Duda-Duda Durjana
7. #7 Duda Durjana (Scene 61-70)
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

61. Int. Kantor – Lobby - Siang

 

Usy memasuki Lobby membawa makanan yang dipesannya melalui gofood.

 

VANO (O.S)
Usy!

 

Usy menoleh ke asal suara. Usy tak menyangka Vano benar-benar datang di jam makan siang. Usy perlahan menyembunyikan kantong makanan gofood miliknya. Vano berjalan mendekati Usy.

 

VANO
Udah mau makan siang?

 

USY
I-iya.

 

VANO
(tersenyum) Selamat makan.

 

RATIKA (O.S)
Vano.

 

Usy dan Vano menoleh ke asal suara. Ratika datang bersama dua asisten yang selalu bersamanya. Vano melangkah meninggalkan Usy untuk menghampiri Ratika. Usy sedikit terlihat kesal.


RATIKA
Sorry, terlambat. Jalanan macet banget.

 

VANO
Mereka bakal tetep nunggu kamu kok.

 

Ratika bahkan dengan santai melingkarkan tangannya di lengan Vano.

Usy mengalihkan pandangannya dan mulai berjalan menjauhi mereka menuju lift.

Vano dan Ratika juga berjalan menuju lift. Di depan lift, Vano dengan sopan mempersilakan Ratika untuk masuk terlebih dahulu. Vano menekan tombol ‘buka’ dan menunggu Usy untuk ikut naik juga.


USY
Aku naik lift yang lain aja.

 

Ratika tersenyum sopan. Tapi Usy tetap kesal melihat Ratika. Apalagi Vano yang menurut Usy nggak sopan karena mengabaikannya.

 

Cut to

 

62. Int. Kantor - Siang

 

Sesekali Riona merapikan rambutnya melalui pantulan layar laptop. Tessa tiba-tiba mengambil kursi kosong dan menggesernya ke dekat Riona.

 

TESSA
Kamu sama Angkasa beneran mau ke arah situ?

 

RIONA
Sssttt… Ambigu banget pertanyaan lo, Kak.

 

TESSA
Sorry, maksud gue lo bener mau ngejalin hubungan yang lebih dari sekedar teman kerja sama Angkasa?

 

RIONA
Liat nanti perkembangannya gimana. Kalau cocok ya lanjut, kalau ternyata beda visi kayak pengalaman lo dulu, ya gue pasti mundur teratur. Daripada maksain terus ujung-ujungnya broke up juga.

 

Tessa terlihat khawatir.

 

RIONA (CONT'D)
Lo kenapa sih, Kak? Sebelumnya lo yang dorong gue supaya punya hubungan baru. Sekarang giliran waktunya tiba, malah kayak nggak yakin gitu. Lo tahu sesuatu tentang Angkasa?

 

TESSA
Ya, gue cuma nggak mau lo patah hati kayak sama mantan lo yang brengsek, kurang ajar, pengecut, matre, bermuka dua.

 

RIONA
(tertawa) Gue pikir Angkasa juga lagi deket sama cewek lain dan mau nikah.

 

TESSA
Kalau itu sih gue bisa jamin, nggak.

 

RIONA
Kok lo bisa seyakin itu?

 

TESSA
Angkasa itu sepupu gue.

 

Keterkejutan Riona bertambah dengan kedatangan Usy yang menaruh bungkus makanan di meja sambil duduk dengan cukup kesal. Riona menatap Usy dan Tessa bergantian.

 

RIONA
(pada Usy) Lo udah tahu?

 

Riona pikir Usy tahu bahwa Angkasa itu sepupunya Tessa.

 

USY
Ya tahulah, jelas-jelas tadi gue ketemu sama dia di bawah sambil gandengan sama cewek.

 

TESSA
(terkejut) Nggak mungkin!

 

RIONA
(terkejut) Apa?

 

Usy kaget karena Tessa dan Riona berteriak berbarengan sampai beberapa staf menoleh pada mereka.

 

USY
Iya, kan? Kalian juga kaget kan? dari kemaren dia godain gue terus, dan katanya mau ngajakin gue makan siang bareng? Hhh (kesal). Tapi tadi gue dicuekin gara-gara dia bawa gandengan cewek cakep. Kurang ajar kan?

 Usy menangkap ekspresi aneh Riona dan Tessa.

 

USY (CONT'D)
Kalian lagi nggak bahas orang yang gue maksud ya?

 

Riona dan Tessa menggeleng bersamaan.

 

ANGKASA
Kalian lagi nggak gosipin gue, kan?

 

Tessa memberi respon dengan matanya agar Riona pergi sama Angkasa.

 

RIONA
Udah waktunya makan siang ya? Ayo, Sa.

 

TESSA
Enjoy your lunch.

 

Setelah Riona beranjak dan berjalan meninggalkan mereka, Angkasa memperhatikan Tessa yang mengerenyitkan kening dengan ekspresi bersalah. Angkasa seperti tahu kalau Tessa memberitahu sesuatu tentang dirinya pada Riona. Angkasa jadi agak was-was.


USY
Ada apa sih?

 

TESSA
Sebelum itu, cowok yang lo bilang gandengan sama cewek cakep itu siapa? Gebetan baru?

 

USY
Sorry, ya. Gue nggak berminat sama bujangan nggak punya etika kayak gitu.

 

TESSA
Kalau lo ampe sekesel ini gara-gara tuh bujangan. Bukannya itu artinya lo ada rasa sama dia?


Usy tidak bisa membantah. Tapi ia juga gengsi untuk mengiyakan pertanyaan Tessa.

 

TESSA (CONT'D)
Inget. Jangan tolak perasaan yang datang. Terima dan hadapi. Siapa tahu emang dia cinta yang selama ini lo tunggu.


Tessa beranjak meninggalkan Usy. Ia sempat menoleh ke arah Usy dan merasa lucu.

 

TESSA
Sahabatan tukeran nasib. Yang satu suka duda, malah kecantol sama bujangan. Yang satunya lagi nggak mau sama duda. Dapetnya malah Duda.


Tessa tersenyum sambil geleng-geleng kepala mengetahui kenyataan yang menghampiri kedua sahabatnya itu.

Cut to

 

63. Int. Kantor – Lift - Lobby - Siang

 

Angkasa berdiri sedikit di belakang Riona dan terus menatap Riona sambil bertanya-tanya apa yang Riona ketahui dari Tessa. Angkasa mengeluarkan HP nya, saat membuka kunci layar, ia melihat wallpaper foto dirinya bersama istrinya. Angkasa kembali memasukan HP ke dalam sakunya.

 

RIONA
Gimana kalau kita makan di luar? Ada yang pengen gue tanyain ke lo, dan ini cukup pribadi.

 

ANGKASA
Oke.

 

RIONA
Sebenernya gue nggak pernah sekepo ini sama urusan orang kecuali buat kerjaan. Tapi karena ini lo, gue pengen tahu dari lo langsung.

 

ANGKASA
Yang lo tahu dari Kak Tessa itu emang bener.

 

RIONA
Jadi bener lo masih keluarga Tjokro? Sepupunya Kak Tessa?

 

ANGKASA
(bingung) I-iya.

 

RIONA
Tapi anak-anak sekantor nggak ada yang tahu.

 

ANGKASA
Ya, karena, buat apa juga gue bilang-bilang kalau gue masih keluarga Tjokro.

 

Insert: Name tag Angkasa yang hanya bertuliskan Angkasa F. T.

 

Riona tersenyum mendengar ucapan Angkasa. Angkasa meraih lengan Riona. Riona terkejut.

 

ANGKASA
Sebenernya gue udah janji sama diri gue sendiri nggak akan coba untuk deketin lo. Karena gue ngerasa gue bukan cowok yang tepat buat lo.

 

Riona melepaskan lengan yang digenggam Angkasa dan beralih menggenggam tangan Angkasa. Mereka kini berpegangan tangan sambil saling berhadapan.

 

RIONA
Gue yang lebih tahu lo cowok yang tepat buat gue atau nggak.

 

Riona dan Angkasa tersenyum. Angkasa menggenggam tangan Riona. Mereka kini saling bergandengan tangan hingga pintu lift terbuka. Beberapa orang yang sedang menunggu di depan lift melihat kemesraan itu. Riona dan Angkasa mulai berjalan dengan sedikit rasa canggung. Tapi keduanya benar-benar terlihat bahagia.

 

Cut to

 

64. Int. Kantor – Depan Bank - Siang

 

Dave berjalan ke luar Bank sambil menoleh kesana – kemari mencari Tessa. Rekan kerjanya juga keluar dan menghampiri Dave.

 

REKAN KERJA
Lo mau pindah kerja di sini? Udah nggak betah di pusat? Atau karena…

 

DAVE
Udah jelas kan?

 

Dave tersenyum mantap.

 

REKAN KERJA
Jangan ampe lo dimutasi aja gara-gara keseringan nongkrong di sini meskipun nggak ada urusan kerjaan.

 

Keduanya tertawa akrab. Rekan kerja memasuki Bank, Dave pun menyusul di belakangnya.

 

 

Cut to

 

65. Int. Kantor - Siang

 

Fajar berjalan menuju meja Usy yang sudah menyelesaikan makan siangnya hanya dengan sebuah burger dan cola.

 

FAJAR
Lo yakin makan siang itu doang?

 

USY
Biar cepet. Udah yuk! Ntar kita telat.

 

Fajar menyamai langkah Usy yang bergerak cepat untuk liputan.

 

Cut to

 

66. Int. Kantor – Lobby - Siang

 

Usy berjalan bersama Fajar melewati Lobby. Ia kembali bertemu dengan Vano. Usy ingin pura-pura nggak liat, tapi tatapan mereka sudah bertemu. Vano berjalan menghampiri Usy.

 

FAJAR
Gue ambil motor dulu, ya.

 

Fajar langsung berjalan pergi tanpa menunggu persetujuan Usy. Fajar cuma tersenyum saat melewati Vano sebagai ganti sapaan.

 

VANO
Mau liputan?

 

USY
Iya.

 

VANO
Sampai malam?

 

USY
Tergantung. Bukannya mas Vano ada wawancara di atas? Wawancara apaan secepet ini?

 

VANO
Aku seneng kamu penasaran sama kegiatan aku.

 

USY
Aku cuma mastiin aja, kalau Mas Vano itu emang orang yang suka seenaknya.

 

VANO
(tersenyum) Sorry, karena aku nggak nepatin janji untuk ajak kamu makan siang.

 

USY
Nggak perlu minta maaf. Karena aku juga nggak pernah mengiyakan ajakan makan siang Mas Vano.

 

VANO
Gimana kalau janji makan siangnya, kita ganti jadi makan malam?

 

Usy senang, tapi dia mencoba menyembunyikan senyumannya.

 

VANO
Setelah selesai syuting, aku akan tunggu kamu di sini. Jadi kita berangkat bareng. Atau aku bisa jemput kamu di tempat kamu liputan.

 

Usy menatap manik mata Vano yang terlihat tulus.

 

VANO
Kabari aku lewat telepon, ya.

 

Vano tersenyum dan mempersilakan Usy untuk pergi. Usy berjalan pergi karena nggak tahu harus ngomong apa pada Vano.

 

Cut to

 

67. Int. Cafe - Siang

 

Riona dan Angkasa tengah menikmati makanan penutup mereka.

 

RIONA
Gue nggak percaya bakal punya love affair sama orang sekantor.

 

ANGKASA
Kamu mau kita backstreet?

 

RIONA
Nggak perlu. Nggak ada untungnya juga buat kita. Malah bikin canggung juga, kan?

 

ANGKASA
Apapun itu, aku nggak masalah. Selama tetep sama kamu.

 

RIONA
Aku?

 

ANGKASA
Manis kan? aku – kamu. Apa mau aku panggil sayang?

 

RIONA
(geli) Iihhh... kayaknya nggak perlu sampe sayang-sayangan deh. (tertawa) mungkin nggak sekarang.

 

Angkasa turut tertawa, karena menurutnya Riona benar-benar cewek galak yang manis.

 

RIONA
Haduh, kayaknya aku kejebak sama playboy, nih.

 

ANGKASA
Aku cuma mengekspresikan apa yang aku rasain. Apa itu masuk kategori playboy?

 

RIONA
Karena buat ukuran cowok, kamu tuh terlalu terbuka sama perasaan kamu. Jaim atau gengsi dikit kek.

 

Lagi-lagi Angkasa tertawa mendengar ucapan Riona.

 

ANGKASA
Kamu perempuan kedua yang membuat aku kayak gini.

 

RIONA
Yang pertama? (penasaran) Bukan maksud aku, aku nggak suka dijadikan yang kedua ya. Aku cuma penasaran aja sama yang pertama. Kamu masih komunikasi sama dia?

 

ANGKASA
Aku terakhir komunikasi sama dia lima tahun yang lalu. Allah lebih sayang sama dia dibanding rasa sayangku sama dia.

 

Riona menatap Angkasa dengan tatapan teduh.

 

ANGKASA (CONT'D)
Sorry. Too much information.

 

RIONA
Nggak perlu minta maaf. Aku yang nanya duluan tentang dia. Seenggaknya kamu punya mantan terindah dalam hidup kamu.

 

ANGKASA
Dan kamu nggak perlu takut ada saingan.

 

RIONA
Bersaing nggak akan pernah bikin aku takut.

 

ANGKASA
Aku tahu kamu memang sekuat itu.

 

Cut to

 

68. Int. Kantor – Bank - Lobby - Siang

 

Dave terus memperhatikan Tessa yang tersenyum ramah pada customer service. Tessa meninggalkan meja dan berjalan ke luar Bank. Dave menghampiri Tessa yang berjalan menuju lift.

 

DAVE
Hai!

 

TESSA
Hai.

 

DAVE
Aku Dave.

 

Tessa tersenyum canggung, tapi sedetik kemudian ia teringat siapa Dave.

 

TESSA
Oh, hai. Maaf, saya nggak ngenalin. Apa ada masalah sama HPnya?

 

DAVE
Nggak apa-apa.

 

Dave dan Tessa mulai berjalan menuju lift.

 

DAVE (CONT’D)
Aku udah ganti tempered glass, dan sekarang jadi kayak baru lagi.

 

Dave menunjukkan HPnya sebagai bukti sambil tersenyum senang.

 

TESSA
Syukur kalau gitu. Apa ada yang lain?

 

Dave mengambil langkah besar dan berjalan ke hadapan Tessa sambil mengulurkan tangannya.

 

DAVE
Kayaknya sekarang kita bisa kenalan dengan resmi kan? Aku ingin kenal lebih dekat sama kamu.

 

TESSA
Sorry?

 

Dave memberikan kartu Namanya pada Tessa. Tessa menerima dengan tatapan aneh. Ia membaca kartu nama Dave dan mengetahui Dave bekerja di Bank Pusat.

 

DAVE
Aku bukan marketing yang lagi nawarin product. Aku cuma pengen kamu tahu aku bukan orang aneh, dan aku yakin cuma ini cara supaya aku bisa kenal langsung sama kamu.

 

Tessa tersenyum ramah karena menganggap Dave cukup lucu. Tessa kembali berjalan menuju lift dan menekan tombol ke lantai atas.

 

TESSA
Salam kenal.

 

Dave sumringah dan berdiri di samping Tessa menunggu lift terbuka.

 

DAVE
Kalau lain kali aku ajak kamu makan siang bareng, boleh kan?

 

TESSA
Saya harus liat jadwal saya dulu.

 

Pintu lift terbuka. Tessa memasuki lift. Dave mengikutinya. 

 

Cut to

 

68. Int. Kantor – Lift - Siang

 

Tessa menekan tombol menuju lantai kantornya.

 

DAVE
Kalau besok?

 

TESSA
Mmh. Besok bisa, tapi nggak bisa keluar.

 

DAVE
Aku nggak keberatan makan di sini.

 

TESSA
Kayaknya kerjaan kamu cukup fleksibel ya.

 

DAVE
Aku selalu bisa meluangkan waktu untuk seseorang yang aku anggap penting.

 

TESSA
Tanpa mengabaikan pekerjaan kan?

 

DAVE
Sebisa mungkin aku selalu professional dalam bekerja dan kehidupan pribadiku.

 

TESSA
Itu yang biasanya diucapin cowok yang belum pernah menjalin hubungan serius sama seseorang. Rasa yakin dan percaya diri kalo nggak akan mencampur adukan keduanya.

 

DAVE
Untuk kamu, aku yakin aku bisa.

 

TESSA
(tersenyum) cukup meyakinkan.

 

Pintu lift terbuka. Tessa pun berjalan keluar lift. Dave menekan tombol ‘buka’.

 

DAVE
Sampai ketemu besok siang.

 

Tessa berbalik dan kembali tersenyum. Kemudian ia melanjutkan berjalan memasuki kantornya. Dave senang karena penantiannya tidak sia-sia. Pintu lift pun tertutup dan membawa Dave kembali turun.

 

Cut to

 

69. Int. Bioskop – Studio/Teater - Siang

 

Usy duduk manis di antara Fajar dan Jamie. Ia terus mengecheck HPnya. Padahal acara nobar sebuah film dokumenter yang memenangkan festival film bergengsi di Indonesia tengah berlangsung.

 

MC (O.S)
Kita minta untuk sutradara dari film documenter Rising Hope serta Direktur Film, Musik, dan Media Kemendikbud Bapak Rajendra Jeremias yang telah memfasilitasi film documenter ini agar bisa tayang di sini dan di seluruh kota di Indonesia dalam rangkaian Roadshow selama setahun penuh.

 

MC terus mengoceh, Usy sesekali mendengarkan dan turut bertepuk tangan bersama penonton lainnya. Tapi ia terus-terusan merasa bimbang menatap HPnya.

 

JAMIE
(berbisik) Tuh layar bisa pecah dipelototin terus. Siapa sih? Duda baru?

 

USY
(berbisik) Bukan Duda!

 

JAMIE
Seriously? Tumben banget lo nggak sama duda. Ini serius atau cuma icip-icip?

 

USY
Kayaknya nggak serius.

 

JAMIE
Bujangnya atau lo nya?

 

USY
Gue nya. Aahh… gue juga nggak ngerti. Kali ini hati gue bergerak sendirian. nggak kompromi dulu sama gue.

 

FAJAR
Coba dijalanin aja dulu.

 

USY
Kalo dia ngechat gue duluan, bakal gue pertimbangin.

 

FAJAR
Jadi lo daritadi ngarep dia chat duluan?

 

USY
Ssttt…

 

Notifikasi WA masuk pun diterima.

 

VANO: Shareloc ya. Biar aku bisa langsung pergi ke sana untuk jemput kamu.

 

Fajar dan Jamie sama-sama mencoba mengintip layar HP Usy. Tapi melihat Usy yang menahan senyum. Jamie dan Fajar juga ikut tersenyum.

 

Cut to

 

70. Int. Kantor – Ruangan Tessa – Sore

 

Riona membuka pintu dan memasukkan setengah badannya ke ruangan Tessa.

 

RIONA
Kak, gue balik ya.

 

TESSA
Emang jam berapa ini udah mau balik aja?

 

Riona melirik jam tangan miliknya dan juga jam dinding di ruangan Tessa.

 

RIONA
Emang udah waktunya pulang, Kak. Sekarang jam 5.

 

TESSA
Ya ampun. Waktu cepet banget berlalu.

 

Raut wajah Tessa yang seolah menyembunyikan sesuatu menarik munat Riona. Riona tersenyum nakal dan mendekat sambil duduk di kursi depan Tessa dengan gaya seorang seorang investigator.

 

RIONA
Siapa?

 

TESSA
Anak kecil.

 

RIONA
Berondong?

 

TESSA
Kenapa anak-anak seangkatan lo Ajaib-ajaib ya. Nggak Usy, nggak lo, sekarang dia.

 

RIONA
Masih satu Gedung kantor sama kita?

 

TESSA
Dia kerja di pusat. Di sini Cuma cabang.

 

RIONA
Resto? Café? Bank?

 

Tessa memberi respon pada ‘Bank’.

 

RIONA
Suhu emang beda. Berondong aja nyantol.

 

TESSA
Kayaknya dia nggak tahu kalau gue alumni.

 

RIONA
Pasti tahulah, Kak. Itu tuh udah jadi rahasia umum. Di Gedung ini nggak ada yang nggak kenal sama lo. Malah buat kebanyakan cowok-cowok di Gedung ini, perceraian lo itu jadi salah satu gift buat mereka.

 

TESSA
Sialan! Lo sama Angkasa gimana?

 

RIONA
Akhirnya hubungan kita nggak Cuma sekedar jadi bestie, Kak. Tapi juga keluarga.

 

TESSA
Lo bener-bener terima Angkasa?

 

RIONA
Gue bisa bilang ini hari pertama kita.

 

TESSA
Tapi dia udah jujur sama lo?

 

RIONA
Udah. Bahkan tentang mantan terindahnya.

 

TESSA
Dan lo tetep mau?

 

Riona mengedipkan matanya perlahan dan berbicara dengan suara tenang.

 

RIONA
Tenang, Kak. Gue bakal jadi ipar yang baik buat lo. Lo kenal gue kan?

 

TESSA
Gila! (tertawa)

 

Riona ikut tertawa.

 

Cut to


Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar