Ergo
6. Scene 40-45

40. INT - MOBIL LARAS - PAGI

Laras duduk di tengah bersama Putri, sedangkan Bintang di sebelah Pak Darno.

PUTRI (CONT'D)

Ras, cowok itu siapa?

LARAS

Temen

BINTANG

Temen, tapi segitu beraninya jamin kamu?

LARAS

Emang lo nggak berani, Bin?

BINTANG

Ya berani, tapi kan dia bawa pengacara segala. Aku belum punya kuasa, kalo sampe tahap itu

PUTRI

Kenal di mana? Sejak kapan?

LARAS

Di kafe, kemarin lusa.

BINTANG

Alamak Jan! Baru kenal udah segitu berani? pasti ada apa-apanya!

LARAS

Memang

PUTRI

Hah?

BINTANG

Hah?

LARAS

Memang ada apa-apanya, temen yang lumayan deket. Gue kenal ibunya.

BINTANG

Udah kenal? Wah kalah cepet aku

PUTRI

Maksud lo, Ras? Niat nikah muda lo?

Laras melotot ke arah Putri.

Mereka sampai di rumah Laras dan segera turun kemudian masuk ke dalam rumah. Neil mengikuti langkah mereka.

41. INT - RUMAH LARAS - PAGI

Laras masuk diikuti ketiga kawannya.

LARAS

Put, gue mandi dulu ya.

PUTRI

Oke

Putri menemani kedua pria tersebut duduk di ruang tamu. Suasana canggung di antara mereka dipecah oleh kedatangan Bi Sumi yang membawa minuman teh hangat.

Mereka bertiga mengangguk dan tersenyum.

Beberapa detik kemudian, Laras yang sudah mandi dan berganti pakaian memasuki ruang tamu.

LARAS

Gue perlu tahu tentang Eva, jenasahnya

NEIL

Aku sudah tanya detail kejadiannya, mereka bilang Eva mati terbakar. No, dugaan para penyidik dari kepolisian adalah dibakar. Kejadiannya di pinggiran kota.

PUTRI

Lo bener melintir tangannya? Sayang banget, gue nggak liat langsung.

Laras sedikit melotot kepada Putri. Lalu menghela nafas berat.

PUTRI (CONT'D)

Lho? dipelintir tangan, kan nggak mesti niat ngebunuh, kan?

NEIL

Kata-kata kamu barusan, kalo masuk di pengadilan, pasti disudutkan oleh pengacara korban, atau jaksa penuntut, karena memancing.

PUTRI

Mana bagian yang mancing?

NEIL

nge-bunuh

Putri merapatkan bibirnya.

BINTANG

Terus, kita harus gimana?

LARAS

Jenasah Eva?

NEIL

Di bagian forensik kepolisian

PUTRI

Tunggu deh, kejadiannya kapan sih?

NEIL

Sore jelang malam.

PUTRI

Yang nemuin jenasahnya Eva, siapa?

NEIL

Pemulung yang biasa tidur di sana, kalo malem

PUTRI

Lo kemana kemaren?

LARAS

Nggg ... ketemu temen.

PUTRI

Siapa?

NEIL

Aku.

BINTANG

Hah? Bentar-bentar, kalian ketemuan kemaren? Di.mana?

NEIL

Di apartmentku.

BINTANG

What?

PUTRI

Raras??

LARAS

Gue ketemu ibunya Neil juga di sana.

NEIL

That's right!

PUTRI

Kalo ada bukti dan saksinya, kenapa nggak bilang ke polisi?

BINTANG

Tul!

LARAS

(menggeleng)

Nggak bisa.

PUTRI

Kenapa?

LARAS

Siapa yang terakhir kontak sama Eva?

NEIL

(menggelengkan kepala)

LARAS

(lirih)

Esther? Adam?

(pandangannya menerawang)

Pilihannya cari mereka untuk diinterogasi, atau cari tahu tentang jenasah Eva dulu?

NEIL

Aku yang kedua.

PUTRI

Ras, lo belom jawab. Kenapa?

LARAS

(terdiam)

NEIL

Laras ada di apartmentku. Kami makan bersama, Mamaku juga ada.

PUTRI

Terus, masalahnya apa?

LARAS

(menggeleng)

NEIL

(menarik nafas, sedikit gugup)

Sebelumnya kami pergi ke sinagog.

PUTRI

Ke mana?

NEIL

Sinagog.

PUTRI

Ngapain?

NEIL

Just looking around.

Putri memicingkan mata.

Bintang yang sejak tadi memerhatikan, berseloroh

BINTANG

Sinagog itu rumah ibadah, ya?

LARAS

(melirik Bintang lalu menatapnya lekat)

PUTRI

Kayak masjid gitu?

NEIL

Ya ...

PUTRI

Untuk siapa? jamaahnya?

NEIL

(berdehem)

LARAS

Yahudi.

PUTRI

Hah?

BINTANG

Kan?!

PUTRI

Ras! Bilang sekali lagi, lo ke mana kemarin?

LARAS

Ke sinagog.

Putri menarik nafas panjang lalu menghembuskannya. Berulang. Namun nafasnya masih naik turun, emosinya memuncak

PUTRI

Jadi lo Yahudi?

(menoleh ke arah Neil)

NEIL

(tanpa suara, menaikkan alis dan mengendikkan kepalanya)

PUTRI

Bentar, Ras! Jadi, alibi lo adalah, lo bareng dia ke sinagog pas kejadian Eva terbunuh. Lo bisa jadi saksinya Laras. Nyokap lo juga.

(menunjuk ke arah Neil)

Selesai, kan?

LARAS

Nggak bisa gitu, Put.

PUTRI

Kenapa nggak bisa?

BINTANG

Lagian itu cctv di apartment lo, masak nggak ada gambar Larasnya? Pasti ada, kan?

Neil menghela nafas pelan. Menjadi gagap.

LARAS

Nggak bisa begitu!

PUTRI

Gue nggak mau ada urusan sama Yahudi. Tapi karena itu jalan satu-satunya ...

LARAS

Gue bilang nggak bisa, Put!

PUTRI

Iya, tapi kenapa?

LARAS

Pernyataan Trump?

PUTRI

(Menatap Laras dan membuka mulutnya, tidak mengerti)

LARAS

Kalo jadi banyak orang tahu tentang sinagog itu, mungkin akan ada demo, yang gede-gedein masalah rumah ibadah di apartment?

PUTRI

Itu baru kemungkinan, kan?

LARAS

I can't take the risk.

BINTANG

Tapi itu alibi kamu, Ras.

NEIL

Ya mereka benar, Ras.

Laras menggelengkan kepalanya.

LARAS

Gue nggak setuju. Gue nggak bersalah, pasti ada bukti lain, kan?

BINTANG

Kalo polisi nanya alibi kamu?

LARAS

Itu kalo

BINTANG

Jelas-jelas, Kepala polisinya mau kamu yang masuk ke sana, Ras. Bisa aja kan, dia paksain semua cara, biar nggak susah-susah nyari pelaku sebenarnya. Lagian nggak ngefek juga. Tempat dia nggak akan di demo, emang kita muslim ini segitunya?

(mengeryitkan dahi namun sedikit ragu)

PUTRI

Gue kali yang demo. Kalo lo sampe dibawa lagi sama polisi, nih orang bakal gue jadiin trending topik di twitter!

BINTANG

Bener, gue setuju sama Putri!

LARAS

Kalian mau bantu atau nggak?

PUTRI

Mau, asal dia jauh-jauh.

LARAS

Put!

PUTRI

Lo pilih dia atau gue?

LARAS

Put??

PUTRI

Ras?

Laras menggeleng-gelengkan kepalanya.

PUTRI (CONT'D)

Oke, gue yang pergi.

(pergi ke arah luar rumah)

BINTANG

Putri!

(mengejar Putri)

Laras terkejut lalu terdiam, ia menggoyang-goyangkan kaki yang menapak lantai dalam posisi duduknya.

NEIL

Maaf ya, Ras. Maaf karena teman-teman kamu nggak berkenan sama kehadiranku.

LARAS

Mereka bermaksud baik, cuma caranya aja kadang ekstrim

NEIL

Ya. Still, I'm so sorry.

Aku nggak berharap kamu mau nutupin alibi kamu kemarin, tapi terima kasih

LARAS

Aku nggak lakuin itu untuk kamu aja, Neil. Kupikir, Yahudi di Indonesai jadi lebih terjepit dengan keadaan, saat Trump bersuara kemarin. Kalo ditambah masalah lain lagi, keadaan untuk kalian pasti jadi lebih sulit

NEIL

Nggak ada yang mau berpikiran sampai sejauh itu, Ras. Thanks a lot.

LARAS

No need to. Sekarang kita gimana?

Neil menatap mantap ke arah Laras.

NEIL

Besok kita ketemu lagi. Sekarang kamu istirahat.

KEESOKKAN HARINYA

42. INT - RUMAH SAKIT - PAGI

Neil berjalan menyusuri lorong rumah sakit. Beberapa petugas dan pasien berlalu lalang, berpapasan dengan mereka.

Ketika tiba di depan sebuah pintu bertuliskan Dr. Anwar W, Sp. F

Neil mengetuk pintu.

Tok! Tok!

Suara terdengar dari dalam

DOKTER ANWAR

Masuk!

Neil membuka pintu, dokter Anwar tersenyum

DOKTER ANWAR (CONT'D)

Neil? The great handsome young man

NEIL

Still can't approaching you, Sir

(menjabat tangan dokter Anwar yang tertawa)

Laras masuk mengikuti langkah Neil.

NEIL

Kenalin ini Laras, Om, yang aku ceritain kemarin.

Laras menjabat tangan dokter Anwar.

DOKTER ANWAR

Ya, tentang hal itu, kita memang harus bicara langsung, Neil. Kalau sudah ditangani oleh dokter forensik di kepolisian, Om nggak bisa bantu sejauh itu. Kami, dokter terikat kode etik.

Mereka terdiam.

Dering telpon memecah keheningan di antara mereka.

DOKTER ANWAR (CONT'D)

Sebentar ya.

DOKTER ANWAR (CONT'D)

(mengangkat telpon)

Halo. Iya. (jeda) Sekarang di mana posisinya? (jeda agak lama) Oh, Oke. Saya segera ke sana

Dokter Anwar menutup telpon.

DOKTER ANWAR (CONT'D)

Doa kalian didengar, jenasah gadis itu akan diperiksa di sini. Permintaan Kakeknya.

Dokter Anwar hendak beranjak namun bicara lagi.

DOKTER ANWAR (CONT'D)

Sebetulnya agak aneh, untuk mayat yang ditemukan biasanya kami otopsi paling cepat 2x24 jam setelah ditemukan. Tapi ini, mayatnya cepat sekali ditemukan, diklaim oleh keluarga dan keluarga yang minta proses otopsi secepatnya sebelum dikremasi.

Laras dan Neil yang mendengar hal tersebut terpana kemudian saling pandang.

DOKTER ANWAR (CONT'D)

Oke, Om harus segera. Laras, senang kenal dengan kamu. Saya juga punya adik perempuan yang toleransinya tinggi seperti kamu. Dia dan saya keturunan Yahudi, tapi saya menjadi muslim. Dia juga seorang dokter. Sayang, usianya nggak panjang. Setelah dia tolong pasiennya dari abortus, dia kecelakaan. Meninggal.

LARAS

Maaf, Om. (jeda) Saya turut berduka cita.

DOKTER ANWAR

Nggak apa, kejadiannya sudah bertahun-tahun lalu.

(beranjak berdiri)

Oke. kelihatannya proses Visum et partum ini harus cepat. Kalau kalian mau lihat, ada ruangan khusus

NEIL

Bisa, Om?

DOKTER ANWAR

Bisa. Ikut saya

43. INT - LORONG RUMAH SAKIT - PAGI

Laras dan Neil mengikuti Dokter Anwar sampai di depan sebuah ruangan, dokter tersebut memersilahkan mereka masuk. Sedangkan dokter Anwar tidak masuk ruangan tersebut.

44. INT - RUANG PENGAWAS FORENSIK

Ada sebuah kaca besar yang menghadap ke arah ruang operasi. sisi lain ruangan adalah dinding putih.

Laras dan Neil maju mendekati kaca besar transparan tersebut.

Nampak di depan mereka sebuah mayat terbungkus pembungkus mayat berwarna kuning. Ada tiga orang yang sudah berada di ruangan tersebut. pakaian mereka lengkap tertutup. Mulai dari masker, sarung tangan dan jas juga kaca mata. Kemudian seseorang masuk ke dalam ruangan. Dokter Anwar. Ia memimpin jalannya otopsi, karena tiga orang lainnya bertindak sesuai arahannya yang terlihat sangat biasa menangani mayat.

CU Jam di ruangan berputar, bertembusan dengan otopsi yang dilakukan oleh dokter Anwar dan tiga rekannya.

Selama 5 jam mereka membedah dan mengeluarkan organ-organ dari tubuh mayat. Setelah selesai melakukan pemeriksaan, mereka mengembalikan semua organ ke dalam dan menjahitnya. Sedangkan orang yang bertugas mencatat ditunjukkan oleh dokter Anwar untuk membawa beberapa botol berisi sampel organ dalam dan cairan-cairan dari mayat.

45. INT - LORONG RUMAH SAKIT

Laras dan Neil keluar ruangan dan menemui dokter Anwar yang sudah melepas alat pelindung dirinya.

DOKTER ANWAR (CONT'D)

Kalian pulang sekarang, nanti hasilnya om beritahu.

NEIL

Terima kasih banyak, Om

LARAS

Terima kasih, Om

Dokter Anwar mengangguk perlahan dan tersenyum tipis. Dia pun berlalu meninggalkan Laras dan Neil.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar