Ergo
3. Scene 18 - 20

18. INT - KAFE - SIANG

Laras memasukkan jilbab ke dalam tasnya, menuju sebuah meja. Seorang pelayan wanita mendekati, menawarkan menu. Laras memesan sebotol air mineral dan sepotong roti.

Tepat setelah pelayan tersebut pergi, pelayan lain yang membawa pesanan melewati sisi Laras duduk. Laras menghentikan pelayan lain tersebut.

LARAS (CONT'D)

Mas, itu pesanan saya kan?

(mengambil air mineral lalu membukanya)

Pelayan tersebut bingung dan hendak mencegah Laras.

PELAYAN

Maaf, Mbak. Itu pesanan untuk meja nomor 7.

(menunjuk meja nomor 7 yang mana seorang pria berkacamata sedang menghadap laptop dengan serius)

Sang Pria berkacamata (27), berhidung mancung, berwajah western namun sekilas nampak juga berwajah timur tengah. Ia merasa tatapan ke arahnya sehingga melepaskan matanya dari laptop dan menatap ke arah Laras dan pelayan tersebut.

Laras yang tidak enak hati karena telah melakukan kesalahan, meminta pelayan untuk meletakkan semua pesanan ke mejanya dan membuat pesanan baru untuk pria berkacamata tersebut. Ia mengambil semua pesanan pria berkacamata, termasuk secangkir kopi hitam ke mejanya.

Laras juga melakukan gerakan minta maaf kepada pria berkacamata yang dibalas dengan dingin dengan tidak mengacuhkan gadis tersebut.

Laras merasa kecut dengan sikap pria berkacamata.

Sementara Laras masih merasa malu bercampur kesal, datang pria berpakaian rapi, Leo (29). Ia memakai kemeja dengan dua kancing atas terbuka dibalut jas,memerlihatkan tato di dekat lehernya.

Ia mengambil tempat duduk di bagian bar kafe, memesan secangkir kopi. Ia melayangkan pandangan ke arah lain dan menemukan sosok Laras kemudian tersenyum lebar.

LEO

Laras!

LARAS

(menoleh ke sumber suara)

Eh, Hai!

LEO

(berjalan mendekati Laras)

How are you?

LARAS

I'm good!

LEO

(mengambil tempat duduk di sisi Laras/ di depan Laras)

That's true. I can see the beauty of you as always.

LARAS

Still coaxing girl like a pro.

LEO

Only for you, Baby.

(berbisik)

Hey, I've been missing you, you know!

LARAS

I Don't

LEO

That's cruel! Nggak ada yang bisa gantiin kamu di hatiku

(muram)

LARAS

Well, nggak ada bukti kalo AKU ada di hati KAMU

LEO

Kalo ada buktinya, mau?

LARAS

Still considering.

LEO

I love the way you make me feel the edge, Baby.

LARAS

(Tersenyum menggeleng)

LEO

Sendirian?

LARAS

(mengendikkan bahu)

Seperti kelihatannya

LEO

Butuh ditemani, kelihatannya

LARAS

Gue mau menikmati kesendirian ini

LEO

Kalo kamu sama aku, sendiri nggak ada di kamus kamu lagi

LARAS

Really? kalimat yang sama sejak setahun lalu masih ada?

LEO

Hei, udah nggak ada orang seseru kamu yang mau wawancara aku. So yes, kalimat itu masih ada. Dan masih berefek, kan?

LARAS

Narsisme tingkat dewa

LEO

Better than anyone can do, Baby!

(membentangkan kedua tangannya)

By the way, lagi kesel sama siapa?

(mendekatkan diri ke arah Laras)

LARAS

Bukan siapa-siapa?

LEO

I know you. Bahkan aku lebih paham kamu, dibanding adikku yang nyebelin itu!

LARAS

Eva!

(melihat ke arah pintu)

LEO

Shitt.

(terkejut dan melihat ke arah pintu masuk)

LARAS

(tersenyum penuh kemenangan)

LEO

You!

Pesanan Leo datang dan diletakkan oleh pelayan di meja yang sama dengan Laras. Sementara pria berkacamata tadi terlihat mengangkat telpon dari seseorang.

Kemudian dering telpon juga berbunyi dari balik jas Leo. Ia mematikan sambungan telpon dan meminum kopinya seteguk. Raut wajahnya berubah namun dengan cepat ia kembali melihat Laras dan tersenyum.

LARAS

Seseorang butuh bantuan?

LEO

Nggak sedarurat urusan aku dan kamu

(memasukkan kembali ponsel ke dalam balik jas)

LARAS

Nyimpen obat?

(menunjuk botol serum kecil di balik jas Leo dengan pandangan)

(merendahkan suara tapi bersikap biasa)

Untuk jaga-jaga. Kita nggak pernah tau kapan butuh anti venom untuk bisa ular kan?

LARAS

Ular?

LEO

Ya. Aku belum pernah cerita? Gimana kalo aku ajak kamu lihat koleksi kesayanganku, daripada kita ngedate-nya di sini aja?

LARAS

Pardon me?

LEO

Do not Baby. Pardon me, I wanna ask you out, today, this time?

(bersiap pergi)

I'm serious.

LARAS

No. I can't Leo.

(menghela nafas kasar)

Gue baru aja melarikan diri dari kajian di masjid.

LEO

Whoa!

(bersemangat)

Aku tahu, mungkin kamu lebih cocok ikut misa bareng aku

LARAS

Atau mungkin gue cocok ikut pembacaan torah di sinagog?

LEO

Sh*ttt! You're the best, Baby! Kamu tahu kenapa aku suka kamu?

LARAS

Please! keep your cheesy-line for another girl, Leo

LEO

I won't stop until you become mine, you know

LARAS

(melambaikan tangan)

LEO

Rude!

LARAS

(tertawa tanpa suara)

Suara denting telpon berbunyi lagi, Leo mengecek kembali ponselnya.

LEO

Jadi, aku pergi tanpa gandengan?

LARAS

Jadilah truk maka lo bisa gandengan, Leo!

LEO

Kalo itu, trans-Jakarta juga bisa, Sayang.

(berdiri bersiap pergi dan berbisik kepada Laras yang tertawa kecil)

Oke. Kalo butuh teman kencan, kamu tahu nomor yang selalu aktif.

LARAS

Bye, Leo!

LEO

See you again, Baby!

Leo bergegas keluar dari kafe sedangkan Laras masih menatap ke luar jendela. Ia melihat langit mendung. Dengan segera Laras menyambar tasnya lalu menuju kasir membayar pesanannya termasuk pesanan pria berkacamata.

Laras segera keluar dari kafe, tidak menyadari pria berkacamata memerhatikan gerak-geriknya.

19. EXT - TEPI JALAN - SIANG MENDUNG

Laras mengusap ponselnya beberapa kali, mengetik sesuatu. Ia sedang berusaha memesan taksi online yang saat itu sulit didapat.

Sambil terus berusaha, tidak tersadar, Laras menghela nafas panjang.

Laras mengingat kejadian pertengkarannya dengan Putri.

FLASH BACK

SCENE 16

LARAS

Saran gue, cari guru yang bener, Put. Kalo lo diajarin untuk selalu melihat keburukan dan kekurangan, Lo bisa jadi antek kerusakan dunia. Allah itu ampunanNya luas, kasih sayangNya melebihi kemarahanNya. Nggak mesti juga orang yang lo vonis bakal masuk neraka, mereka masuk neraka.

PUTRI

Lo keterlaluan, Ras!

LARAS

Lo harus membuka pikiran Put. Jangan -

PUTRI

Gue berusaha sayang sama lo, karena gue tahu enaknya bisa tumbuh bersama nyokap. Tapi lo? Cuma sama bokap dan kakak cowok lo, kekurangan sosok lemah lembut seorang ibu karena -

LARAS

STOP right there!

PUTRI

Oh, lo aja yang boleh lanjut ngomong?

(melanjutkan bicara dengan nada rendah lalu meningggi)

Lo harus terima kalo nyokap lo udah nggak ada dan lo kekurangan kasih sayangnya. Mungkin nyokap lo belum sempet ajarin lo tentang jilbab, makanya -

LARAS

Gue bilang STOP, Putri! Lo nggak tahu apa-apa tentang nyokap gue! Nyokap gue nggak kekurangan buat ngajarin gue tentang kebaikan! And all you talking about is A BIG BULLSHITT!

BACK TO PRESENT

Laras masih memegang ponsel namun pandangannya kosong.

Mobil premiun SUV 4x4 berhenti di hadapan Laras. Gadis itu bingung. Kaca mobil tersebut perlahan terbuka, pria berkacamata di kafe (Neil) berada di balik kemudi.

NEIL

Need a ride?

LARAS

(menggeleng sopan)

Thanks

Gerimis mulai membasahi bumi. Laras kembali berusaha mencari taksi online tapi belum berhasil. Armada yang tersedia tidak ada yang menerima pesanan Laras.

NEIL

I won't bite

LARAS

(memertimbangkan sedangkan hujan semakin deras)

Show me your theet!

Neil tertawa, memerlihatkan deretan giginya yang rapi. Laras membuka pintu mobil dan segera duduk.

Laras mengibaskan pakaiannya yang basah agar tidak terlalu melekat ke kulitnya.

NEIL

The heater will help you a little

LARAS

Thanks.

NEIL

Not a big deal.

LARAS

I'm sorry about your order

NEIL

That's fine. By the way, where to?

LARAS

Oh, this way.

(menunjukkan jalan yang harus dilewati pria berkacamata)

Setelah melaju beberapa kilometer, mereka mulai berbincang mengenai hal lain.

NEIL

My name is Jathneil. You can call me Neil.

LARAS

Oh, Neil. My name is Laras

Mereka tidak berjabat tangan.

NEIL

So, college?

LARAS

Yes. (jeda) And what about you?

NEIL

Still working, and working.

LARAS

Even on Sunday like this?

NEIL

No time for holiday, I think.

LARAS

Do not want to, OR can not to?

NEIL

Yeah different things, I see.

LARAS

And different decision.

NEIL

Smarter than I thought!

(memutar stir tanda sedang berbelok)

Laras memasukkan ponselnya ke dalam tas dan menarik jilbab yang diberikan Putri keluar dari tas.

Laras termenung sebentar, kemudian ia tersadar dan menatap ke arah jalan. Hujan berhenti ketika mereka mulai sampai di sekitar rumah Laras.

LARAS

(melihat mini market)

This is my sign. Thanks a lot, Neil.

(memasukkan jilbab yang diberi Putri ke dalam tas kembali)

NEIL

(menepikan mobilnya)

You're welcome.

(melihat Laras membuka sabuk pengamannya)

NEIL (CONT'D)

You just joking about sinagog around

LARAS

(memandang Neil terkejut)

Oh, I'm sorry. I didn't mean to -

NEIL

Wanna see the real one? Well, maybe not the real, but this is the closest.

LARAS

Can I?

NEIL

Do you want to?

LARAS

You are ...

NEIL

A Jewish? Yes. (jeda) So do you want to?

LARAS

Of course. But (jeda) I barely knew you ...

NEIL

Right.

(mengeluarkan dompet dan mengambil sebuah kartu)

This is my card.

(menyerahkan kartu nama)

There's my phone number, my office address. Also you can seek me, on my social media. I'm not a murder OR a rapist.

LARAS

(tertawa dan menerima kartu nama dari Neil)

Okay. Soo, when I can go there?

NEIL

What about tomorrow?

LARAS

Sure. After I'm finish my class?

NEIL

Sounds good.

LARAS

Deal.

Mereka saling menjabat tangan. Laras turun dari mobil dan menuju rumahnya yang masih beberapa blok jauhnya.

20. INT - RUMAH LARAS - SORE

Laras masuk ke dalam rumah secara perlahan.

Sampai akhirnya berhasil masuk ke dalam kamarnya.

Sementara Putri di kamar sebelah Laras, segera membuka pintu karena mendengar suara pintu di sebelah kamarnya seperti terbuka/tertutup. Melihat pintu kamar Laras tertutup, Putri kembali masuk ke dalam kamarnya.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar