Impian Dari Ranah Minang
2. Dilema Naya

17 I/E. KORIDOR SEKOLAH - DAY

Maryam, Rara, Naya dan Winda berjalan di koridor sekolah menuju kelas.

RARA
Eh, kalian udah ngerjain tugas matematika dari Pak Yazid belom?
NAYA
Udah dong.
WINDA
Udah lah.

Mereka memasuki kelas yang ramai pagi itu, lalu menuju ke bangku masing-masing.

MARYAM
(panik)
Aduh, kelupaan. Semalam ketiduran sumpah! Ra, please.

Maryam memohon contekan ke Rara.

RARA
Ah, kebiasaan deh. Nih.

Rara mengambil buku dari tasnya kemudian memberikan ke Maryam dan langsung disalin oleh Maryam.

DISSOLVE TO:

18 INT. RUANG KELAS. DAY

Ruangan nampak hening, murid-murid fokus mengerjakan Ujian Nasional. Terlihat dua orang guru yang sedang mengawasi mereka.

DISSOLVE TO:

19 INT. AULA SEKOLAH. DAY

Ruang aula dipenuhi wali murid dan murid-murid yang menunggu namanya dipanggil untuk kelulusan. Naya duduk diantara murid lainnya bersama Maryam, Winda dan Rara.

PAK GURU
Peraih nilai terbaik tahun ini ialah... Naya Putri Kirana.

Naya tertegun, melihat ke arah Maryam dan Winda yang tersenyum bangga ke Naya. Tanpa disadari, terlihat raut kecewa pada Rara.

Naya berjalan naik ke panggung disertai tepuk tangan meriah. Ia menerima piala, bersalaman dengan guru disertai senyum haru. Ia menunjukkan piala ke arah teman-temannya dengan senyum lebar.

Ayah dan bundanya tersenyum bangga sambil bertepuk tangan.

20 EXT. TAMAN SEKOLAH. DAY

Naya, Maryam, Winda dan Rara berbaring di taman sekolah sambil menatap langit.

NAYA
(tersenyum)
Setelah ini kita akan menjalani kehidupan masing-masing. Petualangan baru akan dimulai.
RARA
Dan aku akan ke Jakarta.
NAYA
Jakarta?
RARA
Iya, aku mau kuliah disana.
NAYA
Dimana, Ra?
RARA
UNJ, Nay.
MARYAM
Yahh, jauh kita Ra. Jadinya gimana kamu, Nay?
NAYA
Aku masih mau ngajuin beasiswa.

Winda memejamkan mata.

NAYA
Kamu udah siap, Win?

Winda hanya mengangkat bahu disertai senyum tipis.

Dari arah berlawanan berjalan Feno (18) ke arah mereka bertiga.

FENO
Hai, Nay.

Naya dan teman-temannya terbangun. Naya berdiri ke arah Feno.

Feno tersenyum, tangan kirinya dimasukkan ke dalam saku celana sedangkan tangan kanannya membawa buket bunga yang disembunyikan di punggung. Ia berdiri berjarak dengan Naya.

NAYA
Manggil aku, Fen?
FENO
Iya, ini buat kamu.

Feno memberikan buket bunga pada Naya.

Maryam, Winda dan Rara melihat mereka berdua sambil cengar-cengir.

MARYAM
Ehem. Cie-cie.

Maryam berdeham disengaja. Mereka berdua kikuk.

Rara memasang wajah cemburu tanpa disadari oleh teman-temannya. Ia mengalihkan pandangan ke arah lain sambil mengerutkan dahi.

Naya menerima bunga itu dengan ekspresi bingung.

NAYA
Ini buat apa Fen?
FENO
Ucapan selamat aja, kamu meraih nilai terbaik di sekolah ini.
NAYA
Oh, iya makasih. Tapi ngga perlu repot-repot juga sih.
FENO
Ngga kok, ohya setelah ini kamu mau kuliah dimana?
NAYA
(mencium bunga)
Hmm.. belom tau. Kok kamu tau sih aku suka bunga lili?
FENO
Kebetulan aja mungkin, tukang bunganya kok yang milihin.

Naya dan Feno tertawa.

FENO
Aku balik ke anak-anak lagi ya.
NAYA
Okay, makasih sekali lagi.

Naya menunjukkan bunganya, Feno mengangguk dan berjalan menjauh dari Naya.

Naya berbalik ke arah teman-temannya.

MARYAM
Ciee dapet bunga nih.

Goda Maryam menyenggol pundak Naya.

NAYA
(tertawa)
Apaan sih.
MARYAM
Suka kali Nay sama kamu si Feno. Ya ngga, Ra?
WINDA
(mengangguk setuju)
Iya, bener tuh si Maryam.

Rara memaksakan senyumnya. Naya mencium lagi bunga itu sambil tersenyum.

21 INT. WARNET. DAY

Naya fokus melihat layar komputer, ia memperhatikan sebuah web yang berisikan informasi beasiswa Universitas Indonesia.

NAYA
(menjentikkan jari)
Nah, ini dia.

FADE OUT.

22 EXT. RUMAH MARYAM - DAY

2 minggu kemudian.

Naya duduk disamping Maryam yang sedang menjaga toko sambil streaming drakor di laptop. Terlihat adegan romantis aktor dan aktris korea dalam film.

MARYAM
(wajah meleleh)
Uuwhh, romantis banget.
NAYA
(menyenggol pundak Maryam)
Makanya cari pacar!

Mereka berdua tertawa.

Seorang ibu (50) berjalan menuju toko.

ORANG BELI
Maryam, beli rinso satu sama molto satu renceng ada?

Maryam menghentikan drama yang sedang ditonton, buru-buru melayani pembeli, mencari rinso dan molto di jajaran deterjen yang dipajang.

Naya menunggu Maryam sambil mengetuk-ketukkan jarinya ke meja, ia membelalakkan mata teringat beasiswa yang diajukan.

NAYA
Maryam, pinjem laptopnya ya?
MARYAM
Iya.

Naya membuka tab baru pada browser dan mengecek Email. Wajahnya tegang. Loadingnya lumayan lama.

Ia menscroll Email yang masuk. Membuka salah satu Email yang ia cari. Naya tertegun tak percaya.

Maryam berbalik, terkejut melihat mulut Naya yang menganga di depan laptop. Ia menepuk pundak Naya.

MARYAM
Woy! Kesambet apa, Nay?

Naya masih terdiam sambil terus menatap laptop berisikan Email itu. Maryam membaca Email di layar yang menyatakan Naya lolos seleksi beasiswa di UI.

MARYAM
Serius nih jadi ke Jakarta?! Selamat Nay!

Maryam memeluk Naya sampai terguncang tubuhnya. Naya tersenyum bahagia.

23 INT. RUANG KELUARGA - NIGHT

ARUMI
Jakarta?

Arumi, Dahlan dan Naya duduk di ruang keluarga.

NAYA
Iya bun, Naya diterima kuliah di Jakarta melalui jalur beasiswa.
ARUMI
Kenapa ngga bilang bunda dulu kalau mau mendaftar disana? Bunda belum siap lepasin kamu jauh dari rumah sendiri di kota orang. Disini juga masih ada Universitas yang mau menerima kamu.
NAYA
Bun, ini tuh kesempatan Naya. Percuma dong selama ini Naya kerja keras buat dapet nilai bagus terus kalo ujung-ujungnya nyia-nyiain beasiswa ini. Naya punya mimpi dan Jakarta adalah kota yang tepat untuk mewujudkan mimpi Naya. Kesempatan ngga dateng dua kali, iya kan yah?

Ayahnya mengangguk setuju.

ARUMI
Jakarta itu kota yang besar, kehidupan di Jakarta keras, Nay. Kamu perempuan ngga seharusnya merantau jauh-jauh. Ujung-ujungnya juga di rumah, ngga harus ngejar mimpi tinggi. Yang penting bisa masak dan ngurus rumah. Dan satu lagi, ngurus suami.
NAYA
(mengerutkan dahi)
Bun, Naya tuh ngga pengen nikah muda. Jamannya bunda dan Naya udah beda. Ini yang Naya inginkan dan Naya juga akan bertanggung jawab kok sama pilihan Naya sendiri.
ARUMI
Tapi Nay, pokonya bunda ngga...
DAHLAN
(berdeham)
Bun, dengarkan Naya dulu.
NAYA
Bun, Naya tuh udah mati-matian belajar, ikut lomba kesana-kesini ya untuk ini. Toh selama ini Naya juga ngga pernah minta yang macem-macem, Naya cuma minta lanjutin kuliah itu aja. Di jakarta.

Naya menyilangkan tangan, membuang pandangan ke samping. Wajahnya kesal.

ARUMI
Kamu ngga tau gimana khawatirnya jadi orang tua, apalagi anaknya perempuan.
NAYA
Bunda cuma mikir yang engga-engganya aja.
DAHLAN
Sudah, sudah. Kalian ini malah berantem begini, ngga ada salahnya juga kok anak perempuan sekolah tinggi.

Ayahnya menengahi perdebatan mereka berdua.

Naya langsung menyahut.

NAYA
Tuh, kan. Ayah aja setuju.

Arumi berdiri.

ARUMI
(ketus)
Gimana sih ayah ini? Anak satu-satunya kok mau dilepas begitu saja.

Arumi meninggalkan mereka berdua dan masuk ke dalam kamar. Naya menatap langkah ibunya dengan wajah sedih.

24 EXT. TERAS - DAY

Naya menyirami tanaman bunga di teras rumah, bibirnya manyun. Ia melamun, melihat ke kejauhan sampai air siraman tumpah kemana-mana.

Dahlan muncul dari dalam rumah, berhenti di tengah pintu, sebelah tangan masuk ke dalam saku celana.

Ia menatap Naya. Terlihat raut kesedihan di wajahnya, lalu memaksakan untuk tersenyum.

DAHLAN
Ngga baik pagi-pagi begini ngelamun.

Naya tersentak, spontan melihat ke belakang.

NAYA
Ah, ayah. Ngagetin aja.
DAHLAN
Lah, ayah dari tadi disini. Kamunya aja yang ngga nyadar keberadaan ayah. Ngelamunin apa sih, Nay?

Dahlan menghampiri Naya, melihat-lihat bunga yang baru saja disirami.

NAYA
(menarik nafas)
Masih soal kuliah yah, bunda ngga setuju.
DAHLAN
Mungkin bunda masih syok aja, jangan terlalu dipikirin.
NAYA
Ya gimana ngga kepikiran, yah? Waktunya udah mepet, Naya harus punya kepastian ke Jakarta. Ayah selalu bilang kan jangan pernah menyia-nyiakan kesempatan. Nah, Naya punya kesempatan itu.
DAHLAN
Betul, ayah dan bunda hanya khawatir, Nay. Siapa yang akan menjaga kamu di kejauhan? Gimana kalau ada apa-apa?
NAYA
Yah, Naya kan udah dewasa. Ayah juga selalu bilang kan kalau kita ngga bisa terus bergantung dan mengandalkan orang lain. Gimana mau mandiri kalau dikhawatirin terus.

Ayahnya tertawa kecil.

DAHLAN
Gimana kalau kuliah di kota sini aja?
NAYA
Impian Naya ada di Jakarta yah, lagian Naya juga dapet beasiswa.

Naya berhenti menyiram, ia menatap ayahnya.

NAYA
Yah, tolong bujuk bunda ya? Please.

Ayahnya terdiam, kemudian ia menepuk pundak Naya.

DAHLAN
Lanjutin nyiramnya, ayah masuk dulu.

Naya mengangguk dan kembali menyirami tanaman.

25 INT. DAPUR - NIGHT

Naya menghampiri Arumi yang sedang mencuci piring, ia mengambil segelas air putih dari dalam kulkas kemudian menyandarkan tubuh ke kulkas memperhatikan ibunya.

NAYA
Bun.
ARUMI
Hm?
NAYA
Ijinin Naya kuliah di Jakarta, ya? Naya janji ngga akan ngerepotin pas disana, Naya akan cari kerja sampingan.
ARUMI
Ini bukan soal ngerepotin apa ngga. Apalagi cari kerja disana, susah Nay.
NAYA
Kita ngga akan pernah tau kalo kita ngga mencoba. Bunda kasih aja satu kesempatan, Naya akan bertanggung jawab kok.

Arumi berhenti mencuci piring dan menatap Naya.

ARUMI
Nay, kamu itu anak satu-satunya bunda. Bunda ngga ingin kamu berada jauh dari bunda.
NAYA
(berkaca-kaca)
Bun, Naya cuma minta satu kali ini aja.

Mereka saling menatap satu sama lain, kemudian Arumi berbalik badan, melanjutkan mencuci piring dengan wajah bimbang. Naya menaruh gelas di meja dapur, lalu berjalan lemas masuk ke dalam kamar.

26 INT. KAMAR ORTU NAYA - NIGHT

Dahlan masuk ke kamar dan menutup pintu, Arumi sedang melipat pakaian yang menumpuk di keranjang di atas kasur.

Dahlan duduk di ujung ranjang dan memperhatikan istrinya.

DAHLAN
Bun, coba kita kasih kesempatan buat Naya, ya?

Arumi menghela nafas membelakangi Dahlan.

DAHLAN
Ayah ngerti, tapi jangan sampai kekhawatiran kita menghalangi mimpinya. Beri dia kesempatan. Naya itu anak yang ambisius.

CUT TO:

27 INT. KAMAR NAYA - NIGHT

Sebuah celengan ayam besar terpecah di lantai.

CUT BACK TO

28 INT. KAMAR ORTU NAYA - NIGHT

Arumi berucap.

ARUMI
Anak kita itu perempuan, ngga seharusnya merantau jauh-jauh.

CUT BACK TO

29 INT. KAMAR NAYA - NIGHT

Uang pecahan 50rb, 100rb, 20rb, 10rb berserakan. Naya mengumpulkan uang-uang itu.

CUT BACK TO

30 INT. KAMAR ORTU NAYA - NIGHT

DAHLAN
(menatap serius)
Ayah yakin dan percaya kalau Naya bisa menjaga diri. Beri dia peluang. Anak itu udah dewasa, dia pasti bisa bertanggung jawab sama pilihannya sendiri. Asal kita mendukung dan memberi kepercayaan.

Arumi memasukkan baju lipatan ke dalam lemari. Berhenti sejenak kemudian berbalik menatap suaminya.

ARUMI
Tapi bunda ngga tega.

CUT BACK TO

31 INT. KAMAR NAYA - NIGHT

Naya menghitung uang hasil memecah celengan itu.

NAYA
(tersenyum)
Wah, lumayan nih.

CUT BACK TO

32 INT. KAMAR ORTU NAYA - NIGHT

Dahlan menatap istrinya.

DAHLAN
(meyakinkan)
Bun, Naya punya pilihannya sendiri. Kita ngga bisa terus menekan dia untuk mengikuti kemauan kita.

CUT BACK TO

33 INT. KAMAR NAYA - NIGHT

Naya membersihkan pecahan celengan ayam itu, mengumpulkannya jadi satu lalu membuang ke tempat sampah yang ada di kamarnya. Ia menyimpan uang itu di dalam lemari.

CUT BACK TO

34 INT. KAMAR ORTU NAYA - NIGHT

Arumi berhenti melipat baju.

ARUMI
(menghela nafas)
Tapi yah, gimana kita akan membiayai kebutuhan Naya di Jakarta?

Dahlan menghampiri Arumi, merangkul pundak istrinya.

DAHLAN
Ayah akan mengusahakan yang terbaik untuk Naya.

Arumi menatapnya penuh kepercayaan.

35 INT. RUANG TAMU - DAY

Di ruang tamu terlihat Dahlan dan Pak Gito (55) duduk berhadapan sedang tertawa.

GITO
Silahkan dihitung dulu, Pak.

Pak gito menyodorkan amplop di atas meja.

DAHLAN
Saya percaya, Pak.

Naya berjalan masuk ke dalam rumah sambil meminum es di plastik.

NAYA
Assalamualaikum.
DAHLAN
Waalaikum salam.
GITO
Waalaikum salam.

Naya menundukkan pandangan dan langsung menuju dapur.

Pak Gito dan Dahlan melanjutkan percakapan.

36 INT. DAPUR - DAY

Naya masuk ke dapur. Arumi sedang membersihkan meja makan, Naya duduk di kursi ruang makan.

NAYA
Tamu dari mana, bun?
ARUMI
Coba nanti tanya ayah.

Dahlan masuk ke dapur membawa amplop tadi.

NAYA
Siapa tadi tamunya, yah?
DAHLAN
Orang yang beli motor ayah.

Dahlan menuangkan air putih ke dalam gelas.

NAYA
Motor ayah di jual? Buat apa?
DAHLAN
Iya, untuk uang saku kamu ke Jakarta. Sekalian buat nambah beli laptop, mau kuliah kan?
NAYA
Seriusan yah Naya diijinin kuliah di Jakarta? Bun?

Naya berdiri menatap Dahlan dan Arumi bergantian dengan wajah tak menyangka. Arumi mengangguk sambil tersenyum, begitupun Dahlan.

NAYA
Makasih ayah, bunda.

Naya memeluk kedua orang tuanya erat dengan senyum bahagia.


Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar