenya erat-erat.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar