Ergo
2. Scene 13-17

13. INT. TOKO BUKU - SIANG

Laras melihat-lihat deretan buku pengembangan diri, lalu ke deretan agama. Putri di dekat Laras sambil melihat deretan buku lainnya.

PUTRI (CONT'D)

Kenapa sih, nggak nonton you tube aja? Praktis! Malah banyak pilihan temanya.

Laras tidak peduli.

Sebuah buku terjatuh di dekat Laras.

Laras melihat seorang pria berjalan menjauhi sumber jatuhnya buku. Judul buku : Menggugat Tanggung jawab Agama-Agama Abrahamik bagi Perdamaian Dunia.

Laras menatap lekat punggung pria tersebut. Kembali tak peduli. Ia mengembalikan buku ke rak. Sementara Putri tidak menyadari Laras baru saja melihat seorang pria.

PUTRI (CONT'D)

Lo aneh, Ras! Di kajian juga ada, malah ke sini

Laras bergeming.

PUTRI (CONT'D)

Ras!

LARAS

Gue nggak suka aja, sama yang lo rekomen

PUTRI

Sensi amat lo ama gue!

(merajuk)

LARAS

Bukan sama lo nya, tapi, sama ustadz yang lo rekomen. Gue juga butuh dong, referensi, selain yang lo kasih. Kan lo juga yang ngajarin, untuk.selalu.cross-check.

PUTRI

Susah emang ngomong sama anak komunikasi,(jeda) yang ada omongan gue dibalikin mulu.

LARAS

(mengambil buku berjudul Muhammad dan Umat Beriman)

Emang susah ngomong sama anak manajemen, (jeda) omongan gue selalu salah, kalo nggak sesuai sama.mana.jemen.nya

Laras berjalan menuju kasir.

Putri dongkol, mengikuti Laras.

Mereka berpapasan dengan Bintang di kasir.

BINTANG

Eh, Laras, ketemu lagi.

PUTRI

Ngapain lo?

BINTANG

Aku nggak ngapa-ngapain Laras kok. Eh, maksudnya aku nggak ngapa-ngapain.

PUTRI

Maksudnya, ngapain lo di sini? Kajiannya kan belum kelar?

BINTANG

Males, ah. Nyari sumber ilmu lain aja.

LARAS

(berbisik)

Bener kan gue bilang.

BINTANG

Laras pulang sama siapa? Aku anter, boleh?

LARAS

(berpikir sejenak, kemudian mengangguk)

Bintang menatap Laras tak percaya.

Putri menarik-narik lengan baju Laras perlahan, melotot ke arah Laras.

14. INT - KAMAR LARAS - SORE

Laras masuk kemudian merebahkan diri di tempat tidur.

Putri terengah-engah sampai di pintu kamar.

PUTRI

Kok,lo mau dianter Bintang?

LARAS

(bangun lalu duduk)

Emang ada masalah?

PUTRI

(masuk ke dalam kamar, berdiri di depan Laras)

Masalahnya adalah, Bintang naksir lo sejak S.M.P. Jelas dia ngerasa diberi harapan penuh. Lo yakin?

LARAS

Cuma karena nganter? Bintang nggak begitu kayaknya.

PUTRI

Ka.yak.nya

LARAS

(Defensif menatap Putri)

Sebuah dering telpon mengejutkan Laras dan Putri. Sumber bunyi dari ponsel Laras. bertuliskan nomor tidak dikenal.

LARAS (CONT'D)

Halo?

INTERCUT

BINTANG

Halo. Laras?

Seketika Laras menatap Putri

LARAS

Hai, (jeda) Bintang ...

PUTRI

(Gerakan mulut)

Bener,kan?!

Laras memaksakan senyum. Menatap ke arah lain dan menjawab telpon Bintang.

15. INT - KAMAR LARAS - MALAM HARI

Laras yang sedang duduk bersandar di bagian kepala tempat tidurnya, membaca buku Muhammad dan Umat beriman, dikejutkan oleh Putri yang masuk secara tiba-tiba.

LARAS

Ketok pintu dulu,kan bisa!

(Kembali membaca)

PUTRI

(menatap bingung ke arah pintu terbuka yang baru dilaluinya. Kembali menatap Laras.)

Terlanjur. Baca apaan sih?

(melihat Laras yang membaca dengan serius)

Gue nginep di sini tapi lo asik aja di kamar, berasa penghuni tunggal tau gue!

LARAS

(menatap Putri sedetik kemudian kembali membaca buku)

PUTRI

Sopaaaan!

(mengambil bantal dan melemparnya ke arah Laras)

LARAS

Put, nggak liat ini?

PUTRI

Bodo amat! Heran gue, apa sih yang segitu menarik, sampe lo kayak punya dunia sendiri?

Putri melihat-lihat meja belajar Laras. Menemukan sebuah buku berjudul Menggugat Tanggung jawab Agama-Agama Abrahamik bagi Perdamaian Dunia. Ia mulai membuka-buka buku tersebut. Sementara Laras kembali membaca.

PUTRI (CONT'D)

Lo baca buku ini?

LARAS

(melihat buku yang dipegang Putri)

Taro lagi!

PUTRI

Sangat mengejutkan?!

(melempar buku ke atas)

Buku jatuh ke lantai.

Laras menutup buku yang dibacanya, beranjak dari tempat tidurnya, mengambil buku yang dilempar Putri, meletakkan buku tersebut kembali ke meja belajar.

PUTRI (CONT'D)

Jangan bilang, lo bela mereka?

LARAS

Who?

PUTRI

Yahudi!

LARAS

Kenapa gue bela mereka?

PUTRI

Kalo lo ngakuin mereka, berarti lo bela mereka! Baru aja di berita,Trump dukung keinginan orang Yyahudi biar Yerusalem jadi ibukota Israel, Ras!

LARAS

Kaum Yahudi, nggak bisa selalu lo sangkutpautin, sama semua-semua yang dilakukan Israel, Put!

PUTRI

Wow! Ternyata bener ya, lo bela mereka!

LARAS

Dan mengakui ke-be-ra-da-an mereka, nggak bisa dibilang ngebela.

PUTRI

gaya lama anak komunikasi!

LARAS

That's the truth!

PUTRI

Nggak cukup, penderitaan saudara-saudara kita di Palestina, Ras? Lo udah gila!

LARAS

Wait the minute! Karena gue baca buku ini, lantas, serta.merta, lo nuduh gue bela Israel?

PUTRI

Apa lagi?

LARAS

Ada yang salah sama otak lo.

PUTRI

Bukannya otak lo? Harus berapa nyawa lagi melayang karena kebiadaban mereka?

LARAS

(menghela nafas panjang)

PUTRI

Nggak bisa jawab,kan lo!

LARAS

Bukan. Tapi lo, yang harus lebih banyak baca buku sejarah dunia sebelum koar-koar.nggak.jelas.

(kembali ke tempat tidur, duduk, membuka buku)

PUTRI

Ras! Gue lagi ngomong ini! Gue marah!

LARAS

(masih membaca buku)

Lanjutin aja besok.

PUTRI

(mendengus kesal dan menghentakkan kakinya ke lantai)

Kemudian Putri beranjak pergi dari kamar Laras.

Laras tidak peduli, masih membaca buku.

KEESOKKAN PAGINYA

16. EXT - HALAMAN MASJID - PAGI JELANG SIANG

Laras dipakaikan jilbab berpeniti oleh Putri sebelum masuk menuju masjid.

LARAS

(wajah sedikit khawatir dan merasa sedikit tertekan)

Put, gue nggak mau, kalo harus begini.

PUTRI

Sebentar doang!

(lanjut memakaikan jilbab dengan rapi)

PUTRI (CONT'D)

Anggep aja latihan pake jilbab.

(satu bagian bawah jilbab dipanjangkan menutupi dada sebelum bagian lain disampirkan ke leher)

LARAS

Gue bukan tentara, yang harus pake latihan.

PUTRI

Bawel amat nih anak! Pake jilbab itu wajib, kalo lo udah akil baliq, Ras! Lo nggak mau kan, kalo Om Burhan harus tanggung jawab masuk neraka gara-gara, lo nggak mau pake jilbab?

LARAS

Eh, kok bawa-bawa Papa?

(menepis tangan Putri yang memakaikannya jilbab)

PUTRI

(kembali mendekatkan tangannya untuk merapihkan jilbab yang dipakaikannya kepada Laras)

Emang bener, itu kalo lo belum nikah. Lo juga nggak mau kan, kalo suami lo nanti masuk neraka karena Allah marah?

LARAS

Bentar-bentar!

(menghentikan Putri yang memakaikannya jilbab)

Lo ngejawab, seakan-akan lo paling tahu. Kayak, Tuhan itu bertindak seperti yang ada di dalam pikiran lo!

PUTRI

Seperti di pikiran gue? Itu bener ada hadist nya, ayat al Qur'an juga.

Jadi jelas hukumnya

LARAS

See! Lo bahkan menutup kemungkinan, kalo Tuhan MUNGKIN aja berbuat sebaliknya. Udah khatam lo sifat-sifat Tuhan? Sampe yakin banget, Tuhan bakal ambil tindakan gimana? Sebenernya yang Tuhan itu siapa?

PUTRI

Lo makin ngaco nih! Lagian kenapa bilang Tuhan, bilang Allah!

LARAS

Yang lo puja itu Maha Penghukum, yang gue kenal itu Maha Penyayang! Sayang banget, namanya aja sama.

PUTRI

Astaghfirullah! Raras! Mulut lo!

LARAS

Saran gue, cari guru yang bener, Put. Kalo lo diajarin untuk selalu melihat keburukan dan kekurangan, Lo bisa jadi antek kerusakan dunia. Allah itu ampunanNya luas, kasih sayangNya melebihi kemarahanNya. Nggak mesti juga orang yang lo vonis bakal masuk neraka, mereka masuk neraka.

PUTRI

Lo keterlaluan, Ras!

LARAS

Lo harus buka pikiran Put. Jangan ➖

PUTRI

Gue berusaha sayang sama lo, karena gue tahu enaknya bisa tumbuh sama nyokap. Tapi lo? Cuma sama bokap dan kakak cowok lo, kekurangan sosok lemah lembut seorang ibu karena -

LARAS

Stop right there!

PUTRI

Oh, lo aja yang boleh lanjut ngomong?

LO HARUS TERIMA KALO NYOKAP LO UDAH NGGAK ADA DAN LO KEKURANGAN KASIH SAYANGNYA! Mungkin nyokap lo belum sempet ajarin lo tentang jilbab, makanya -

LARAS

Gue bilang STOP, Putri! Lo nggak tahu apa-apa tentang nyokap gue! Nyokap gue nggak kekurangan buat ngajarin gue tentang kebaikan! And all you talking about is A.BIG.BULLSHIT!

Laras berlari, meninggalkan Putri yang masih berdiri dengan tatapan kosong. Nafas Putri tersengal dan tubuhnya gemetar, menahan marah.

17. EXT - TROTOAR DI DEPAN DERETAN KAFE - SIANG

Laras berjalan jauh, lalu berhenti, menatap kosong jalan di depan langkahnya. Matanya sembab. Perlahan ia melepas jilbab yang dipakaikan oleh Putri. Ia berdehem.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar