Duda-Duda Durjana
1. #1 Duda Durjana (Scene 1-10)

01.  Int. Mall – Toilet Wanita – Malam

 

USY (27) berjalan riang memasuki toilet wanita sambil bertelepon dengan RIONA (27).


RIONA (O.S.)
Ini kalau gue udah capek-capek nemenin lu teleponan sepanjang jalan, tapi ternyata laki yang mau lo temuin nggak worthy awas aja, ya!

 

USY
Yang ini mudah-mudahan lebih jelas dari yang sebelumnya.

 

RIONA (O.S.)
Eh, emang lo kenal di mana sama yang satu ini? Dating apps lagi?

 

USY
Yup! Dari SwipaLova.

 

Usy membenahi penampilannya sambil bercermin.

 

Cut to

 

02. Int. Kantor – Malam


Riona membereskan mejanya sambil bertelepon dengan Usy.

 

RIONA
Duda lagi?

 

USY (O.S.)
Pastinya. Udah gue pastikan dari beberapa media sosialnya.

 

RIONA
Jiwa-jiwa stalker lo bermanfaat banget, ya.

 

USY (O.S.)
Kok, stalker, sih? Gue tuh riset. Sebagai seorang jurnalis, gue selalu membiasakan diri untuk memastikan kebenaran sebuah informasi lewat beberapa sumber. Dalam hal ini sumber yang paling mudah buat ditelusuri, kan, media sosial. Zaman sekarang kebanyakan orang tuh over-sharing di media sosial, gue hanya memanfaatkan keadaan itu buat dapatin data yang faktual.

 

Riona menggelengkan kepala sambil berjalan keluar ruangan.

 

Cut to

 

03. Int. Kantor – Koridor – Lift - Malam


Riona berjalan dari ruangan kubikel dan menyusuri sebuah koridor sambil masih bertelepon dengan Usy dan pamit sekenanya pada karyawan HerDaily lainnya.

 

RIONA
Lo itu kan jurnalis, ya. Kerjanya lebih sering di luar kantor, pergi ke sana-kemari nyari berita, ketemu banyak orang dari berbagai latar belakang, jago riset pula. Tapi kenapa malah nyari cowok di dating apps, sih? Emang di dunia nyata kurang banyak laki yang lo temuin setiap harinya?

 

USY (O.S.)
Ya, banyak juga, sih.

 

RIONA
Kayaknya nggak usah jauh-jauh ke luar kantor kalau emang lo beneran serius mau cari laki. Gue rasa, populasi laki jomlo di kantor kita ada banyak, yang duda juga pasti lumayan banyak. Kenapa lo nggak coba kenalan dan gebet laki yang deket-deket dulu?

 

USY (O.S.)
Males, ah. Kalau satu kantor, terus nanti nggak cocok, besok-besoknya pasti jadi canggung kalau ketemu.

 

RIONA
Gedung kita kan nggak cuma satu lantai, Sy. Lift aja ada empat, lobi untuk keluar masuk juga ada beberapa, lo nggak harus ketemu sama tuh laki lagi kalau emang setelah beberapa kali kencan ternyata nggak cocok. Tapi minimal, laki yang lo gebet jelas kerjaan dan bentuknya, bukan kencan buta sama laki yang bentuk aslinya belum tentu secakep foto profilnya di dating apps.

 

USY (O.S.)
Enggak, ah. Walau pun gedung kita gede, tetep aja bakalan nggak enak kalau nantinya harus kerja bareng sama mantan gebetan.

 

Riona memencet tombol lift dan menunggu Lift dari lantai dasar menuju lantai ia berada.

 

RIONA
Heh! Di gedung kita itu nggak cuma ada anak HerDaily. Ada Matra, tuh majalah politik yang kantornya di lantai 11. Ada kantor radio juga. Bahkan ada MGTV kalau lu mau nyicip pacaran sama news anchor atau bahkan produser. Bank juga ada tuh di lantai dasar. Atau manager kafe-kafe, kek. Bukannya harus yang bener-bener sekantor sama kita. Yang pasti, stok laki di gedung kita ada banyak, bahkan kayaknya nggak akan habis juga kalau lo ganti-ganti gebetan seminggu sekali selama setahun penuh

 

USY (O.S.)
Bawel, ih! Lo tuh nasehatin gue buat ngegebet cowok di gedung kita, tapi lo sendiri nggak punya gebetan. Nggak di kantor, nggak di luar, nggak ada. Omdo!

 

RIONA
Sialan!

 

 Riona tertawa.

 

RIONA (CONT’D)
Tapi gue kan emang nggak lagi cari pacar. Beda sama elo yang desperate buat dapetin calon suami, atau minimal calon mantu idaman yang bisa dikenalin ke ortu lo.

 

USY (O.S.)
Sialan! Bener lagi omongan lo.

 

Terdengar tawa Usy di seberang telepon.

 

USY (O.S.) (CONT’D)
Lo jadi ke Malta bareng Kak Tessa kan?

 

RIONA
Jadi. Ini gue udah mau jalan. Kenapa emang?

 

USY (O.S.)
Yah, siapa tahu nanti gue butuh pelarian.

 

 RIONA
Ah! Gue bilang juga apa. Elo aja nggak yakin sama laki yang mau lo temuin ini.

 

Lift tiba dan Riona memasuki lift.

 

Cut to

 

04. Int. Mall – Bioskop – Malam

 

Usy berjalan memasuki bioskop. Masih mengobrol dengan Riona lewat telepon.

 

USY
Yakin, kok. Yakin.

 

RIONA (O.S.)
Kabar-kabarin, ya, kalau nanti lo udah sampe kosan, biar gue tahu kalau lo aman dan nggak nge-date sama zodiac killer.

 

USY
Teori-teori lo soal cowok yang mau gue temuin kenapa selalu ekstrim, ya?

 

RIONA (O.S.)
Konsep berpikir lo tentang laki-laki idaman berstatus duda juga sama ekstrimnya, Sy.

 

USY
Gue udah masuk bioskop nih, nanti gue kabarin lagi, ya. Bye.

 

Usy mematikan sambungan telepon dan mulai mencari sosok ADI (28), pria kenalannya dari dating apps. Saat menemukan pakaian dan posisi yang sudah dijanjikan, Usy tahu pria yang berdiri berjarak lima meter di hadapannya itu adalah Adi. Begitu pula dengan Adi yang bisa langsung mengenali Usy.

 

USY
(bergumam) Sepertinya kencan malam ini nggak akan terlalu buruk.

 

Usy berjalan anggun menghampiri Adi yang langsung menyambut langkahnya. Tangannya terjulur dan langsung bergerak untuk mengecup pipi Usy.

 

ADI
Nggak apa-apa, kan, nonton film pilihanku? Mudah-mudahan kamu belum nonton.

 

USY
Nggak apa-apa banget. Kebetulan aku juga belum nonton. Ngomong-ngomong, karena kamu sudah beli tiket, aku yang beli camilan dan minuman untuk kita di dalam, ya.

 

ADI
Oh. Aku yang bayar juga nggak masalah, kok. Aku emang sengaja nunggu kamu, karena nggak tahu kamu sukanya apa.

 

Usy tersenyum senang. Usy berjalan menuju gerai jajanan, Adi menyamai Langkah Usy dengan tangan yang melingkar mantap di pinggang Usy.

 

USY
Caramel popcorn-nya satu, sama ice milo. Kamu mau apa?

 

ADI
Nachos, sama coca-cola.

 

Usy menjulurkan tangannya hendak membayar menggunakan kartu e-money miliknya. Tapi Adi bergegas menahan tangan Usy dan mencegahnya untuk membayar.

 

ADI
Aku nggak akan ngebiarin cewek yang bayar di kencan pertama.

 

Lagi-lagi Usy tersenyum senang karena menganggap Adi memang pria yang selama ini dicarinya.

 

Cut to

 

05. Int. Kantor – Lift - Lobby – Malam

 

Riona keluar dari lift dan terkejut mendapati suasana di lobby sedikit riuh dan mencekam. Beberapa orang terlihat panik dan kepo memperhatikan kerumunan di tengah lobby. Sebagian lainnya berbisik-bisik sambil menatap pada pria yang sedang digiring keluar gedung oleh satpam dan polisi.

Riona bergegas menghampiri TESSA (32) yang sedang menenangkan SHERYL (26).

 

RIONA
Ada apa, Kak?

 

Pertanyaan Riona tidak terjawab karena seorang polisi datang mendekat.

 

POLISI
Mbak Sheryl apa bisa ikut kami ke kantor untuk memberikan keterangan?

 

Sheryl terlihat takut dan marah. Matanya memerah.

 

SHERYL
Apa keterangan yang saya berikan bisa membuat dia dipenjara seumur hidup?

 

Tessa hendak membuka mulut untuk memberi dukungan.

 

SHERYL (CONT’D)
Kalo nggak, semuanya percuma. Dia pasti akan selalu datang menemui saya sambil mengancam akan membunuh saya dan langsung bunuh diri seperti yang dia lakukan selama ini.

 

POLISI
Justru dengan membuat laporan, Mbak bisa mengambil langkah hukum untuk pencegahan sekaligus mendapat perlindungan.

 

Sheryl terlihat pesimis.

 

TESSA
Nanti saya akan menemani Sheryl ke kantor polisi setelah dia cukup tenang.

 

POLISI
Baik. Kalau begitu saya pamit.

 

Polisi berjalan pergi meninggalkan mereka.

 

TESSA
Kalo lo emang mau lanjutin perkara ini lewat jalur hukum, gue bakal support lo.

 

SHERYL
Gue cuma pengen pulang, Kak. Hukum nggak akan sanggup ngelindungin gue. Hukum paling ngasih dia masa percobaan karena dia sanggup bayar denda dan pengacara termahal. Lagian kalau gue ngambil Langkah hukum dan nuntut dia, gue nggak tahu hal nekat apalagi yang bakal dia lakuin nantinya. Gue kenal banget dia. Dia itu cowok yang mampu ngelakuin apapun.

 

Sheryl menggeleng dan berusaha merapikan rambutnya dengan tangan yang bergetar.

 

SHERYL (CONT’D)
Gue nggak mau ngabisin waktu dan uang buat berurusan sama dia. Gue cuma pengen Kak Tessa segera acc pengunduran diri gue.

 

Tessa menatap Sheryl yang terguncang dan terlihat mantap dengan pilihannya. Riona sendiri tak sabar ingin mendengar cerita lengkapnya dari Tessa.

 

Cut to

 

06. Int. Mall – Bioskop Teater – Malam

 

Lampu teater dimatikan. Adi terus saja menatap Usy yang mulai mengunyah popcorn caramel miliknya.

 

ADI
(berbisik) Kamu tenyata lebih seksi dari foto-foto yang kamu upload di SwipaLova. Aku tadi sampai terpesona pas lihat kamu masuk ke bioskop.

 

Usy menoleh dan tersenyum.

 

USY
Kamu juga lebih ganteng dari di foto.

 

Sebuah kecupan mendarat di bibir Usy. Usy cukup terkejut, tapi ia mencoba untuk tidak bereaksi berlebihan. Usy mengubah posisi duduknya kembali menatap layar.

Film dimulai. Keduanya terlihat menikmati film sambil menikmati camilan masing-masing. Tak lama kemudian tangan Adi mendarat di dagu Usy. Adi kembali mencuri sebuah ciuman lain. Kali ini lebih dari sekadar kecupan ringan dengan tangan yang siap meraba payudara Usy. Usy melepaskan ciuman Adi dan dengan cepat meraih cup berisi ice milo miliknya.

Usy menonton dengan gelisah. Adi terlihat santai menatap layar, tapi tangannya masih meraba payudara Usy.

 

USY
Aku ke kamar mandi dulu, ya.

 

ADI
Oke. Jangan lama-lama, nanti kamu ketinggalan ceritanya.

 

Usy segera bangkit dari tempat duduknya.

 

Cut to

 

07. Int. Mall – Bioskop – Malam

 

Di luar teater Usy terlihat kesal. Dia membanting cup ice milo ke dalam tempat sampah.

 

USY
Kampret!!!

 

Usy membenahi rambutnya dan melenggang pergi meninggalkan bioskop.

 

Cut to

 

08. Ext. Landmark Jakarta – Malam

 

Established kota Jakarta malam hari. Menunjukkan lampu-lampu kota dan gedung yang megah, serta hiruk-pikuk jalanan yang dipenuhi mobil dan motor.

 

Cut to

 

09. Int. Lounge – Malam

 

Tessa menyesap mimosa dari dalam gelas.

 

RIONA
Jadi Sheryl beneran resign, Kak? Gara-gara Duda kampret yang bikin rame tadi? Bukannya mereka juga udah putus, Kak?

 

TESSA
Lo liat sendiri seberapa nekatnya tuh Duda sableng. Cinta mati sama Sheryl, tapi beneran ngajak mati. Siapa yang mau?

 

RIONA
Gila!

 

TESSA
Makanya Sheryl mau ambil tawaran kerjaan dari majalah lain yang base-nya di Bali buat menghindar dari mantannya itu. Cuma ya gitu deh. Yang mau dihindari mantannya, yang ikut pusing gue.

 

RIONA
Lo nggak coba tahan?

 

Tessa menggelengkan kepala.

 

TESSA
Nggak tega juga gue nahannya. Tapi ya sekarang gue jadi pusing. Nggak gampang cari pengganti Sheryl. Dia udah gue grooming dari lulus kuliah sampai jadi penulis jempolan yang bisa gue kirim-kirim wawancara artis internasional.

 

Riona mencomot kentang goreng di hadapannya.

 

RIONA
Duda zaman sekarang horror, ya, kelakuannya.

 

TESSA
Coba deh lo ngomong sama Usy. Dia kayaknya belum kapok berurusan sama duda.

 

Tessa dan Riona tertawa.

 

USY
Brengsek!

 

Usy melempar tas berukuran kecil ke sofa dan langsung mengambil alih minuman milik Riona dan menenggaknya hingga habis.

 

RIONA
Usy? Lo ngapain di sini?

 

Alih-alih menjawab, Usy malah mengempaskan bokongnya di sebelah Riona. Usy melipat tangannya di atas meja dan meletakkan keningnya di tangan seperti anak kecil yang sedang merajuk.

 

TESSA
Kenapa, sih? Duda lo nggak dateng?

 

USY
Dateng.

 

RIONA
Terus kenapa? Fotonya palsu? Aslinya jelek?

 

USY
(setengah merengek)
Ganteng. Lebih ganteng dari fotonya malah.

 

 TESSA
Loh, terus masalahnya apa?

 

Usy mengangkat kepalanya dan menatap kedua sahabatnya bergantian.

 

USY
Masalahnya lagi-lagi gue dipertemukan sama duda durjana! Ini tuh pertemuan pertama. Gue pikir dengan dia ngajakin gue nonton, itu artinya dia orang yang perhatian sama apa yang gue suka. Tapi ternyata itu cuma modus dia buat cari short cut.

 

RIONA
Short cut gimana maksud lo?

 

USY
Belum setengah jam nonton udah cipok-cipok sembarangan. Udah gitu tangannya juga jajan ke mana-mana.

 

Tessa dan Riona mengerjap tak percaya dan langsung tertawa.

 

USY (CONT’D)
Emang dia pikir gue anak ABG yang mau ciuman dan grepe-grepean di bioskop, apa? Kalau emang dia mau ciuman dan grepe-grepe, ya cari tempat yang lebih layak, dong. Eh, ini bayarin tiket nonton sama popcorn cuma seratus ribu, tapi tangannya dapet jajan lebih banyak. Kan kampret!

  

RIONA
Ya, lagian elo masih suka nyari mangsa di dating apps, kayak yang nggak paham aja kalau kebanyakan orang yang di situ emang nyari iseng-isengan doang.

 

TESSA
Lo mungkin emang harus kembali ke normal dating lifestyle, deh, Sy. Cari kenalan, atau minta kenalin sama orang buat dapetin kandidat yang oke. Soalnya belakangan ini kandidat laki yang lo temuin rata-rata payah.

 

USY
(kesal)
Aah! Bodo amat, ahh! Males gue! Gue tuh pengennya ketemu sama duda kaya, muda, ganteng yang memperlakukan gue dengan baik.

 

Usy cemberut dan mengacak-acak rambutnya dengan frustasi.

 

USy (CONT’D)
Eh, ketemunya selalu sama duda yang aneh-aneh. Kemarenan sama duda nggak modal, terus ketemu lagi sama duda yang sepanjang makan malem kerjanya ngomongin mantan istrinya mulu, eh, sekarang malah ketemu sama duda mesum yang doyan grepe-grepe jadiin toket gua squishy! Kayaknya hidup gue emang selalu sial ketemu sama duda nggak beres!

 

Tessa dan Riona terus menertawakan keluh kesah Usy.

 

RIONA
Kisah cinta lo ini, mungkin bisa jadi drama komedi yang laris kalau dijadiin novel atau film.

 

TESSA
Lagian kenapa banget harus duda, sih? Kayak nggak ada pilihan lain aja.

 

USY
Kalau sama cowok single biasa, nggak ada tantangannya, Kak… Tapi serius, gue butuh pengalihan.

 

TESSA
Ya, udah tambahin aja jam kerja lo, jadi deh tuh pengalihan. Mungkin lo bisa ngerancang rubrik baru buat HerDaily, itung-itung sekalian ngurangin beban pikiran gue karena ditinggal penulis andalan gue ke Bali.

 

USY
Eh, siapa yang cabut ke Bali?

 

RIONA
Sheryl.

 

Usy menatap Tessa.

USY
Serius, Kak?

 

TESSA
(mengangguk)
Panjang deh ceritanya. Jadi gimana, mau nggak bikin rubrik baru? Rubrik percintaan misalnya, coba deh kalian berdua braindsorming.

 

RIONA
Iya, lo bikin rubrik baru aja. Judulnya…

 

Riona mengangkat tangannya seolah sedang menulis di udara.

 

RIONA (CONT’D)
DUDA-DUDA DURJANA. Tuh, keren, kan? Jadi lo bisa bebas curhat sekaligus bikin ulasan kenapa berhubungan sama duda itu harus ekstra hati-hati.

 

Tessa mengangguk bersemangat.

 

TESSA
Ide bagus! Tayang sebulan sekali aja, ya. Setiap Rabu minggu kedua, mulai bulan depan. Riona yang jadi editornya, ya. Artikel pertamanya gue tunggu minggu depan, Sy.

 

Riona dan Usy melongo. Sedangkan Tessa masih menatap kedua orang dihadapannya dengan wajah semringah. Tessa menarik piring berisi kentang dari tengah meja ke hadapannya dan langsung melahapnya.

 

RIONA
Kok, gue editornya, Kak? Gue kan udah megang movie-o-la yang tayang mingguan, sama rubrik Art-Ish yang tayang bulanan. Masa gue megang satu rubrik baru lagi?

 

USY
(antusias)
Ini serius, Kak? Gue sekarang megang rubrik, bukan nulis sesuai request editor?

 

TESSA
Ya, lo tetep nulis yang lain juga kalau editor butuh-butuh tulisan atau liputan. Tapi sekarang nambah satu rubrik tetap. Apa tadi namanya, Ri? Duda-Duda Durjana?

 

Riona mengangguk tanpa berkata apa-apa lagi.

 

TESSA
Dan karena lo yang ngasih ide, jadi tanggung jawab lo buat megang rubriknya. Inget, kalau punya ide harus mau tanggung jawab untuk eksekusi. Lagian emang lo mau kalau ide lo malah dipegang sama editor lain?

 

Raut wajah Riona berubah mendengar tantangan Tessa. Tessa memanggil PELAYAN yang sedang melintas.

 

TESSA
Mas, pesan satu mimosa lagi, sama dua champagne, ya!

 

Pelayan itu mengeluarkan tablet untuk mencatat pesanan tersebut.

 

USY
Buat apa, Kak?

 

TESSA
Buat merayakan terbentuknya rubrik baru HerDaily.

 

Tessa tersenyum puas, Usy bersemangat, sedangkan Riona justru terlihat kusut karena memikirkan pekerjaan baru dalam daftar tanggung jawabnya.

 

Cut to


Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar